Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Andi Firmansyah
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Muhammad Andi Firmansyah adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Ketika Menerima Nasehat Orang Lain Terasa Berat untuk Dijalani

Kompas.com - 31/08/2024, 09:25 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Semakin banyak ahli dan profesional, misalnya Nicholas Taleb dan psikolog terkemuka Daniel Kahneman, bahkan miliarder itu sendiri seperti investor terkenal Warren Buffet, menyatakan bahwa sifat unik yang menyamakan kisah-kisah sukses adalah keberuntungan (fortune). Agak membosankan, eh?

Sebenarnya tidak juga.

Keberuntungan bukanlah sejenis sihir. Keacakan, kebetulan, dan kekacauan mungkin memang sulit untuk diprediksi atau dijinakkan, tetapi keberuntungan berbeda. Dalam dunia psikologi, keberuntungan merupakan hasil yang terukur dari sekelompok perilaku yang dapat diprediksi. Kita bisa meningkatkan peluangnya.

Psikolog Richard Wiseman, misalnya, berpendapat bahwa keberuntungan hanyalah hasil dari interaksi manusia secara sadar dengan peluang, dan beberapa orang lebih baik melakukan itu daripada yang lain. Dia kemudian mengidentifikasi empat prinsip yang digunakan oleh orang-orang yang beruntung untuk menciptakan keberuntungan dalam hidup mereka.

Prinsip pertama adalah menciptakan, memerhatikan, dan menindaklanjuti peluang. Kedua, mengasah intuisi dan firasat mereka dengan, misalnya, bermeditasi dan kemudian membuat keputusan efektif berdasarkan firasat mereka. Ketiga, optimis akan nasib mujur. Dan terakhir, mengubah nasib buruk menjadi nasib baik, setidaknya secara psikologis.

Pada intinya, meskipun kita hidup di era big data, data yang kita miliki tidak pernah lengkap, dan mungkin hanya berupa puncak gunung es. Survivorship bias membuat kita berpuas diri dengan sekelumit data tersebut. Kita bukan hanya gagal mengenali hilangnya informasi yang penting; kita bahkan tidak tahu ada informasi yang hilang.

Semua yang kita ketahui tentang masa lalu telah melewati jutaan filter dan banyak hal yang tidak pernah dicatat untuk memberi ruang bagi sesuatu yang lebih menarik atau indah atau berani. Semua yang kita pelajari dari sejarah, untuk alasan apa pun, adalah kisah para penyintas. "Sejarah ditulis oleh para pemenang," konon ungkap Winston Churchill.

Dan para pemenang lebih suka menceritakan kehebatan mereka sendiri, sering kali melebih-lebihkannya.

Jadi, skeptislah terhadap guru, buku, podcast, atau sumber daya lain yang tampaknya memberi semacam "formula rahasia" untuk meraih kekayaan, kesuksesan, dan kebahagiaan. Sementara Anda membaca buku "Apa yang Dilakukan Orang Paling Sukses Sebelum Sarapan", orang-orang sukses yang sebenarnya mungkin masih menikmati selimut hangat mereka.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Survivorship Bias, Mengapa Nasihat Orang Sukses Bisa Jadi hanya Omong Kosong"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Jadikan Sekolah sebagai Penjaga Bahasa Daerah

Jadikan Sekolah sebagai Penjaga Bahasa Daerah

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau