Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Cerita ini berawal ketika pukul 9 pagi di suatu hari ada pesan WhatsApp yang masuk dari nomor tidak dikenal. Pesan itu sontak membuat kening berkerut karena isinya cukup mengejutkan seperti yang terlampir pada tangkapan layar berikut.
Tak berhenti sampai di situ, Sang Pengirim juga mengatakan hal yang akhirnya membuat saya sebagai penerima pesan naik darah.
"Agar nantinya Anda juga tidak ikut terganggu akibat tagihan dari beliau."
Ada beberapa alasan yang membuat saya marah karena pesan itu.
Pertama, saya tidak mengenal nama nasabah yang dimaksud dalam pesan tersebut. Nama tersebut tidak akan ditemukan dalam daftar kontak telepon. Bahkan untuk mencari hubungan paling remeh sekalipun dengan orang yang dimaksud, itu mustahil karena memang tidak ada.
Kedua, secara pribadi saya tidak pernah berhubungan dengan perusahaan pinjaman online alias pinjol dengan nama tersebut, apalagi sampai menyetujui serta memberikan izin nomor telepon pribadi sebagai nomor kontak darurat dari nasabah mereka.
Dari isi pesan itu, saya berasumsi bahwa mereka merupakan debt collector perusahaan jasa keuangan berbasis teknologi atau dalam hal ini pinjol.
Akhirnya, saya segera mengirim balasan pesan yang menerangkan bahwa saya tidak mengenal nasabah dimaksud untuk menegaskan adanya kekeliruan. Ditambah lagi tidak ada nama orang tersebut di dalam daftar kontak ponsel saya.
Ternyata masalah tidak selesai sampai di situ. Di hari yang sama, beberapa kali saya menerima telepon dari nomor-nomor tidak dikenal. Ada yang nomor belakangnya berurutan (misalnya: 503, 504, 505) dan yang acak.
Dari situ saya lantas menduga bahwa rangkaian panggilan tersebut berasal dari gerombolan penagih utang. Saya percaya, orang beritikad baik dengan nomor tidak dikenal biasanya terlebih dahulu kirim pesan melalui WA atau SMS.
Tentu sangat melelahkan meladeni pertanyaan dan pernyataan dari para debt collector itu yang berpotensi memancing emosi.
Tanpa berpikir panjang, saya kemudian memblokir semua nomor telepon tidak dikenal itu. Kemudian sebagai langkah lanjutan yang dilakukan saya melakukan beberapa upaya agar nomor saya bebas dari gangguan debt collector yang bahkan secara pribadi saya tidak pernah berurusan dengan perusahaan pinjaman online mana pun.
Secara singkat pada Pasal 26 huruf c, Peraturan OJK Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Berbasis Teknologi Informasi disebutkan bahwa penyelenggara layanan pinjaman online wajib menjamin perolehan data pribadi berdasarkan persetujuan pemilik.
Menurut saya, nomor telepon termasuk data pribadi yang boleh diberikan kepada pihak ketiga dengan persetujuan. Artinya, sudah menjadi kewajiban pihak perusahaan pinjaman online, dalam hal ini adalah Kre*** Pi****, untuk meminta persetujuan saya sebelum menggunakan nomor telepon saya sebagai kontak darurat.
Rupanya, syarat tersebut tidak dipenuhi, baik Sang Nasabah atau pihak perusahaan pinjaman online mana pun yang menghubungi untuk meminta persetujuan menjadikan nomor telepon saya sebagai kontak darurat.
Dari situ jelas terbukti bahwa perusahaan pinjol tersebut telah melanggar aturan OJK.
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah memastikan apakah perusahaan online tersebut merupakan perusahaan pinjol terdaftar di OJK. Saya lantas mengirim nama perusahaan tersebut melalui pesan WhatsApp ke nomor 081-157-157-157 yang merupakan kontak OJK Online.
Dari situ, mereka menyatakan bahwa perusahaan tersebut terdaftar di OJK (status: legal). Jika ternyata didapati perusahaan tersebut tidak terdaftar di OJK alias ilegal, maka saya sudah berinisiatif akan segera menuju ke kantor polisi terdekat.
Untuk memeriksa status perusahaan pinjol, kita juga bisa mengadu melalui layanan Kontak 157 dengan rincian sebagai berikut.
Sayangnya, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan aduan atas perbuatan tidak menyenangkan terkait serangan telepon tidak dikenal yang berasal dari penagih utang sebab hanya berlangsung satu hari dan tidak merusak hal-hal lainnya.
Jikalau suatu saat terdapat panggilan telepon dari nomor tak dikenal lagi, langsung saja blokir, tidak perlu dijawab.
Saya tidak bisa bercerita tentang pengalaman menggunakan telepon 157, email konsumen@ojk.go.id, dan APPK, berhubung tidak sempat mengunakannya.
Jadi, untuk menghadapi situasi ketika nomor telepon pribadi kita digunakan sebagai kontak darurat dari nasabah pinjol tanpa persetujuan, kita cukup melakukan satu langkah ini: blokir nomor pengirim.
Bila mereka berkeras dan berusaha menelepon, abaikan. Tidak usah dijawab dan kalau perlu blokir segera nomor-nomor tersebut. Habis perkara.
Memutuskan untuk melayani nomor-nomor tersebut hanya akan menguras energi. Bahkan sangat berisiko karena berpotensi penagih itu akan menggiring dan memaksa kita untuk melunasi utang dari uang yang tidak pernah kita terima sepeser pun.
Jika sudah begini, kita serasa sedang ketempuhan.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Jadi Kontak Darurat Nasabah Pinjol Tanpa Persetujuan, Harus Bagaimana?"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.