Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Hari minggu lalu saya kembali memanen kompos. Tidak seperti panenan sebelumnya yang diambil langsung dari ember komposter untuk diletakan di pot-pot tanaman.
Kini saya memakai saringan bambu untuk mengayak dan mendapatkan kompos yang lebih halus.
Hasilnya lumayan. Setelah diayak, kompos terlihat seperti butiran-butiran kecil. Halus dan mudah dibaur dengan media tanam lainnya.
Teksturnya agak lembap, namun tidak bisa juga dibilang basah. Yang terpenting, bau sampahnya sudah hilang dan warnanya menghitam.
Saya lantas teringat dengan sebutan lain kompos yakni "Black Gold" alias "Emas Hitam". Kira-kira apakah kompos memang cocok disebut demikian?
1. Hitam menandakan kompos yang sudah matang
Kompos adalah hasil penguraian bahan organik yang berupa sisa makanan, daun-daun kering, ranting, dan lainnya. Proses mengompos memanfaatkan hewan pengurai dan mikroba seperti bakteri, jamur, dan ragi untuk melakukan dekomposisi.
Di awal pengomposan, komposmu mungkin terlihat warna-warni karena kamu baru memasukkan bahan organik. Setelah tiga minggu, warna-warna tersebut perlahan memudar.
Kemudian setelah dua-tiga bulan, kompos akan mulai menghitam. Saat itu berarti komposmu sudah matang dan siap digunakan.
Ya, warna hitam kompos menandakan hasil penguraian yang telah selesai sempurna.
Warna hitam di kompos juga menandakan nutrisi yang kaya.
Kalian pasti pernah mendengar tanah humus, bukan? Tanah berwarna hitam yang dikenal paling subur untuk tumbuhan.
Struktur tanah humus mirip dengan kompos. Tanah humus terbentuk dari pelapukan daun, batang pohon, dan serangga. Bedanya jika tanah humus terbuat dari proses alami, kompos sengaja dibuat oleh manusia.
Nutrisi dan warna yang terkandung di kompos dan tanah humus juga hampir sama. Ya, sama-sama bagus untuk tanaman.
2. Kompos amat berharga bagi kesuburan tanah