Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Junjung Widagdo
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Junjung Widagdo adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Sistem Ranking, Apakah Memang Perlu Dihilangkan?

Kompas.com - 07/12/2023, 20:31 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Ranking kelas menjadi hal yang ditunggu-tunggu siswa maupun orangtua setelah ujian akhir sekolah. 

Masih teringat dulu saat kelas 1 SMA, saya memperoleh peringkat kedua, nama saya disebut dan dipanggil untuk maju ke depan untuk menerima hadiah berupa alat tulis.

Dengan perkembangan zaman, kurikulum pun berubah. Saat Kurikulum 2013 diterapkan, sistem ranking pun ditiadakan, karena dipandang tidak tepat untuk menggambarkan potensi serta talenta siswa.

Sebagai seorang guru, orangtua siswa, dan juga sekaligus sebagai pembelajar. Saya pun melakukan evaluasi terkait peniadaan sistem ranking di kelas.

Dalam beberapa kesempatan, saya pernah bercakap ringan dengan anak saya terkait rangking di kelas, "Dulu ayah rangking trus loh saat SD."

“Äku gak ada ranking yah," ujarnya.

Mendengarnya, saya cukup "kena mental". Padahal dengan sombongnya saya mengatakan hal tersebut pada anak saya agar ia termotivasi. Menurut saya, sepertinya peniadaan ranking di Kurikulum 2013 menjadikan anak-anak "buta peringkat kelas".

Tidak hanya itu, hal tersebut membuat iklim belajar menjadi rendah, sebab tidak ada penghargaan ataupun peringkat yang dinanti.

Hal ini juga membuat saya selaku orangtua menjadi susah untuk memantau sejauh mana perkembangan anak saya di kelas. 

Kontradiksi Sistem Ranking di Kelas

Meski sistem ranking mampu memberikan efek buruk terhadap mentalitas siswa. Namun bagi saya, sistem ranking masih menjadi salah satu satu syarat bagi siswa untuk bisa mendaftarkan diri ke perguruan tinggi negeri melalui jalur rapor.

Begitu juga saat siswa yang akan mendaftarkan pendidikan ke jenjang SMP maupun SMA lewat jalur PPDB jalur prestasi, maka siswa yang kemungkinan besar akan lolos jalur prestasi adalah siswa dengan nilai rapor terbaik di angkatan tersebut di sekolahnya.

Petugas mengakses laman pendaftaran PPDB tingkat SMK jalur akademik prestasi luar DKI Jakarta di posko Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2020PRIYOMBODO Petugas mengakses laman pendaftaran PPDB tingkat SMK jalur akademik prestasi luar DKI Jakarta di posko Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2020

Lantas, apa sebenarnya esensi dari dihilangkannya sistem peringkat, padahal semua institusi pendidikan tetap meminta pemeringkatan?

Jangan Menutup Mata dengan Sistem Ranking di Kelas

Saya pikir janganlah kita menutup mata dari sistem rangking, karena nyatanya sistem rangking merupakan hal yang tidak akan bisa dihindari. 

Justru saya berpikir dengan peniadaan sistem ranking, maka generasi saat ini menjadi tidak siap menerima kegagalan.

Jangan menutup mata seolah-olah sistem rangking di dunia pendidikan merupakan sesuatu yang buruk. Justru dengan adanya sistem ranking di kelas, maka siswa akan lebih mudah merefleksikan dirinya. Sehingga, mereka mampu memperbaiki hal yang dirasa kurang dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas.

Selain itu, sistem ranking juga akan membuat siswa jauh lebih siap untuk menghadapi kegagalan secara psikologis.

Dari sisi orangtua, sistem ranking juga membantu mengetahui perkembangan anak di sekolah. Sehingga, orangtua dapat memberikan evaluasi dan saran kepada anak.

Serta bagi para guru, sistem ranking di kelas juga penting untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran yang diajarkan terserap baik oleh siswa.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Menyoal Peringkat Kelas, Kenapa Dihilangkan?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau