Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abdul Haris
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Abdul Haris adalah seorang yang berprofesi sebagai Bankir. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Tantangan Menyeimbangkan Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

Kompas.com - 23/02/2024, 08:00 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara ideal semestinya diikuti dengan inflasi yang rendah. Akan tetapi, menjodohkan kedua tujuan ini bukan perkara mudah.

Jika melihat Indonesia ke belakang pada saat zaman kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), laju ekonomi pada saat itu mencapai angka yang tinggi meski disertai inflasi yang tinggi pula.

Berbeda dengan masa SBY, pada masa pemerintahan Jokowi, pertumbuhan ekonomi tidak bisa melampaui tidak bisa melampaui pencapaian rekor saat era SBY meski di era Jokowi sukses menekan inflasi.

Dengan nilai inflasi yang rata-rata relatif rendah, pemerintahan Jokowi lebih menekankan pada pembangunan ekonomi melalui pemerataan pendapatan dan kesejahteraan. Konsekuensi dari laju inflasi yang rendah adalah pertumbuhan ekonominya juga terbatas.

Terdapat Tantangan yang Berbeda

Pada masa pemerintahan SBY, laju ekonomi Indonesia kerap berada di atas 6% dan pernah mencapai 6,5% di tahun 2011. Akan tetapi, prestasi itu diikuti dengan inflasi yang tinggi.

Tahun 2005 dan 2008, inflasi tahunan Indonesia sempat menyentuh 17,11% dan 11,06% secara berturut-turut. Ini menunjukkan bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi tinggi diinginkan, namun inflasi yang tinggi juga menjadi dampak yang harus diatasi.

Di sisi lain, era kepemimpinan Jokowi menggambarkan sebuah paradoks. Meskipun pertumbuhan ekonominya tidak mampu melampaui rekor SBY, Jokowi berhasil menekan tingkat inflasi menjadi relatif rendah.

Selama hampir 10 tahun kepemimpinan Jokowi, catatan inflasi tahunan tidak pernah mencapai dua digit. Meskipun ada lonjakan pada tahun 2014 sebesar 8,36% dan 2022 sebesar 5,51%, angka inflasi mayoritas berkisar di bawah 3%.

Tentu dari dua era pemerintahan pemimpin Indonesia tadi tidak bisa dibandingkan secara langsung karena tantangan yang dihadapi pada tiap era berbeda. Pada satu dekade masa pemerintahan SBY, Indonesia dihadapkan pada kekhawatiran dampak dari krisis global yang bermula pada 2008.

Pada saat itu, Indonesia termasuk sedikit dari negara-negara yang mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya di tengah ketidakpastian global.

Tantangan berat juga muncul pada periode kepemimpinan Jokowi, di mana dunia diuji oleh pandemi Covid-19. Perekonomian global hampir mati karena aktivitas fisik dibatasi, dan pertumbuhan ekonomi pun menunjukkan angka negatif.

Selain pandemi, berbagai ketegangan geopolitik turut meramaikan panggung dunia, mulai dari perang dagang antara AS dan China hingga konflik bersenjata di Ukraina, Rusia, Palestina, dan Israel. Ketegangan tersebut juga berdampak pada persoalan ekonomi, terutama terganggunya rantai produksi yang memicu inflasi.

Jodoh Ideal antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

Pertumbuhan ekonomi yang baik tidak akan banyak berarti jika inflasinya tidak terkendali, begitupun sebaliknya. Meskipun tidak mudah, laju ekonomi tinggi kudu tetap dipacu sembari mengendalikan inflasi. Bank Indonesia menegaskan bahwa inflasi yang rendah dan stabil adalah prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

Memasuki tahun 2024, pemerintah menetapkan target inflasi yang semakin rendah, berkisar antara 1,5% hingga 3,5%. Ini merupakan target yang paling rendah jika melihat sejarah target inflasi Indonesia sejak tahun 2001.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia, sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2023 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, ditargetkan mencapai 5,2%. Meski lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2023 sebesar 5,05%, angka ini menunjukkan keyakinan dalam mewujudkan kondisi ekonomi yang semakin baik.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau