Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
2. Communication
Ketika menjalani pekerjaan kefarmasiannya, apoteker akan terus berinteraksi dengan orang lain baik secara verbal dan non-verbal.
Kepada siapa saja, paling tidak yang terkait dengan pekerjaan seperti pasien, rekan sejawat dan tenaga kesehatan/tenaga medis lainnya.
Hal semacam itu bermanfaat bagi Apoteker untuk membaca situasi, kapan mesti bernegosiasi dan berkompromi, kapan mesti tegas dengan keputusan, hingga menggunakan bahasa yang tepat ketika berkomunikasi dengan orang awam
3. Critical thinking (problem solving)
Saat menjalani tugasnya, seorang Apoteker juga mesti bisa berpikir dengan kritis.
Itu yang akhirnya bisa membiasakan diri untuk berpikir dengan menitikberatkan pada usaha preventif, terutama dalam menyusun sistem mutu.
Apalagi ketika dihadapkan pada suatu masalah, apoteker diharapkan mampu menganalisis dan mengevaluasi tindakan perbaikan dan pencegahan yang diperlukan.
4. Integrity, flexibility, dan etos kerja
Konsisten menjaga integritas dirinya, tetapi mesti fleksibel. Seorang apoteker bisa menilai dan memilah hal-hal apa saja yang masih bisa ditoleransi dan mana yang tidak.
Etos kerja yang baik perlu terus dipelihara secara konsisten untuk meminimalisir risiko pekerjaan yang tidak perlu.
5. Time management
Ada banyak sekali tugas dan tanggung jawab yang dijalankan sesuai standar mutu yang ditetapkan dan sesuai kode etik profesi.
Sehingga rutinitas kerja seorang Apoteker memiliki tanggung jawab teknis di fasilitas produksi/distribusi/pelayanan farmasi.
6. Team work