Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hennie Triana Oberst
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Hennie Triana Oberst adalah seorang yang berprofesi sebagai Wiraswasta. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Kompas.com, 24 Maret 2025, 15:41 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

"Tschüss!" 

Seorang perempuan yang saya taksir usianya akhir delapan puluh tahun itu mengucapkan salam perpisahaan. Perempuan itu berpakaian rapi dengan tas tangan dan tampak sehat itu tersenyum kepada kami sambil melambaikan tangannya sebelum keluar pintu. 

Saat itu saya sedang berada di satu toko kecil yang menjual produk lokal di kota dekat rumah. Saya masih melihat-lihat barang yang dijual di toko itu. Ketika tiba-tiba ada suara yang sama yang saya dengar. Ucapan salam perpisahan yang sama dari suara perempuan yang belum lama keluar tadi.

Benar. Perempuan itu telah kembali dan melakukan hal yang sama, mengucap salam dan meninggalkan ruang toko. 

Pemilik toko, mengatakan perempuan itu penderita demensia. Dia tinggal di apartemen yang bersebelahan dengan toko itu. Pintu keluar yang dulu biasa digunakan adalah pintu toko itu. 

Hal ini mengingatkan saya ketika mendiang ibu mertua dirawat di panti. Saat berkunjung, saya kadang melihat seorang pasien yang berpakaian rapi, mengucapkan salam perpisahan, lalu keluar pintu gedung dan akan kembali melakukan hal yang sama berkali-kali.

Penderita demensia biasanya ingin terus beraktivitas seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Karena itulah kita sering mendengar penderita demensia yang tiba-tiba pergi dan tidak kembali pulang ke rumah. 

Banyak keluarga yang mendesain rumah mereka dengan menyamarkan pintu agar tidak gampang dikenali oleh anggota keluarga yang menderita demensia. 

Banyak cara dilakukan, misalnya dengan menggunakan kode angka untuk membuka pintu, atau menutup pintu dengan meletakkan rak buku dan menggunakan pintu lain untuk keluar masuk. 

Memang tidak gampang menghadapi situasi seperti ini. Rasa-rasanya berat untuk melakukan pengawasan selama 24 jam terhadap anggota keluarga yang menderita demensia.

Schein-Bushaltestelle di Jerman

Baru-baru ini saya melihat video pendek di satu sosial media yang menampilkan beberapa keunikan di Jerman. Schein-Bushaltestelle ini adalah salah satunya. 

Terkesan aneh dan seperti lelucon, tetapi Schein-Bushaltestelle atau halte bus semu ini bisa ditemukan di Jerman. 

Halte bus semu ini dikenal juga dengan sebutan Pseudo-Haltestelle atau Phantom-Haltestelle.

Dari ide para karyawan di Landhaus Laspert, satu panti senior di Remscheid yang terletak di Bundesland (Negara bagian) Nordrhein-Westfalen, tahun 2006 halte bus palsu didirikan. Halte bus tiruan ini dibuat persis seperti halte bus umumnya dan dibangun di pelataran dalam kompleks panti. 

Situasi setiap penderita demensia tentu berbeda-beda. Namun, makin meningkat penyakit demensia yang diderita, makin sering penderitanya hidup di masa lalu. Peristiwa masa lalu biasanya masih ada dalam ingatan mereka, sementara peristiwa masa kini cepat dilupakan. Mereka ingin sekali kembali ke lingkungan masa lalu mereka. 

Halte bus semu atau palsu ini dapat membantu menenangkan para pasien. Penderita demensia akan pergi ke halte bus, dan menghabiskan waktu beberapa menit duduk di bangku halte. 

Biasanya hanya sekitar dua hingga lima menit penderita akan lupa. Mereka akan kembali lagi dan beraktivitas seperti biasa. Halte bus semu ini menjadi media terapi bagi penderita demensia.

Schein-Bushaltestelle dianggap menjadi salah satu terapi yang cukup baik. Cara ini memang bukan merupakan solusi permanen, tetapi tindakan ini dapat membuat penderita demensia lebih tenang dan dapat mencegah mereka untuk melarikan diri. 

Meskipun halte bus tiruan ini dianggap baik, tetap ada kritik mengenai langkah yang digunakan ini. Halte bus semu dianggap sebagai "kebohongan" yang dibuat untuk penderita demensia.

Namun, penderita demensia hidup di dunia mereka sendiri. Kita yang harus bisa menyesuaikan dan memahami realitas menurut mereka. 

Langkah membuat halte bus palsu ini kemudian banyak diadaptasi oleh panti senior lainnya di banyak kota di beberapa Negara Bagian lain di Jerman. 

Salam sehat untuk semua.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Schein-Bushaltestelle, Halte Semu untuk Pasien Demensia di Jerman"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau