Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Dahron
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Muhammad Dahron adalah seorang yang berprofesi sebagai Freelancer. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

4 Alasan Orang Indonesia Suka Makanan Pedas

Kompas.com - 24/07/2024, 18:31 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Sedikit banyaknya, makanan pedas telah lama menjadi kuliner paling digemari masyarakat nusantara. Makanan pedas seperti punya pesonanya sendiri hingga jadi ciri khas.

Ada memang yang tidak suka cabai, tetapi tak sedikit dari mereka biasanya menyukai makanan pedas.

Makan-makanan pedas ini bisa merasakan sensasi kepedasan hingga mata dan hidungnya berair.

Jika ditelaah, setidaknya ada 4 alasan yang membuat orang Indonesia begitu gemar menyantap hidangan dengan rasa pedas.

1. Budaya yang Kental dengan Rasa Pedas

Makanan pedas ini erat sekali kaitannya dengan rempah-rempah di Nusantara. Ada cabai, lada, atau kunyit yang sering digunakan sebagai bumbu memberikan pengaruh besar pada budaya dan kuliner masyarakat Indonesia.

Belum lagi karakteristik iklim tropis di Indonesia menjadi alasan makanan pedas jadi begitu diminati.

Konsumsi makanan pedas diketahui dapat memicu keringat keluar dari pori-pori kulit sehingga tubuh dapat menjadi lebih dingin.

Selain itu makanan pedas juga dianggap dapat mempercepat proses metabolisme dan meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, sehingga dapat membantu mengurangi rasa kantuk di daerah tropis yang panas.

2. Hidangan Pedas dan Panas

Sebenarnya efek panas yang dihasilkan hidangan pedas disebabkan oleh kandungan kapsaisin yang terdapat pada cabai.

Kapsaisin merupakan senyawa kimia berupa zat antiperadangan dan analgesik yang dapat merangsang sel-sel saraf di mulut dan perut, sehingga menimbulkan sensasi panas.

Reaksi ini yang akhirnya akan membuat tubuh jadi lebih hangat dan berkeringat. Belum lagi sensasi panas yang timbul pada mulut dan perut saat mengonsumsi makanan pedas, ternyata itu juga dapat memicu peningkatan sirkulasi darah dalam tubuh.

Ketika itu semua terjadi, maka produksi hormon endorfin akan meningkat dan melancarkan aliran darah, menghangatkan tubuh, hingga memberikan perasaan senang.

3. Kandungan Nutrisi Pada Cabai

Nutrisi yang terkandung pada cabai ternyata dibutuhkan juga oleh tubuh. Ada beberapa vitamin A, C, dan beberapa mineral seperti kalium dan zat besi.

Namun, perlu diperhatikan kembali, meski memiliki kandungan nutrisi yang bermanfaat, bukan berarti kita bisa mengonsumsi cabai secara berlebihan.

Apalagi kalau mengonsumsi cabai dengan jumlah yang berlebihan dapat merangsang produksi asam lambung sehingga dapat menyebabkan gangguan pencernaan.

4. Menambah Variasi Rasa pada Hidangan

Selain alasan kesehatan, banyak juga orang Indonesia suka makanan pedas karena dapat memberi variasi rasa pada hidangan. Jadi, tidak sedikit yang menambah pedas makanannya akan bertambah pula selera makannya.

Tidak hanya itu, sensasi rasa pedas di mulut dapat memberi rasa gurih yang khas sehingga hidangan terasa lebih nikmat.

Makanya tidak heran Indonesia punya begitu beragam sambal di tiap daerahnya. Ada sambal terasi di wilayah Jawa, sambal bajak di Nusa Tenggara, maupun rica-rica di Sulawesi.

Variasi rasa yang dihadirkan oleh sambal akan memunculkan kepuasan dan pengalaman memuaskan bagi penikmat makanan pedas.

***

Namun, sesuka apapun kita dengan makanan pedas, jumlah dan pola mengonsumsinya perlu dijaga agar tubuh tetap segar dan bugar.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Kenapa Makanan Pedas Disukai oleh Orang Indonesia?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau