Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Oleh karenanya, guru memiliki peran yang begitu fital untuk mengarahkan dan memfasilitasi anak didiknya agar menemukan pengetahuan serta pemahaman akan ilmu.
Hal itu juga yang dalam Kurikulum Merdeka dikenal sebagai pembelajaran yang berpihak pada murid. Konsep itu merupakan pendekatan yang dalam proses pembelajaran dapat mengakomodasi kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa sebagai fokus utama. Sebuah pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek yang unik dan dinamis.
Sebagai catatan, Kurikulum Merdeka memang menitikberatkan pada pengembangan kreativitas serta pembentukan karakter murid. Dengan konsep berdiferensiasi dan penajaman karakter melalui pendekatan proyek penguatan profil pelajar pancasilanya, Kurikulum Merdeka diharapkan menjadi kurikulum yang aktual sesuai dengan paradigma pembelajaran abad ke-21.
Maka dari itu Kurikulum Merdeka diharapkan bukan menjadi pembelajaran yang dilaksanakan ibarat hanya mengisi bejana kosong, guru berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan murid berperan sebagai pihak yang menerima pengetahuan secara pasif.
Hal itu tentu bertolak belakang dengan pembelajaran abad 21 yang berpusat pada murid dan murid bertindak sebagai subjek aktif dalam pembelajaran.
Lantas, bila kembali pada pertanyaan awal, di manakah posisi pendidikan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, apakah sudah termasuk kategori menyalakan pelita atau hanya mengisi bejana kosong?
Jawabannya tentu hanya bisa ditemui di dalam hati para guru sendiri, sebab guru lah yang bertindak sebagai pelaksana teknis pendidikan, dan guru pula lah penggerak sistem pendidikan itu sendiri.
Kurikulum Merdeka yang memberikan keleluasaan bagi para guru untuk merancang dan mengembangkan pembelajaran, tentu tidak akan berjalan efektif jika tidak diimbangi dengan semangat dan kreativitas dalam berkarya. Artinya, kurikulum dapat dikatakan bagus jika diimbangi dengan sarana-prasarana sekolah yang memadai serta kemampuan SDM guru yang mumpuni.
Akan tetapi, sayangnya dewasa ini kedua hal tersebut justru menjadi PR besar bagi pemerintah kita. Di Indonesia, setiap tahun masih saja terdengar isu tentang kesejahteraan para guru, tidak sedikit pula berita tentang sekolah dengan minim sarana-prasarana, khususnya di wilayah pelosok Indonesia.
Perlu diakui, untuk menggerakkan kapal besar bernama pendidikan Indonesia membutuhkan kerja keras dan komitmen bersama dari semua pihak. Pemerintah sudah memulainya dengan apa yang kita kenal dengan guru penggerak. Akan tetapi peran guru penggerak saja tidak akan cukup, melainkan juga butuh peran keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta negara secara keseluruhan.
Jangan sampai angan bahwa pendidikan kita akan mencerahkan ibarat menyalakan pelita dan bukan sekadar mengisi bejana kosong hanya menjadi jargon semata, menjadi kalimat indah penuh metafora yang mudah diucapkan namun sulit untuk mewujudkannya karena justru permasalahan yang paling krusial, yakni kesejahteraan guru/pendidik tidak terpenuhi.
Atau bisa juga sebaliknya, di saat kesejahteraan guru sudah tercukupi, akan tetapi guru malah menjadi pribadi yang enggan mengembangkan diri. Begitu pun dengan sarana dan prasarana sekolah, jangan sampai sudah banyak guru yang menginginkan perubahan dan kemajuan, tapi sarana dan prasarana sekolah belum juga bisa mendukung.
Negara tidak boleh abai dengan berbagai macam isu pendidikan dan harus terus menerus melakukan berbagai upaya kebijakan guna mendorong pendidikan kita ke arah yang lebih baik. Agar pelita-pelita intelektual menyala dengan terangnya di seluruh antero negeri. Menerangi bangsa dan negara dengan cahaya kemajuan dan keberadaban. Tetap sehat dan tetap semangat. Maju terus pendidikan Indonesia. Salam blogger persahabatan.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Pendidikan Itu Menyalakan Pelita Bukan Mengisi Bejana"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.