Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abdul Haris
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Abdul Haris adalah seorang yang berprofesi sebagai Bankir. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Jumlah Mesin ATM Terus Berkurang, Ada Apa?

Kompas.com - 25/07/2024, 15:07 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Pesatnya transaksi digital membuat gerai mesin ATM dan kantor-kantor cabang bank kian sepi dan tutup.

Selain itu ada juga yang menilai kalau berkurangnya mesin ATM merupakan siasat yang dilakukan oleh Bank untuk melakukan penghematan operasional.

Akan tetapi perkembangan transaksi digital sekarang ini telah membawa perubahan yang cukup signifikan terhadap industri keuangan.

Biar bagaimanapun setiap orang pasti akan mencari kemudahan. Jika dulu kita pernah mengenal sistem barter yang mana barang ditukar dengan barang ternyata perlahan cukup merepotkan karena adanya potensi ketidaksesuaian nilai barang yang dipertukarkan.

Kemudian hadir alat tukar, uang. Uang digunakan sebagai alat bayar yang memudahkan penyetaraan nilai barang.

Tetapi seiring berjalannya waktu kita menyadari adanya risiko kehilangan. Sampai akhirnya dibuat mekanisme pembayaran non tunai, ada transfer, pembayaran menggunakan kartu, hingga yang terkini, memanfaatkan gawai.

Terkait pemanfaatan gawai dan pembayaran, ternyata itu dapat menjawab kebutuhan dan kembudahan bertransaksi. Apalagi gawai merupakan perangkat yang melekat dalam keseharian manusia.

Kembali soal berkurangnya jumlah mesin ATM, perubahan perilaku masyarakat bisa jadi yang mengawalinya.

Ketika orang sudah merasa lebih nyaman bertransaksi akan memanfaatkan fitur layanan digital.

Pada akhirnya frekuensi penarikan uang tunainya tentu akan berkurang. Petugas bank secara langsung juga menurun.

Walhasil industri pada akhirnya akan menyesuaikan strategi bisnisnya dengan trend yang ada.

Pilihan Pembayaran

Meski sudah semasif ini, masih ada saja yang skeptis dengan pembentukan budaya masyarakat non tunai. Mesin ATM berkurang, menyulitkan lansia, hingga banyaknya masyarakat masih belum memiliki gawai.

Belum lagi dampak lainnya adalah munculnya pengangguran akibat penutupan bank dan pemborosan ketika transaksi dilakukan secara non-tunai.

Sayangnya, ada yang perlu diketahui terkait sistem pembayaran ini, yakni kalau muncul instrumen pembayaran baru, sebetulnya tidak menghilangkan instrumen yang lama.

Barter, misalnya, sebenarnya masih diterapkan asalkan adanya kesepakatan. Uang tunai juga demikian, walaupun sudah ada pembayaran digital nyatanya tidak menggugurkan transaksi tunai.

Meskipun digitalisasi terus dipacu, bank sentral masih terus mengedarkan uang kertas dan logam. Pemanfaatan uang jenis itu masih tinggi.

Buktinya, data Bank Indonesia pada Mei 2024 menunjukkan bahwa uang kartal yang diedarkan meningkat 6,82 persen secara tahunan, sehingga menjadi Rp1.038,26 triliun.

Jadi, tidak ada keraguan, kebutuhan masyarakat yang memilih pembayaran tunai masih bakal terpenuhi.

Butuhnya Kemudahan

"Banking is necessary, but banks are not," ucap Bill Gates, pendiri Microsoft, 3 dekade yang lalu.

Terkait mesin ATM dan kantor cabang bank memang sudah diprediksi sejak lama. Perubahan menjawab kebutuhan manusia dan kebutuhan lazimnya mengarah pada adanya kemudahan.

Pergeseran dan kecenderungan gaya hidup dari transaksi tunai ke transaksi digital, rasanya sulit untuk ditahan.

Ada juga masyarakat yang kadung nyaman dengan kemudahan teknologi bisa jadi enggan kembali dengan pada cara-cara lama.

Keberlanjutan Perubahan

Mesin ATM muncul, aktivitas penarikan uang di bank berkurang. Begitu juga ketika aktivitas transaksi cukup dengan gawai, penarikan uang melalui mesin ATM menurun. Jumlah mesin ATM pun mulai menyusut.

Setiap perubahan ada konsekuensinya. Transisi dari tunai ke non-tunai akan terus berlanjut, dengan segala tantangan yang tersisa.

Bagi mereka yang masih bertahan dengan transaksi konvensional, instrumennya masih disediakan. Sembari, sebagian yang mampu dan bersedia, dapat beradaptasi terhadap perubahan yang ada.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Berkurangnya Mesin ATM, Adakah yang Salah?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Buka Warung Makan, Kapan Waktu yang Tepat Rekrut Pegawai?

Buka Warung Makan, Kapan Waktu yang Tepat Rekrut Pegawai?

Kata Netizen
Katanya Susah Nabung, tetapi Belanja Terus

Katanya Susah Nabung, tetapi Belanja Terus

Kata Netizen
BIsakah Menjamin Ketahanan Pangan lewat Real Food?

BIsakah Menjamin Ketahanan Pangan lewat Real Food?

Kata Netizen
Eksistensi Toko Buku Bekas di Tengah Era Disrupsi

Eksistensi Toko Buku Bekas di Tengah Era Disrupsi

Kata Netizen
Logika Kelas Ekonomi antara Kaya dan Miskin

Logika Kelas Ekonomi antara Kaya dan Miskin

Kata Netizen
Stigma hingga Edukasi tentang Vasektomi

Stigma hingga Edukasi tentang Vasektomi

Kata Netizen
Tradisi Ngedekne Rumah dan Oblok-Oblok Tempe Berkuah

Tradisi Ngedekne Rumah dan Oblok-Oblok Tempe Berkuah

Kata Netizen
Antara Buku, Pendidikan, dan Kecerdasan Buatan

Antara Buku, Pendidikan, dan Kecerdasan Buatan

Kata Netizen
Antisipasi Penipuan lewat Digital Banking

Antisipasi Penipuan lewat Digital Banking

Kata Netizen
Apakah Kamu Termasuk Pendikte di Lingkungan Kerja?

Apakah Kamu Termasuk Pendikte di Lingkungan Kerja?

Kata Netizen
Tes Sidik Jari dari Sudut Pandang Psikologis

Tes Sidik Jari dari Sudut Pandang Psikologis

Kata Netizen
Utang, Paylater, dan Pinjol

Utang, Paylater, dan Pinjol

Kata Netizen
'Wedding Anniversary', Sederhana tetapi Penuh Makna

"Wedding Anniversary", Sederhana tetapi Penuh Makna

Kata Netizen
Bonding Orangtua Masa Kini, Anak adalah Teman

Bonding Orangtua Masa Kini, Anak adalah Teman

Kata Netizen
Kapan Sebaiknya Hewan Divaksin?

Kapan Sebaiknya Hewan Divaksin?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau