Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jujun Junaedi
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Jujun Junaedi adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Ketahanan Pangan dari Rumah, Panen Singkong Manehot

Kompas.com, 31 Desember 2024, 15:50 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Satu hari yang cukup menyenangkan saat hari libur, yakni memanen singkong manehot di halaman rumah.

Bersama keluarga kecil, kami menikmati hari dengan kegiatan yang tak kalah menyenangkan yakni memanen singkong! Ya, singkong manehot (kami sebut) yang ditanam di kebun mini halaman rumah sejak 7-8 bulan lalu kini siap dipetik.

Proses Panen yang Menyenangkan

Sinar mentari pagi menyinari kebun mini kami, menciptakan suasana yang hangat dan ceria.

Anak-anak berlarian ke sana kemari, semangat membantu menggali tanah di sekitar tanaman singkong. Tawa riang mereka membahana, mengiringi setiap umbi singkong yang berhasil dicabut dari dalam tanah.

Ada yang ukurannya sebesar lengan orang dewasa, ada pula yang lebih kecil. Semuanya terlihat begitu menggembirakan.

Setelah beberapa saat, tumpukan singkong pun semakin tinggi, memenuhi keranjang yang telah disiapkan. Aroma tanah yang khas bercampur dengan aroma singkong segar memenuhi udara, menciptakan sensasi yang begitu menyenangkan.

Keringat membanjiri wajah, namun rasa lelah seketika sirna begitu melihat hasil panen yang melimpah. Anak-anak berlomba-lomba menunjukkan umbi singkong hasil galian mereka.

Kami pun berfoto bersama di tengah tumpukan singkong sebagai kenang-kenangan. Suasana syukur dan kebahagiaan menyelimuti kami. Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat.

Hari ini, kami benar-benar menikmati setiap momen yang ada.

Singkong Manehot, Harta Karun dari Kebun

Singkong manehot, si umbi berdaging putih cerah ini, memang menyimpan sejuta pesona. 

Teksturnya yang lembut dan rasa manis khas singkong yang pas membuatnya cocok diolah menjadi berbagai macam hidangan.

Selain digoreng, direbus atau dijadikan kolak, singkong manehot juga bisa diolah menjadi tepung untuk membuat kue kering atau dijadikan bahan dasar pembuatan keripik.

Bahkan, di beberapa daerah, singkong manehot juga dijadikan bahan baku pembuatan tape yang memiliki cita rasa khas.

Tak hanya lezat, singkong manehot juga memiliki beragam manfaat bagi kesehatan. Kandungan karbohidrat kompleksnya membuat kita kenyang lebih lama, sehingga baik untuk diet.

Selain itu, singkong juga kaya akan serat yang baik untuk pencernaan. Vitamin C yang terkandung di dalamnya pun berperan penting dalam menjaga daya tahan tubuh.

Sungguh harta karun yang tersembunyi di balik tanah, bukan?

Manfaat Menanam Singkong Sendiri

Menanam singkong sendiri bukan hanya sekadar kegiatan mengisi waktu luang, namun juga investasi jangka panjang bagi keluarga.

Selain mendapatkan hasil panen yang segar dan bergizi, kita juga turut melestarikan kearifan lokal dan ketahanan pangan.

Bayangkan, dengan memiliki kebun singkong sendiri, kita tak perlu khawatir akan ketersediaan bahan makanan pokok, apalagi jika terjadi kenaikan harga di pasaran.

Lebih dari itu, menanam singkong juga dapat menjadi sarana edukasi yang menyenangkan bagi anak-anak. Mereka akan belajar tentang siklus hidup tanaman, pentingnya menjaga lingkungan, dan nilai-nilai kemandirian.

Tak hanya umbinya yang bermanfaat, bagian lain dari tanaman singkong pun memiliki kegunaan. Daun singkong yang kaya akan vitamin dan mineral dapat diolah menjadi berbagai macam masakan lezat.

Batang singkong yang kuat dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar atau pagar alami. Bahkan, limbah singkong pun dapat diolah menjadi pupuk kompos yang sangat baik untuk menyuburkan tanah.

Sungguh, tanaman singkong ini ibarat anugerah yang tak ternilai harganya.

Cita Rasa Khas Singkong Manehot

Singkong manehot, dengan daging umbinya yang berwarna putih bersih dan teksturnya yang lembut, memiliki cita rasa yang manis dan gurih.

Rasa manisnya tidak terlalu berlebihan, sehingga tidak membuat eneg. Kombinasi manis dan gurih inilah yang membuat singkong manehot begitu disukai. Ketika digoreng, kulitnya menjadi renyah sementara bagian dalamnya tetap lembut dan manis.

Jika diolah menjadi kolak, manisnya singkong berpadu sempurna dengan santan kental dan aroma daun pandan, menghasilkan hidangan yang begitu menggugah selera.

Bahkan, singkong manehot juga cocok diolah menjadi berbagai macam makanan lainnya, seperti keripik, tepung, atau bahan baku pembuatan kue.

Keunikan cita rasa singkong manehot ini tak lepas dari kandungan nutrisi di dalamnya. Singkong kaya akan karbohidrat kompleks yang memberikan energi tahan lama, serat yang baik untuk pencernaan, serta berbagai macam vitamin dan mineral.

Tidak heran jika singkong menjadi salah satu sumber makanan pokok yang penting bagi masyarakat Indonesia.

Selain itu, budidaya singkong juga tergolong mudah dan tidak membutuhkan perawatan yang rumit, sehingga cocok ditanam di pekarangan rumah.

Rencana ke Depan

Keberhasilan panen kali ini semakin menguatkan tekad kami untuk menjadikan kebun mini ini sebagai sumber pangan keluarga yang lebih beragam.

Selain singkong, kami berencana untuk menanam berbagai jenis sayuran seperti cabai, tomat, dan bayam. Tak hanya itu, beberapa pohon buah seperti mangga dan jambu juga akan kami tanam.

Dengan begitu, kami bisa menikmati aneka buah segar hasil kebun sendiri. Bayangkan saja, sarapan pagi dengan roti bakar yang diolesi selai buah buatan sendiri, atau makan siang dengan tumis sayur segar yang baru saja dipetik dari kebun.

Sungguh pengalaman yang tak ternilai harganya.

Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, kami juga ingin menjadikan kebun mini ini sebagai tempat edukasi bagi anak-anak.

Mereka akan belajar tentang proses tumbuh-kembang tanaman, pentingnya menjaga lingkungan, dan nilai-nilai kemandirian.

Dengan melibatkan mereka dalam kegiatan berkebun, diharapkan mereka akan lebih mencintai alam dan memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Kami percaya bahwa menanamkan nilai-nilai positif sejak dini akan sangat bermanfaat bagi masa depan mereka.

Pesan Moral

Dari kesederhanaan menanam dan memanen singkong, kita diajak untuk merenung lebih dalam tentang keterikatan manusia dengan alam.

Tumbuhnya umbi singkong dari biji kecil menjadi umbi yang besar dan lezat adalah sebuah keajaiban yang patut disyukuri. Proses ini mengajarkan kita tentang kesabaran, ketekunan, dan pentingnya merawat setiap kehidupan yang tumbuh di sekitar kita.

Lebih dari sekadar menghasilkan makanan, berkebun juga menjadi terapi yang efektif untuk mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup.

Dengan bercocok tanam, kita tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga kebutuhan spiritual untuk terhubung dengan alam dan Sang Pencipta.

Melihat antusiasme anak-anak saat membantu memanen singkong, kita menyadari betapa pentingnya menanamkan nilai-nilai cinta alam sejak dini. Dengan melibatkan anak-anak dalam kegiatan berkebun, kita telah memberikan mereka pengalaman belajar yang berharga.

Mereka belajar tentang siklus hidup tumbuhan, pentingnya menjaga lingkungan, dan nilai kerja sama. Selain itu, berkebun juga dapat meningkatkan kreativitas dan imajinasi anak-anak.

Bayangkan saja betapa bahagianya mereka ketika melihat tanaman yang mereka tanam tumbuh subur dan berbuah.

Kesimpulan

Kegiatan memanen singkong manehot di kebun mini halaman rumah telah memberikan pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat bagi keluarga.

Proses panen yang dilakukan secara bersama-sama tidak hanya menghasilkan umbi singkong yang melimpah, tetapi juga mempererat tali silaturahmi antar anggota keluarga.

Singkong manehot yang dikenal dengan rasa manis dan renyahnya menjadi harta karun tersendiri bagi keluarga. Selain itu, kegiatan bercocok tanam ini juga memberikan sejumlah manfaat.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Asyiknya Panen Singkong Manehot dari Kebun Mini Halaman Rumah"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Rajabasa dan Pelajaran Tentang Alam yang Tak Pernah Bisa Diremehkan
Rajabasa dan Pelajaran Tentang Alam yang Tak Pernah Bisa Diremehkan
Kata Netizen
Harga Buku, Subsidi Buku, dan Tantangan Minat Baca
Harga Buku, Subsidi Buku, dan Tantangan Minat Baca
Kata Netizen
Rapor Anak dan Peran Ayah yang Kerap Terlewat
Rapor Anak dan Peran Ayah yang Kerap Terlewat
Kata Netizen
Merawat Pantun, Merawat Cara Kita Berbahasa
Merawat Pantun, Merawat Cara Kita Berbahasa
Kata Netizen
Bukan Sekadar Cerita, Ini Pentingnya Riset dalam Dunia Film
Bukan Sekadar Cerita, Ini Pentingnya Riset dalam Dunia Film
Kata Netizen
Sumatif di SLB, Ketika Penilaian Menyesuaikan Anak, Bukan Sebaliknya
Sumatif di SLB, Ketika Penilaian Menyesuaikan Anak, Bukan Sebaliknya
Kata Netizen
Dari Penonton ke Pemain, Indonesia di Pusaran Industri Media Global
Dari Penonton ke Pemain, Indonesia di Pusaran Industri Media Global
Kata Netizen
Hampir Satu Abad Puthu Lanang Menjaga Rasa dan Tradisi
Hampir Satu Abad Puthu Lanang Menjaga Rasa dan Tradisi
Kata Netizen
Waspada Leptospirosis, Ancaman Penyakit Pascabanjir
Waspada Leptospirosis, Ancaman Penyakit Pascabanjir
Kata Netizen
Antara Loyalitas ASN dan Masa Depan Karier Birokrasi
Antara Loyalitas ASN dan Masa Depan Karier Birokrasi
Kata Netizen
Setahun Coba Atomic Habits, Merawat Diri lewat Langkah Sederhana
Setahun Coba Atomic Habits, Merawat Diri lewat Langkah Sederhana
Kata Netizen
Mengolah Nilai Siswa, Tantangan Guru di Balik E-Rapor
Mengolah Nilai Siswa, Tantangan Guru di Balik E-Rapor
Kata Netizen
Pernikahan dan Alasan-alasan Kecil untuk Bertahan
Pernikahan dan Alasan-alasan Kecil untuk Bertahan
Kata Netizen
Air Surut, Luka Tinggal: Mendengar Suara Sunyi Sumatera
Air Surut, Luka Tinggal: Mendengar Suara Sunyi Sumatera
Kata Netizen
Pacaran Setelah Menikah, Obrolan Berdua Jadi Kunci
Pacaran Setelah Menikah, Obrolan Berdua Jadi Kunci
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau