Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Kasus penyalahgunaan narkoba kembali kita dengar, kini datang dari penyanyi terkenal, Virgoun yang tertangkap tangan pada Kamis (20/6) di kawasan Ampera, Jakarta Selatan.
Ini bukan kali pertama, banyak sekali sederetan artis yang terkena kasus serupa. Namun, mengapa artis bisa terlibat dalam dunia gelap narkoba? Apakah popularitas yang didapat tidak selalu mendatangkan rasa bahagia?
Banyak dari kita, terutama penggemar yang mungkin hanya melihat popularitas para artis sebagai sebuah kesuksesan, tidak melihat pada sisi personalnya yang mungkin saja sangat berat.
Padahal banyak hal yang tidak diketahui publik, termasuk tekanan-tekanan yang didapat dari label popularitasnya.
Sebagai contoh, tekanan pekerjaan dan karier karena industri hiburan seringkali menempatkan artis di bawah tekanan besar untuk tampil maksimal.
Tekanan ini bisa mengarah pada pencarian cara cepat untuk mengatasi stres dan kelelahan, yang sayangnya terkadang pelariannya justru pada penggunaan narkoba.
Tekanan-tekanan itu memang tidak terlihat di panggung, akan tetapi dalam beberapa kasus yang terungkap mereka menceritakan tekanan-tekanan yang dialaminya justru dari faktor eksternal.
Belum lagi urusannya dengan penggemar dan publik yang juga menciptakan stres tersendiri. Terutama dengan keberadaan haters yang sering menyerang kehidupan personal para artis. Termasuk yang dialami Virgoun.
Kehidupan publik artis sering kali dikelilingi oleh ekspektasi yang tinggi dari penggemar, kritik media, dan perhatian publik yang intens.
Tentu saja tekanan ekspektasi ini bisa menganggu secara psikologis dan mengarah pada pencarian pelarian atau mekanisme koping yang kurang sehat.
Publik sering melihat banjir harta para artis sebagai sebuah "khayalan" fatamorgana yang menyilaukan. Padahal kombinasi antara kekayaan yang melimpah dan tekanan dari publik atau pekerjaan juga bisa mengarahkannya pada kemungkinan penggunaan narkoba.
Uang berlimpah bisa membeli apapun, termasuk kesenangan. Hanya saja ada yang lebih banyak didapat kalau seseorang sudah populer, yakni privilage terhadap akses pada narkoba.
Faktor lingkungan para selebriti juga bisa menjadi pancingan masuk ke dalam dunia narkoba. Teman sesama artis yang menjadi pengguna, intensitas pertemuan bisa menjadi jalan masuk.
Sisi Lain Kehidupan di Balik Popularitas
Memang menjadi dilematis ketika seorang publik figur seperti artis terjerat narkoba. Pada satu sisi bisa menjadi pembelajaran, tetapi sisi lainnya juga bisa menjadi stimulan para penggemar fanatik untuk ikutan mencoba.
Padahal alasan seorang artis memakai narkoba bisa jadi karena stres dan depresi. Akan tetapi penggemarnya mungkin melihatnya sebagai sesuatu lain, meskipun ini jelas-jelas salah.
Penggunaan narkoba oleh artis terkadang bisa dilihat sebagai simbol kebebasan atau eksperimen dalam budaya populer.
Beberapa penggemar mungkin menganggap bahwa meniru perilaku tersebut dapat menunjukkan bahwa mereka juga modern atau mengikuti tren tertentu.
John Lennon saja pernah mengungkapkan dalam wawancaranya tentang bagaimana ketenaran bisa menjadi sesuatu yang membatasi dan membebani.
Periode sulit yang dialami John Lennon berdampak pada karier musiknya.
Pada akhirnya ukuran-ukuran kebahagiaan, popularitas menjadi subjektif, tergantung bagaimana kita memandangnya.
Sosok publik figur bisa dijadikan ukuran dan panutan, tapi setidaknya kita juga harus realistis dengan kapasitas diri sendiri.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Artis dan Narkoba, Sisi Lain di Balik Popularitas"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.