Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Desa Serdang Kulon, yang terletak di Kabupaten Tangerang, memiliki salah satu kuliner legendaris yang telah menjadi bagian dari identitas lokal, Dodol H. M. Musa.
Dodol ini bukan hanya menawarkan cita rasa manis yang menggugah selera, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan masyarakat setempat karena kualitas dan keasliannya.
Asal Usul yang Menginspirasi
Dodol H. M. Musa sudah lama dikenal di kalangan masyarakat Tangerang dan sekitarnya. Usaha pembuatan dodol ini dimulai oleh Musa, yang memiliki cerita menarik di balik produknya.
Musa mengenang masa ketika ia masih menjabat sebagai Kepala Desa. Saat itu, ada seorang pengusaha dodol di desanya yang produknya terkenal enak.
Ketika hendak menunaikan ibadah haji, Musa sengaja membeli dodol tersebut dalam jumlah banyak sebagai bekal selama berhaji.
Dodol itu ternyata diminati oleh banyak teman-teman sesama jamaah, bahkan oleh jamaah lain yang sebelumnya tidak ia kenal. Pengalaman ini menumbuhkan keinginannya untuk memulai usaha dodol setelah kembali dari tanah suci.
Proses Pembelajaran yang Telaten
Untuk merealisasikannya, Musa kemudian memutuskan untuk belajar membuat dodol di tempat produksi langganannya. Mulai dari memahami bahan baku hingga mengikuti proses pengolahan secara tradisional, ia mempraktikkan semuanya dengan tekun.
Namun, ada satu inovasi yang muncul di benaknya yaitu menambahkan air kelapa ke dalam adonan, bahan yang tidak biasa digunakan oleh pengusaha dodol lainnya.
Menurut Musa, penambahan air kelapa inilah yang membuat dodol buatannya memiliki tekstur lebih lembut dan rasa gurih yang khas, menjadikannya istimewa di antara produk sejenis.
Varian Rasa yang Menggoda
Dodol H. M. Musa yang telah ada hampir 30 tahun, menawarkan dua varian utama yang digemari oleh masyarakat, yaitu dodol original dan dodol wijen.
Dodol original menawarkan rasa dodol yang manis dan legit. Di sisi lain, dodol wijen adalah varian yang lebih unik, di mana biji wijen ditambahkan ke dalam adonan dodol.
Pembuatan dodol ini masih dilakukan menggunakan peralatan tradisional, dimasak dalam kuali besar sambil terus diaduk. Proses ini tidak hanya menjaga cita rasa otentik, tetapi juga cerita yang mencerminkan tradisi dan budaya lokal, memberikan nilai tambah bagi pengalaman menikmati dodol.
Menikmati Kelezatan Dodol H. M. Musa
Untuk bisa menikmati kelezatan dodol H. M. Musa, kita bisa berkunjung ke rumahnya. Tidak terdapat papan nama yang besar, hanya tulisan tangan di sebuah papan yang menunjukkan arah menuju rumah H. M. Musa.
Dengan suasana yang hangat, kita akan disambut langsung oleh H. M. Musa yang melayani dengan ramah. Di sana, produk dodol ditata di atas meja sederhana, menunggu untuk dinikmati.
Untuk kedua varian dodol ini, harga yang ditawarkan adalah Rp 60.000 per kilogram. Kita juga dapat dibeli secara online melalui berbagai platform e-commerce, sehingga kita bisa menikmati kelezatannya di mana saja.
Dodol H. M. Musa bukan hanya sekadar makanan tradisional, tetapi juga sebuah warisan budaya yang patut dilestarikan. Dodol ini berhasil mempertahankan tempatnya bagi para penikmat kuliner tradisional.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Manisnya Dodol Tradisional dari Desa Serdang Kulon"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.