Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Efrain Limbong
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Efrain Limbong adalah seorang yang berprofesi sebagai Jurnalis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Surutnya Danau Poso Berdampak pada Keberlanjutan Energi Terbarukan

Kompas.com, 24 November 2023, 15:48 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Mengganti penggunaan energi fosil dan lebih memanfaatkan energi terbarukan sejatinya adalah keniscayaan. Hal ini tentu untuk mengurangi emisi karbon yang berdampak pada pemanasan global.

Indonesia sudah memiliki aturan soal penggunaan sumber daya alam untuk energi terbarukan ini, yakni Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi. Dalam aturan ini disebutkan bahwa pengelolaannya harus berdasarkan asas manfaat, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan.

Berbagai sumber energi terbarukan ini berasal dari alam dan tidak akan pernah habis. Antara lain, seperti energi surya yang berasal dari matahari, air, angin, panas bumi, dan arus laut.

Meski begitu, ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi berkurangnya sumber energi terbarukan itu, seperti salah satunya adalah kemarau panjang.

Hal tersebut bisa berdampak langsung terhadap pengurangan sumber daya air permukaan yang dapat membuat surutnya air danau yang dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan pada Pembangkit Listrik Tenga Air (PLTA).

Fenomena itu terlihat di Danau Poso Tentena Provinsi Sulawesi Tengah. Kemarau panjang yang terjadi tahun ini membuat ar danau surut secara signifikan hingga hanya menyisakan hamparan pesisir yang cukup luas.

Selama ini, keberadaan air Danau Poso menjadi sumber energi terbarukan untuk PLTA Sulewana. Aktivitas pengerukan dasar danau bahkan sudah dilakukan oleh pihak perusahaan yakni PT Poso Energy, agar debit air lebih maksimal menggerakkan turbin pada PLTA.

Kebijakan Pemadaman Bergilir

Surutnya air di Danau Poso tentu dirasakan langsung yang ditandai dengan menurunnya debit air ke PLTA Sulewana. Akibatnya, energi daya yang dihasilkannya pun berkurang dan membuat pasokan listrik menjadi tidak maksimal.

Dalam kondisi normal, operasional PLTA Sulewana bisa menghasilkan daya listrik sebesar 515 megawatt (MW). Energi listrik tersebut sebagian besar dipasok ke wilayah Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara, serta ke wilayah Sulteng sendiri.

Akibat menyurutnya air di Danau Poso ini, pasokan listrik dari PLTA Sulewana ke beberapa wilayah termasuk di Sulteng dibatasi.

Dengan begitu, PLN UP3 Palu harus menerapkan kebijakan pemadaman listrik bergilir di sejumlah wilayah, termasuk di Kota Palu beberapa hari terakhir ini,

Upaya pembatasan lewat kebijakan pemadanan bergilir harus dilakukan agar masyarakat di beberapa wilayah tetap bisa menikmati energi listrik, meski di tengah kekurangan pasokan energi dari PLTA Sulewana.

Biasanya pemadaman listrik dilakukan karena faktor non teknis, seperti adanya gangguan pada jaringan utama listrik. Atau faktor teknis berupa pemeliharaan terhadap instrumen atau perangkat yang dimiliki oleh PLN.

Namun pemadaman kali ini yang diakibatkan oleh surutnya air Danau Poso adalah kejadian luar biasa. Hal ini lantaran kekeliruan antisipasi yang diambil oleh pengelola PLTA yang hanya mengeruk dasar danau untuk mengatasi volume debit air.

Akan tetapi, ternyata bukan masalah kedalaman dasar danau yang menjadi masalah utama, melainkan akibat kemarau panjang yang terjadi belakangan ini dan memberi dampak berkurangnya suplai energi listrik.

Tantangan terhadap Strategi ARED

Adanya peristiwa ini tentu bisa dijadikan pelaharan bahwa apapun skema yang dibuat manusia dalam pemanfaatan sumber daya energi terbarukan, tidak akan bisa membendung gelagat alam yang meniscayakan adanya penyusutan air danau.

Fenomena ini mungkin bisa dianggap sebagai “teguran” dari alam kepada manusia atas mandat mengelola sumber daya alam yang melimpah. Bahwa jangan pernah merasa superioritas dalam mengeksploitasi sumber daya alam, demi kepentingan apapun (termasuk energi terbarukan).

Sebab, ketika superioritas didahulukan, maka eksploitasi yang dilakukan demi peningkatan kapasitas usaha, akan menggerus kebijakan dalam menjaga keseimbangan antara aspek ekonomi dan ekologi.

Saat gelagat alam menghadirkan fenomena surutnya air danau secara signifikan, maka stakeholder terkait tidak berdaya menghadapi realitas tersebut. Pada akhirnya pilihan terakhir yang bisa dilakukan adalah membuat kebijakan pemadaman bergilir.

Padahal sejatinya perlu ada langkah antisipasi demi keberlanjutan energi terbarukan, dalam hal ini pemanfaatan potensi Danau Poso. Atau bisa juga memanfaatkan sumber energi lainnya, seperti panas matahari atau angin.

Realitas surutnya air danau sebagai sumber energi terbarukan, akan menjadi tantangan terhadap rencana strategi Accelerated Renewable Energy Development (ARED) atau percepatan pengembangan energi terbarukan oleh Pemerintah.

Strategi ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas energi terbarukan hingga 75 persen di tahun 2040, dengan PLN sebagai leading sektornya di bawah arahan Kementerian ESDM.

Strategi ARED ini akan didominasi lewat pemanfaatan air sebagai sumber energi listrik yang akan meningkat menjadi 25,3 gigawatt (GW) di tahun 2040. Tentunya pemanfaatan sumber air yang terkonversi menjadi energi listrik dilakukan melalui PLTA.

Akan tetapi, realitanya ketika kemarau panjang melanda yang mengakibatkan surutnya air permukaan danau, tentu diperlukan mitigasi yang tepat terkait strategi ARED tersebut. Tujuannya agar dalam menghadapi kemarau panjang di kemudian hari, sumber air untuk PLTA tak lagi mengalami surut secara signifikan.

Pelajaran lain yang didapat adalah saat tidak terkena jadwal pemadaman bergilir, sebagai masyarakat kita mesti tetap mengutamakan penghematan pemakaian listrik di rumah masing-masing.

Dari penghematan listrik tersebut, sedikit apapun bisa menjadi bagian dari upaya mitigasi terhadap kondisi keterbatasan energi listrik yang bersumber dari energi terbarukan.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Dampak Surutnya Danau Poso terhadap Keberlanjutan Energi Terbarukan"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau