Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Junjung Widagdo
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Junjung Widagdo adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

4 Tips Mencegah Konflik dengan Sahabat

Kompas.com, 18 Agustus 2023, 15:21 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Sahabat memiliki peran penting dalam berproses dan juga bertumbuh dalam menggapai kesuksesan. Tidak hanya itu, kehadiran sahabat juga memiliki peran penting khususnya saat seseorang sedang menghadapi berbagai masalah.

Memiliki sahabat memang indah, dan alangkah indahnya jika terjaga hingga tua. Namun, tentunya dalam menjalani relasi dengan sahabat, pastinya tidak akan lepas dari ujian maupun rintangan.

Oleh karenanya, agar persahabat tetap langgeng hingga bertahun-tahun, simak 4 tips berikut mencegah terjadinya konflik dan merawat persahabatan:

Pertama, Berhentilah Menyenangkan Semua Orang

Ilustrasi menyenangkan sahabata Pexels/Alexander Suhorucov Ilustrasi menyenangkan sahabata
Menjadi sahabat yang menyenangkan itu harus, tetapi menyenangkan semua orang itu adalah tindakan bodoh.

Tidak semua sahabat akan setuju dengan berbagai hal yang kita lakukan. Jadi tidak perlu berpikir untuk menyenangkan semua sahabat kita. Tetap menjadi diri sendiri bukan untuk orang lain. Dengan catatan, versi terbaik untuk diri sendiri adalah versi terbaik sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat.

Dalam persahabatan tetap harus mengedepankan logika dengan pertimbangan norma-norma yang ada di masyarakat.

Kadang kala ada tindakan dari sahabat yang mungkin tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di masyarakat, namun jangan takut untuk menasehati jika tindakan tersebut tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di masyarakat.

Justru hakekat sahabat sejati ialah mengingatkan saat sahabat lain melakukan tindakan yang salah, bukan justru mendukung tindakan salah yang mereka lakukan. 

Bayangkan jika sahabat kita berada dalam sebuah kesalahan dan kita seolah-olah menutup mata serta mendukungnya. Semakin lama kita berpura-pura dan suatu saat ketika kita mengingatkan karena tindakan tersebut adalah hal yang salah, bukan tidak mungkin nantinya  sahabat akan menganggapnya sebagai bentuk pengkhianatan.

Demi menghindari konflik yang besar, maka jujurlah terhadap diri sendiri dan orang lain, jangan takut akan kehilangan sahabat karena dianggap tidak bisa menyenangkan.

Kejujuran kita menjadikan kita terlihat sebagai seorang sahabat yang penuh tanggung jawab dan integritas sehingga menjadi wibawa diri dalam persahabatan.

Dengan ini, sahabat tidak akan memaksa kita untuk selalu menuruti apa yang mereka pandang menyenangkan, karena apa yang mereka pandang menyenangkan belum tentu benar dan baik untuk kita.

Kedua, Pilih-pilih Sahabat

Konsep persahabatan sering kali digambarkan dalam karya sastra.Freepik Konsep persahabatan sering kali digambarkan dalam karya sastra.
Ada beberapa karakter sahabat yang bakal menjadi parasit dalam sebuah persahabatan. Dan kadang sahabat tersebut justru menjadi ancaman dalam keutuhan sebuah persahabatan. Maka sebelum konflik terjadi, lebih baik pilih-pilih sahabat yang akan kita masukkan dalam lingkaran persahabatan kita.

Sahabat yang baik akan menjadikan lingkungan persahabatan yang baik. Sedangkan sahabat yang tidak baik, menjadikan lingkungan persahabatan yang tidak baik.

Jika kita menginginkan persahabatan yang jauh dari konflik, maka cegah sahabat yang memiliki potensi yang tidak baik untuk masuk dalam lingkungan persahabatan kita.

Hidup akan berjalan saling bertemu dan menemukan, energi-energi yang baik akan juga sampai pada energi yang baik pula. Biarkan seleksi alam yang berjalan, tidak perlu takut akan kesepian dan sendirian, karena pasti mereka akan dipertemukan dengan sahabat-sahabat yang serupa.

Ketiga, Jangan Terlalu Berharap

Teman yang toxic memiliki beberapa tipe atau cirinya sendiri.Freepik Teman yang toxic memiliki beberapa tipe atau cirinya sendiri.

Berhenti berharap kepada sahabat, berharap kepada sahabat membuat kita sakit hati, overthinking dan bisa jadi insecure.

Ada seorang sahabat yang pernah curhat kepada penulis. Sahabat penulis mengungkapkan bahwa ada perlakuan berbeda untuk dari beberapa sahabat yang ada di kantor.

Pernah suatu ketika sahabat penulis merasa sakit hati saat putri pertamanya lahir. Sahabat penulis menerima pemberian dari rekan kerja di kantor yang berbeda dengan seorang sahabat lain yang sama-sama bekerja di kantor tersebut.

Kejadian ini membuat sahabat penulis merasa sakit hati, merasa diri tidak diterima di dalam pertemanan, sehingga membuat mood sahabat saat bekerja menjadi turun gara-gara hal ini.

Tetaplah menjadi diri sendiri dengan sahabat baik dan berhenti untuk berharap pada sahabat.

Jadi berhentilah terlalu berharap kepada sahabat kita, jadilah orang yang mandiri dan kuat.

Kebesaran hati untuk tidak menaruh harap inilah yang menjadi pencegah konflik dan membuat persahabatan tetap berjalan tanpa ketersinggungan sehingga persahabatan tetap menjadi langgeng.

Karena secara naluri, manusia akan mengutamakan kepentingan pribadinya di atas kepentingan orang lain. Jadi wajar jika orang lain kadang tidak berempati kepada kita, atau hal ini juga menjadi bagian dari refleksi diri kita sendiri, ada apa dengan diri kita sehingga sahabat lain tidak menunjukkan simpati kepada kita, jangan-jangan kita sendiri juga bebal simpati kepada sahabat lain.

Empat, Jangan Masuk Kehidupan Pribadi

Ilustrasi membatasi kehidupan pribadi dengan sahabatShutterstock Ilustrasi membatasi kehidupan pribadi dengan sahabat
Poin terakhir ini juga salah satu rahasia pencegahan konflik dan langgengnya sebuah persahabatan di lingkungan, dengan berhenti untuk ikut serta dalam kehidupan pribadi sahabat kita.

Berhenti untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada kehidupan pribadi mereka. Setiap orang memiliki ranah pribadinya masing-masing, dan sebagai seorang sahabat ini adalah wilayah yang seharusnya tidak kita sentuh.

Menjadi dekat dengan sahabat tidak masalah, tapi jika sampai masuk dalam kehidupan pribadi mereka inilah yang tidak baik. Dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik serta mengancam langgengnya persahabatan.

Jadi jika ingin mencegah konflik dan membuat persahabatan tetang langgeng, berhenti untuk masuk terlalu dalam pada kehidupan pribadi mereka.

Wasana Kata

Bersahabat itu penting, menjadi sahabat yang baik itu juga penting, tapi tetaplah menjadi sahabat yang cerdas, penuh logika dan berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Banyak persahabatan berujung menjadi permusuhan, persahabatan menjadi pembunuhan, persahabatan melanggar hukum.

Muara awal dari konflik ini dikarenakan persahabatan yang selalu membenarkan tindakan sahabat lain jika itu salah, terlalu berharap banyak kepada sahabat, atau rasa sakit hati karena pendapatnya ditolak sebab terlalu ikut campur ke dalam kehidupan pribadi dan merasa bahwa apa yang diungkapkan adalah yang terbaik untuk kehidupan sahabatnya tersebut.

Jangan pernah mempersepsikan diri bahwa kita selalu benar dan mereka salah. Tapi ukur kadar diri dengan norma-norma yang berlaku dan tetap melakukan refleksi. Katakan salah jika salah, dan berani meminta maaf jika kita salah. Serta jangan lupa berbesar hati saat orang lain melakukan kesalahan dan meminta maaf kepada kita.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Bijak dalam Persahabatan: 4 Hal untuk Mencegah Konflik"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Rajabasa dan Pelajaran Tentang Alam yang Tak Pernah Bisa Diremehkan
Rajabasa dan Pelajaran Tentang Alam yang Tak Pernah Bisa Diremehkan
Kata Netizen
Harga Buku, Subsidi Buku, dan Tantangan Minat Baca
Harga Buku, Subsidi Buku, dan Tantangan Minat Baca
Kata Netizen
Rapor Anak dan Peran Ayah yang Kerap Terlewat
Rapor Anak dan Peran Ayah yang Kerap Terlewat
Kata Netizen
Merawat Pantun, Merawat Cara Kita Berbahasa
Merawat Pantun, Merawat Cara Kita Berbahasa
Kata Netizen
Bukan Sekadar Cerita, Ini Pentingnya Riset dalam Dunia Film
Bukan Sekadar Cerita, Ini Pentingnya Riset dalam Dunia Film
Kata Netizen
Sumatif di SLB, Ketika Penilaian Menyesuaikan Anak, Bukan Sebaliknya
Sumatif di SLB, Ketika Penilaian Menyesuaikan Anak, Bukan Sebaliknya
Kata Netizen
Dari Penonton ke Pemain, Indonesia di Pusaran Industri Media Global
Dari Penonton ke Pemain, Indonesia di Pusaran Industri Media Global
Kata Netizen
Hampir Satu Abad Puthu Lanang Menjaga Rasa dan Tradisi
Hampir Satu Abad Puthu Lanang Menjaga Rasa dan Tradisi
Kata Netizen
Waspada Leptospirosis, Ancaman Penyakit Pascabanjir
Waspada Leptospirosis, Ancaman Penyakit Pascabanjir
Kata Netizen
Antara Loyalitas ASN dan Masa Depan Karier Birokrasi
Antara Loyalitas ASN dan Masa Depan Karier Birokrasi
Kata Netizen
Setahun Coba Atomic Habits, Merawat Diri lewat Langkah Sederhana
Setahun Coba Atomic Habits, Merawat Diri lewat Langkah Sederhana
Kata Netizen
Mengolah Nilai Siswa, Tantangan Guru di Balik E-Rapor
Mengolah Nilai Siswa, Tantangan Guru di Balik E-Rapor
Kata Netizen
Pernikahan dan Alasan-alasan Kecil untuk Bertahan
Pernikahan dan Alasan-alasan Kecil untuk Bertahan
Kata Netizen
Air Surut, Luka Tinggal: Mendengar Suara Sunyi Sumatera
Air Surut, Luka Tinggal: Mendengar Suara Sunyi Sumatera
Kata Netizen
Pacaran Setelah Menikah, Obrolan Berdua Jadi Kunci
Pacaran Setelah Menikah, Obrolan Berdua Jadi Kunci
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau