Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sigit Eka Pribadi
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Sigit Eka Pribadi adalah seorang yang berprofesi sebagai Administrasi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Dampak yang Biasa Dirasakan Bila Kamu Seirng Lembur

Kompas.com - 28/12/2024, 19:16 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Kemarin lembur kerja, kemarinnya lagi lembur kerja, eh hari ini lembur kerja juga, lembur kok dibiasakan sih. Masa enggak bisa pulang tenggo sih. Lembur melulu sih.

Ya, apakah kondisi sering lembur kerja di atas sedang kamu alami, kalau iya, maka tentu ada yang salah dalam mengelola pekerjaan kamu.

Kantor juga biasanya enggak akan memerintahkan sering lembur, biasanya kalau situasi urgent banget barulah kantor itu meminta lembur.

Nah, kalau situasinya kamu sendiri yang bikin jadi sering lembur, maka ini menjadi tanda tanya besar dalam kinerja dan memanajarial pekerjaan kamu.

Ada yang mungkin kamu lupakan soal deadline pekerjaan misalnya, ada yang kamu lupakan tentang bagaimana menentukan mana yang skala prioritas pekerjaan dan mana yang bisa nanti dikerjakan, dan mungkin juga kamu sering menunda-nunda pekerjaan.

Ah, kerjaan yang ini bisa nanti-nanti saja masih lama deadlinenya. Ah kerjaan yang ini besok saja masih ada waktu, nah giliran didadak atasan ditanya pekerjaan apakah sudah selesai langsung kelabakan, eh ternyata sudah deadline. Jadi deh kamu lembur lagi, dan lembur lagi.

Intinya kamu harus bisa memanajemen pekerjaan kamu dengan baik, mana yang urgent, mana yang prioritas, mana yang masih bisa nanti dikerjakan harusnya kamu bisa kelola dengan bijaksana, sehingga enggak sering lembur dan jadi kebiasaan.

Ya, lembur ini jangan dibiasakan, kalau kami sering lembur dan jadi kebiasaan, maka akan berdampak buruk juga bagi kinerja kamu dalam mengemban amanah job desc

1. Menyebabkan Burn Out

Tentu saja lama-kelamaan kondisi burn out akan melanda kamu, bayangin saja kamu sering lembur, ya jelas saja membutuhkan tenaga dan pikiran.

Kalau terus-terusan berlaku begitu, maka kelelahan akut akan melanda kamu, mood kamu juga akan terdampak dalam bekerja, kalau sudah begini, maka hari-hari kamu kerja akan kehilangan semangat akibat sering lembur.

2. Menyebabkan Bore Out

Ya, bosan akut dengan kerjaan kamu, dan kondisi kejemuan dan kejenuhan juga akan melanda diri kamu, masa sih kamu enggak bosan kok sedikit-sedikit kerja lembur.

Kalau kamu sudah dilanda bore out begini, maka secara signifikan akan berdampak pada kinerja kamu dalam dinamika kerja, dan kondisi ini lama-lama akan terdeteksi oleh pihak kantor, kalau sudah begitu akan berdampak simultan pula pada penilaian kamu.

3. Buruk bagi Kesehatan Mental

Nah, sering lembur ini paling parah dampaknya adalah pada kesehatan mental kamu.

Bagaimana tidak, hari-hari pikiran dan tenaga kamu habiskan untuk kerja lembur. Pikiran kamu terus bekerja keras dan berada dalam tekanan.

Kalau sudah begini, maka jelaslah mental yang terdampak, kalau kesehatan mental sudah kena maka akan merembet juga pada kesehatan psikologis kamu, sehingga kamu jadi stres dan makin depresi.

***

Ya, itulah tiga dampak buruk kalau perilaku sering lembur jadi kamu biasakan. Oleh karenanya, kelolalah pekerjaan kamu dengan baik, tentukan dengan tepat mana yang skala prioritas dan mana yang masih biasa nanti dikerjakan.

Intinya, kalau lembur itu sering kamu terapkan dan jadi kebiasaan, maka kamu tidak akan pernah bisa bekerja dengan baik dalam mengemban amanah job desc kamu.

Keseringan lembur dan jadi kebiasaan ini akan berdampak juga pada kesehatan mental kamu dan juga kedepannya bagi perkembangannya bagi karier kamu.

Jadi bagaimana sekarang, masihkah keseringan lembur ini jadi kebiasaan kamu?

Lembur sih boleh asal benar-benar urgent, tapi jangan jadi kebiasaan. Pokoknya kalau enggak benar-benar penting banget, jangan lembur, dan jangan jadi kebiasaan. Jadi, kelolalah pekerjaan kamu dengan baik dan bijak.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Sering Lembur Kok Dibiasakan, Ini Dampaknya"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau