Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Brader Yefta
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Brader Yefta adalah seorang yang berprofesi sebagai Administrasi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Penjelasan Pengajuan Pinajaman Tertolak meski Hasil SLIK Bagus

Kompas.com - 29/02/2024, 20:15 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Pada kenyataannya justru hampir di semua perusahaan pembiayaan, komposisi terbesar database nasabah ada di kategori dua alias pernah telat bayar, bayar lewat satu hari hingga 60 hari).

Maka dari itulah para peminjam dengan status kategori dua ini masih bisa di-approve oleh lembaga penyedia pinjaman.

Pada dasarnya, pihak pemberi kredit membutuhkan jumlah nasabah yang banyak baik secara unit maupun pertambahan pokok utang, selama risikonya masih bisa diminimalisir dengan tidak melebihi NPL atau NPF yang disyaratkan.

Lantas, apa alasan mengapa pengajuan kredit masih juga ditolak padahal status kolektibilitas dianggap aman?

Ada beberapa alasan yang mungkin menyebabkannya.

  • Order Peminjaman Hanya Memanfaatkan Nama Peminjam

Sebut saja semisal orang yang mengajukan pinjaman Si A, namun yang menggunakan unit kredit (dalam hal ini dimisalkan kendaraan) bukan Si A, bukan juga keluarga inti yang ada dalam satu Kartu Keluarga (suami/istri, anak).

Jika terjadi hal demikian, surveyor bisa mendeteksi adanya order peminjaman seperti itu dari gestur dan gelagat sang peminjam. Ketika diwawancarai, peminjam akan terlihat bingung dan gagap saat menghadapi pertanyaan-pertanyaan seputar jumlah uang muka yang dibayar, diminta menaikkan uang muka, dan lain-lain.

  • Status Tempat Tinggal

Masalah selanjutnya adalah terkait tempat tinggal. Pihak penyedia pinjaman lebih suka jika statu tempat tinggal peminjam bukanlah kos atau rumah kontrak, melainkan rumah pribadi dilengkapi kartu identitas (KTP) setempat atau bisa juga rumah milik orangtua.

Sebab, pengajuan kredit kendaraan tidak bisa disamakan dengan kredit palater, barang elektronik, atau kartu kredit.

Alasannya sederhana, jika suatu hari si peminjam memiliki tunggakan, pihak penyedia pinjaman akan dengan mudah menghubungi pihak keluarga inti yang masih berinteraksi langsung dengan si peminjam.

Lantas, bagaimana bila kasusnya ada seorang perantau yang sudah menetap dan bekerja di satu kota dalam jangka waktu panjang?

Biasanya, akan ada sejumlah syarat tambahan lain yang dilihat. Seperti misalnya, dengan melihat di mana dia bekerja, apakah tempatnya bekerja itu institusi milik negara atau level perusahaan nasional.

Jika calon peminjam berkantor di perusahaan nasional yang memiliki banyak cabang di berbagai kota di Indonesia, pihak penyedia pinjaman bisa melihat apakah alamat calon peminjam sesuai dengan alamat kantor tempatnya bekerja.

Sehingga bila suatu hari Si Peminjam menghilang dengan unit kendaraan padahal status kreditnya masih berjalan, staf penagihan yang ada di kota yang sama dengan alamat kantor peminjam bisa melakukan kunjungan lansung ke kantor tersebut.

  • SLIK Aspal (Asli tapi Palsu)

Maksudnya SLIK aspal adalah benar bahwa itu data calon peminjam dengan kategori kolektibilitas satu atau dua, tetapi yang membayar cicilan pada kontrak lama tersebut bukan Si Peminjam, melainkan orang lain di luar keluarga inti.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban

6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban

Kata Netizen
Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai 'Skin Tone'?

Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai "Skin Tone"?

Kata Netizen
Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kata Netizen
'Deep Talk' Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

"Deep Talk" Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

Kata Netizen
Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Kata Netizen
Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau