Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Belum lama ini terdengar kabar seorang petani bernama Sukiyono (69), warga Bumiaji, Kecamatan gondang, Kabupaten Sragen yang meninggal di area persawahan. Ia diduga terserang heatstroke yang diakibatkan oleh cuaca panas selama berlangsungnya fenomena El Nino.
Dugaan meninggalnya Sukiyono akibat heatstroke diperkuat dengan adanya luka bakar di leher dan tangannya. Akan tetapi pihak keluarga menolak jenazah untuk autopsi. Dengan demikian penyebab pastinya tidak akan pernah diketahui.
Di tengah cuaca panas yang ekstrem ini memang risiko terkena heatstroke sangat besar, apalagi bagi kami para petani yang sebagian besar waktunya dihabiskan di sawah dan langsung terpapar cahaya serta panas dari matahari.
Heatstroke jika mengacu pada laman Kemenkes RI didefinisikan sebagai sebuah kondisi tubuh yang mengalami perubahan suhu secara drastis akibat cuaca panas. Dalam kurun waktu 10 hingga 15 menit, suhu tubuh seseorang bisa meningkat hingga 41°C.
Seseorang yang terkena heatstroke ditandai dengan tubuh yang justru tidak berkeringat, terganggunya proses pernapasan, irama jantung meningkat, serta tekanan darah menurun.
Heatstroke juga bisa menyebabkan seseorang kejang, pendarahan dari hidung atau mimisan, pendarahan pembuluh vena, luka memar, bengkak, dan sebagainya yang bisa mengakibatkan kematian.
Risiko heatstroke bisa mengancam siapa saja, terutama mereka para lansia yang masih melakukan aktivitas fisik di luar rumah berlebihan dan kemampuan tubuh untuk beradaptasi menghadapi cuaca serta iklim yang sudah berkurang jauh.
Cuaca panas ekstrem yang melanda Indonesia akibat fenomena El Nino belakangan ini membuat suhu pada siang hari bisa mencapai 37°C sampai 41°C.
Maka dari itu, sudah sepantasnya kita --terutama yang berprofesi sebagai petani-- untuk mengubah kebiasaan dan jadwal aktivitas di luar ruangan agar tak terkena heatstroke.
Peristiwa meninggalnya seorang petani akibat heatstroke belum lama ini membuat kami para petani mencari cara untuk tetap bisa bekerja di sawah masing-masing namun tetap mencegah risiko terkena heatstroke.
Beberapa cara yang kami lakukan agar meminimalisir risiko terkena heatstoke antara lain sebagai berikut.
Selama musim panas ini kami para petani seakan membuat kesepakatan tidak tertulis terkait jam kerja di sawah. Adanya fenomena El Nino yang menyebabkan suhu dan cuaca semakin panas membuat kami para petani mulai bekerja di sawah pukul 07.00 pagi hingga 15.30 sore.
Dalam rentang waktu itu, biasanya kami akan beristirahat pada pukul 10.30 hingga 13.00. Namun, jadwal kerja tersebut memang sangat fleksibel, bisa berubah sewaktu-waktu terutama karena faktor seperti cuara buruk atau hujan deras.
Saat musim panas, memang dianjurkan petani pergi ke sawah pada waktu pagi dan sore hari saja, kecuali memang sedang memasuki masa tandur. Di masa tandur atau mulai menanam padi, biasanya dilakukan dalam satu hari penuh karena terdapat risiko benih yang telah dicabut bisa mati.
Akan tetapi, apabila memang cuaca di hari tanam sedang tidak memungkinkan, tandur bisa dilakukan pada pagi hari atau sore hari ketika cuaca tak terlalu panas.
Sebagai petani yang mayoritas waktunya dihabiskan di luar ruangan, maka wajib bagi mereka untuk selalu menggunakan pelindung diri dari terpaan cuaca panas ekstrem.
Menggunakan baju lengan panjang, penutup wajah, topi caping, dan sebagainya bisa membantu petani terhindar dari heatstroke.
Meski masih pagi, bekerja di sawah tetap akan terasa panas. Selama bekerja mengeluarkan energi, petani pasti akan cepat kekurangan cairan. Maka dari itu, bawalah selalu bekal air minum yang cukup. Hal ini sangat penting agar petani tidak mengalami dehidrasi.
Disarankan juga untuk membawa oralit sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang akibat bekerja di luar ruangan dengan cuaca panas.
Hal yang paling penting bagi petani adalah segeralah beristirahat jika sudah merasa lelah. Jangan memaksakan diri terus bekerja apalagi di tengah cuaca panas seperti sekarang ini.
Pada dasarnya yang memahami kondisi tubuh kita adalah kita sendiri. Jadi pahami kondisi tubuh dan luar agar terhindar dari risiko heatstroke.
Bekerja keras memang wajib, tetapi jangan berlebihan hingga lupa istirahat. Apalagi di sawah yang jarang sekali ditemukan gubuk untuk berteduh. Maka jika sudah merasa waktu untuk beristirahat, segera cari tempat teduh jika tidak ada gubuk untuk mengisi energi dengan makan siang.
Semoga dengan langkah-langkah tadi, kita sebagai petani tetap bisa bekerja dengna maksimal dan terhindar dari risiko heatstroke.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Dampak El Nino, Bagaimana Petani Cegah Heatstroke"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.