Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Sejak PT Kereta Api Indonesia (Persero) menerapkan teknologi pengenalan wajah pada pintu keberangkatan khusus yang disebut face recognition boarding gate. Kini, penumpang kereta api tidak perlu lagi menunjukkan KTP elektronik maupun dokumen vaksinasi di stasiun.
Setelah beberapa lama, akhirnya saya berkesempatan kembali menggunakan kereta Argo Parahyangan untuk perjalanan Jakarta-Bandung.
Dengan pertimbangan lebih nyaman, maka saya pun membeli tiket kereta Argo Parahyangan dari Gambir ke Bandung.
Sesampainya di Gambir, saya melihat ada meja khusus untuk mendaftar akses pintu masuk menggunakan face recognition.
Maka tanpa pikir panjang, saya langsung menuju meja tersebut untuk mendaftar. Ternyata cuma diminta KTP.
"Gak difoto, Pak?" saya iseng bertanya.
"Gak, kan sudah ketahuan dari KTP," jawab petugasnya.
"Oh dilihat dari foto KTP ya Pak?" tanya saya lagi.
Petugas tidak menjawab dan langsung mempersilakan antrian berikutnya untuk maju.
Suatu kemajuan besar jika memang sistem face recognition KAI sudah terintegrasi dengan sistem data kependudukan.
Bukan cuma transportasi di Jakarta saja yang sedang diusahakan saling terintegrasi, tetapi sistem digitalnya juga.
Bagi penumpang penumpang yang tidak ingin menggunakan face recognition untuk verifikasi tiket KAI. Mereka pun diarahkan untuk melalui pintu yang lain.
Sementara ada beberapa pintu yang menggunakan face recognition, namun tetap antre karena banyak penumpang yang belum terbiasa sehingga mereka sibuk mengatur senyum saat akan melewati pintu.
Seperti penumpang di depan saya, seorang wanita yang sibuk mengatur senyum di hadapan kamera tidak lolos sensor setelah beberapa kali mencoba, akhirnya hanya berdiri menunggu petugas bereaksi.
Saya mulai tidak sabar karena kereta saya tinggal 10 menit lagi akan berangkat.
"Mba, boleh gantian dulu?" akhirnya saya memberanikan diri bertanya.
Wanita tersebut pun menyingkir agar saya bisa maju. Sekali menatap kamera, saya langsung lolos dan setengah berlari menuju eskalator, khawatir ketinggalan kereta.
Di beberapa gedung perkantoran di Jakarta, face recognition adalah hal yang biasa. Dengan adanya face recognition, akses masuk menjadi lebih cepat.
Saya sangat mendukung penggunaan face recognition digunakan dalam layanan masyarakat, terkhusus pada layanan kereta api. Segala sesuatunya jadi cepat dan tentunya mengurangi antrian.
Lantas, bagaimana dengan penumpang yang masih menolak menggunakan face recognition?
Jika khawatir akan terganggunya privasi, saya rasa pemerintah melalui petugas terkait perlu mengedukasi masyarakat mengenai dampak implementasi teknologi dan perlindungan data pribadi, bagaimana hak dan kewajiban masyarakat, dan tentu saja pemerintah harus menjamin keamanan data pribadi masyarakat.
Saya percaya, KAI tidak akan semerta-merta menyebarkan informasi penumpang. Jika itu terjadi, perlu dipertanyakan masalah penerapan undang-undang perlindungan data pribadi.
Dan saya rasa rakyat berhak menuntut jika data pribadinya disebarkan dengan sembarangan dan tidak bertanggung jawab.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Lebih Cepat dengan Face Recognition"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.