Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagas Kurniawan
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Bagas Kurniawan adalah seorang yang berprofesi sebagai Auditor. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Bekatul, dari Pakan Menjadi Pangan

Kompas.com - 25/01/2025, 23:07 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Serat larut dalam bekatul dapat mengikat kolesterol dalam saluran pencernaan, mencegah penyerapannya kembali ke dalam tubuh. Ini membantu menurunkan kadar kolesterol LDL ("jahat") dan mengurangi risiko penyakit jantung.

Studi menunjukkan bahwa konsumsi bekatul secara rutin dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dengan meningkatkan profil lipid darah secara keseluruhan. Bekatul juga dapat membantu meningkatkan kadar kolesterol HDL ("baik"), yang memberikan perlindungan tambahan terhadap penyakit jantung.

Bagaimana Cara Menambahkan Bekatul Sebagai Bahan Pangan?

Penambahan bekatul ke dalam pola makan sehari-hari dapat dilakukan dengan berbagai cara sederhana.

Baca juga: Duduk Perkara Wali Murid Bawa Meja Kursi Baru ke Sekolah, Kepsek Minta Ganti Rugi Lewat Whatsapp

Asalkan jangan menambahkan dedak yang dibeli dari toko pakan lalu langsung digunakan ya. Pastinya bekatul yang berasal dari toko pakan tersebut sudah disimpan berhari-hari dalam keadaan terbuka.

Selain itu, dedak perlu untuk diolah terlebih dahulu seperti cara yang saya lakukan saat itu, yaitu dengan menyangrai (sangrai) bekatul itu sampai sedikit kecokelatan dan harum. Proses sangrai bertujuan untuk meminimalisir adanya kontaminasi mikroorganisme.

Nah,  berikut ini saya jabarkan beberapa saran penambahan bekatul sebagai bahan pangan:

Baca juga: Terungkap, Yayasan Milik Mantan Wagub Jabar Raup Dana Hibah Rp 45 Miliar

Gunakan sebagai Subtitusi Tepung

Bekatul dapat digunakan sebagai pengganti sebagian tepung dalam resep roti, muffin, atau kue, yang memberikan tekstur dan nutrisi tambahan. Karena tetap dalam pembuatan roti, muffin, atau kue, kita tetap memerlukan tepung terigu agar kue yang dihasilkan tetap enak, kecuali memang ditujukkan untuk orang yang memiliki masalah pencernaan celiac atau yang sensitif dengan gluten non-celiac. 

Menggunakan bekatul dalam resep dapat meningkatkan kandungan serat dan memberikan rasa yang lebih kaya pada produk panggangan. Bekatul juga dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam adonan pizza untuk memberikan rasa yang lebih penuh dan tekstur yang lebih sehat.

Sebagai Topping Yogurt

Baca juga: Dokumen Rusia Ungkap Pengkhianatan, Kader PDI-P Waspada di Bawah Komando Megawati

Menaburkan bekatul di atas yogurt memberikan rasa gurih sekaligus meningkatkan kandungan serat pada yogurt yang kita konsumsi.

Ini adalah cara yang lezat untuk menambahkan tekstur dan nutrisi ekstra ke camilan sehat. Kita juga dapat menambahkan buah-buahan segar untuk meningkatkan rasa dan nilai gizi camilan.

Campuran dalam Adonan Pancake, Waffle, atau Kukis

Baca juga: 5 Tanda Kerusakan Ginjal yang Bisa Dilihat di Kaki, Apa Saja?

Menambahkan bekatul ke dalam adonan pancake, waffle, dan kukis dapat meningkatkan kandungan serat dan memberikan rasa yang lebih kompleks.

Penambahan dedak artinya meningkatkan kandungan serat, dan diharapkan dapat membantu untuk menjaga rasa kenyang lebih lama setelah sarapan. Kombinasikan dengan sirup maple alami atau madu untuk sarapan yang sehat dan lezat.

Kesimpulan

Bekatul, yang sering dianggap sebagai produk sampingan dari penggilingan biji-bijian, memiliki potensi besar sebagai bahan pangan yang kaya nutrisi.

Baca juga: Hari Pertama ASN Jakarta Wajib Pakai Transportasi Umum, Pramono Naik Transjakarta

Dengan kandungan serat, vitamin, mineral, dan antioksidan yang tinggi, bekatul dapat memberikan berbagai manfaat kesehatan mulai dari pencernaan yang lebih baik hingga pencegahan penyakit kronis. Integrasi bekatul ke dalam diet sehari-hari dapat menjadi langkah sederhana namun efektif untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk terus menganggap dedak sebagai bahan "rendahan" ketika manfaatnya bagi kesehatan manusia begitu luar biasa. 

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Potensi Bekatul dari Pakan Menjadi Pangan"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai 'Skin Tone'?

Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai "Skin Tone"?

Kata Netizen
Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kata Netizen
'Deep Talk' Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

"Deep Talk" Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

Kata Netizen
Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Kata Netizen
Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau