Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Veronika Gultom
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Veronika Gultom adalah seorang yang berprofesi sebagai Programmer/IT Consultant. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Pengalaman Menggunakan Face Recognition Saat Naik Kereta Api

Kompas.com - 11/12/2023, 21:17 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Sejak PT Kereta Api Indonesia (Persero) menerapkan teknologi pengenalan wajah pada pintu keberangkatan khusus yang disebut face recognition boarding gate. Kini, penumpang kereta api tidak perlu lagi menunjukkan KTP elektronik maupun dokumen vaksinasi di stasiun.

Setelah beberapa lama, akhirnya saya berkesempatan kembali menggunakan kereta Argo Parahyangan untuk perjalanan Jakarta-Bandung.

Dengan pertimbangan lebih nyaman, maka saya pun membeli tiket kereta Argo Parahyangan dari Gambir ke Bandung.

Sesampainya di Gambir, saya melihat ada meja khusus untuk mendaftar akses pintu masuk menggunakan face recognition.

Maka tanpa pikir panjang, saya langsung menuju meja tersebut untuk mendaftar. Ternyata cuma diminta KTP.

"Gak difoto, Pak?" saya iseng bertanya.

"Gak, kan sudah ketahuan dari KTP," jawab petugasnya.

"Oh dilihat dari foto KTP ya Pak?" tanya saya lagi.

Petugas tidak menjawab dan langsung mempersilakan antrian berikutnya untuk maju.

Suatu kemajuan besar jika memang sistem face recognition KAI sudah terintegrasi dengan sistem data kependudukan.

Bukan cuma transportasi di Jakarta saja yang sedang diusahakan saling terintegrasi, tetapi sistem digitalnya juga.

Bagi penumpang penumpang yang tidak ingin menggunakan face recognition untuk verifikasi tiket KAI. Mereka pun diarahkan untuk melalui pintu yang lain.

Sementara ada beberapa pintu yang menggunakan face recognition, namun tetap antre karena banyak penumpang yang belum terbiasa sehingga mereka sibuk mengatur senyum saat akan melewati pintu.

Seperti penumpang di depan saya, seorang wanita yang sibuk mengatur senyum di hadapan kamera tidak lolos sensor setelah beberapa kali mencoba, akhirnya hanya berdiri menunggu petugas bereaksi.

Saya mulai tidak sabar karena kereta saya tinggal 10 menit lagi akan berangkat.

"Mba, boleh gantian dulu?" akhirnya saya memberanikan diri bertanya.

Wanita tersebut pun menyingkir agar saya bisa maju. Sekali menatap kamera, saya langsung lolos dan setengah berlari menuju eskalator, khawatir ketinggalan kereta.

Di beberapa gedung perkantoran di Jakarta, face recognition adalah hal yang biasa. Dengan adanya face recognition, akses masuk menjadi lebih cepat.

Saya sangat mendukung penggunaan face recognition digunakan dalam layanan masyarakat, terkhusus pada layanan kereta api. Segala sesuatunya jadi cepat dan tentunya mengurangi antrian.

Lantas, bagaimana dengan penumpang yang masih menolak menggunakan face recognition?

Jika khawatir akan terganggunya privasi, saya rasa pemerintah melalui petugas terkait perlu mengedukasi masyarakat mengenai dampak implementasi teknologi dan perlindungan data pribadi, bagaimana hak dan kewajiban masyarakat, dan tentu saja pemerintah harus menjamin keamanan data pribadi masyarakat.

Saya percaya, KAI tidak akan semerta-merta menyebarkan informasi penumpang. Jika itu terjadi, perlu dipertanyakan masalah penerapan undang-undang perlindungan data pribadi.

Dan saya rasa rakyat berhak menuntut jika data pribadinya disebarkan dengan sembarangan dan tidak bertanggung jawab.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Lebih Cepat dengan Face Recognition"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau