Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Beberapa waktu belakangan dunia pendidikan Indonesia mengalami peristiwa yang cukup memprihatinkan. Banyak peristiwa kekerasan di sekolah yang dilakukan oleh para siswa, baik kepada sesama siswa maupun kepada guru.
Mulai dari colok mata siswa, siswa SD yang terjatuh dari lantai empat sekolah, bullying kepada sesama siswa, hingga kasus siswa membacok guru.
Sepertinya "merdeka belajar" yang digaungkan oleh Mendikbudristek Indonesia Mas Nadiem Anwar Makarim belum bisa menjadi obat mujarab untuk hal-hal menyimpang di dunia pendidikan kita.
Lingkungan sekolah bisa dikatakan aman jika semua elemen di dalamnya dapat terjamin keamanan, keselamatan, dan kenyamanannya. Tidak hanya aman dari gangguan yang datang dari luar sekolah, melainkan juga aman dari segala gangguan dan ancaman yang datang dari dalam sekolah.
Di sekolah tempat saya mengikuti pelatihan implementasi kurikulum merdeka, lingkungannya bisa dibilang sangat nyaman. Siswa-siswi bisa bebas berinteraksi dengan sesamanya di seluruh penjuru sekolah dengan bebas.
Kenyamanan itu juga makin terasa tatkala semua guru dan siswa sangat ramah yang membuat semuanya semakin merasa tambah aman.
Melihat lingkungan sekolah yang nyaman seperti ini, saya jadi bertanya-tanya, apa yang membuat sekolah lainnya menjadi lingkungan tak aman bagi siswa maupun guru padahal di sekolah aman bisa diwujudkan di sekolah tempat saya mengikuti pelatihan ini.
Ternyata setelah diamati sekolah tersebut dibentuk atas dasar-dasar sekolah aman. Nah, untuk merancang sekolah aman, berikut elemen-elemen yang perlu dipenuhi.
Interaksi positif yang terjalin antara siswa dan guru bisa terlihat saat siswa akan masuk ke dalam kelas. Siswa-siswa datang ke sekolah dalam keadaan rapi kemudian guru yang ada di sekolah akan menyapa dan memeriksa kelengkapan mereka sebelum masuk ke kelas.
Sehingga jika terjadi suatu hal yang "tidak diinginkan" siswa-siswi tak takut bercerita atau mengadu dengan guru karena adanya interaksi positif yang dibangun di sekolah.
Saat jam istirahat, banyak siswa-siswi yang melakukan berbagai aktivitas dengan nyaman, ada yang bermain kelereng, berbagi makanan di saung, saling bercerita, atau hanya sekadar duduk-duduk di bawah pohon yang rindang.
Berbagai aktivitas tersebut tentu akan membuat adanya ruang interaksi yang positif antar siswa sehingga mereka bisa mengenal satu sama lain dengan baik.
Banyak siswa yang dengan otomatis menyalami guru-guru yang mereka temui. Hal ini saya alami ketika saya dan sesama rekan guru berjalan di lorong kelas atau ketika berada di saung.
Selain itu, budaya positif siswa bisa terlihat juga ketika mereka saling berbagi makanan satu sama lain. Hal ini berarti mereka sudah mampu saling menghargai orang-orang yang ada di sekitarnya dengan penuh kesopanan dan rasa hormat.
Satpam sekolah yang bertugas pun tak hanya melulu berada di ruangannya. Mereka secara berkala melakukan pengecekan dengan berkeliling ke seluruh lingkungan sekolah ketika jam pelajaran sudah dimulai maupun saat jam istirahat.
Ketika waktu pulang sekolah sudah tiba pun, para satpam itu juga sudah siap siaga di sekitar pintu keluar sekolah untuk mengantar para siswa-siswi keluar dan bertemu dengan orangtuanya masing-masing.
Di lingkungan sekolah juga banyak terpadang imbauan-imbauan seperti “Sekolah Ramah Anak”, “Stop Bullying”, “Dilarang Merokok”, dan lain sebagainya.
Semua elemen itu, baik poster maupun mural yang berisi imbauan serta kalimat motivasi, secara tidak langsung memberikan ajakan pada siswa-siswi untuk bisa bersikap positif dan baik selama berada di lingkungan sekolah.
Banyak tempat sampah yang tersebar di lingkungan sekolah. Ketika jam istirahat siswa selesai, uniknya tempat-tempat sampah itu selalu terisi penuh. Artinya, siswa-siswi di sana telah paham di mana mereka harus membuang sampah-sampah tersebut.
Selain itu, di lingkungan sekolah ini banyak terdapat pohon-pohon yang membuat suasana sekolah begitu rindang dan udara yang ada di lingkungan sekolah pun jadi segar.
Pohon-pohon itu tentu juga selalu dirawat oleh pihak sekolah sehingga tidak akan ada pohon dengan batang-batang yang rentan patah dan bisa membahayakan siswa-siswi yang sedang bermain di bawahnya.
Lingkungan yang asri dan bersih selain berdampak pada tumbuhnya rasa memiliki dan juga riang gembira hal itu juga bisa menjadi indikator keamanan dan kenyamanan siswa-siswi di sekolah tersebut.
Peran guru membuat pembelajaran yang kreatif juga sangat penting dalam mewujudkan rasa aman bagi siswa-siswi.
Dengan pembelajaran kreatif, interaksi siswa akan lebih besar baik dalam kegiatan berkelompok, permainan pembelajaran atau ice breaking sehingga bisa menciptakan ikatan bagi siswa-siswinya dan pada akhirnya membuat hadirnya rasa aman dan nyaman.
Sekolah aman adalah idaman, sehingga kasus-kasus yang saya ceritakan di awal akan segera diketahui dan diantisipasi karena adanya kesadaran semua warga sekolah untuk membentuk ekosistem yang aman dan nyaman di lingkungan sekolah.
Salam Sekolah Aman, Salam Merancang Sekolah Aman.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Merancang Sekolah Aman, Guru Wajib Paham!"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.