Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
"Tschüss!"
Seorang perempuan yang saya taksir usianya akhir delapan puluh tahun itu mengucapkan salam perpisahaan. Perempuan itu berpakaian rapi dengan tas tangan dan tampak sehat itu tersenyum kepada kami sambil melambaikan tangannya sebelum keluar pintu.
Saat itu saya sedang berada di satu toko kecil yang menjual produk lokal di kota dekat rumah. Saya masih melihat-lihat barang yang dijual di toko itu. Ketika tiba-tiba ada suara yang sama yang saya dengar. Ucapan salam perpisahan yang sama dari suara perempuan yang belum lama keluar tadi.
Benar. Perempuan itu telah kembali dan melakukan hal yang sama, mengucap salam dan meninggalkan ruang toko.
Pemilik toko, mengatakan perempuan itu penderita demensia. Dia tinggal di apartemen yang bersebelahan dengan toko itu. Pintu keluar yang dulu biasa digunakan adalah pintu toko itu.
Hal ini mengingatkan saya ketika mendiang ibu mertua dirawat di panti. Saat berkunjung, saya kadang melihat seorang pasien yang berpakaian rapi, mengucapkan salam perpisahan, lalu keluar pintu gedung dan akan kembali melakukan hal yang sama berkali-kali.
Penderita demensia biasanya ingin terus beraktivitas seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Karena itulah kita sering mendengar penderita demensia yang tiba-tiba pergi dan tidak kembali pulang ke rumah.
Banyak keluarga yang mendesain rumah mereka dengan menyamarkan pintu agar tidak gampang dikenali oleh anggota keluarga yang menderita demensia.
Banyak cara dilakukan, misalnya dengan menggunakan kode angka untuk membuka pintu, atau menutup pintu dengan meletakkan rak buku dan menggunakan pintu lain untuk keluar masuk.
Memang tidak gampang menghadapi situasi seperti ini. Rasa-rasanya berat untuk melakukan pengawasan selama 24 jam terhadap anggota keluarga yang menderita demensia.
Schein-Bushaltestelle di Jerman
Baru-baru ini saya melihat video pendek di satu sosial media yang menampilkan beberapa keunikan di Jerman. Schein-Bushaltestelle ini adalah salah satunya.
Terkesan aneh dan seperti lelucon, tetapi Schein-Bushaltestelle atau halte bus semu ini bisa ditemukan di Jerman.
Halte bus semu ini dikenal juga dengan sebutan Pseudo-Haltestelle atau Phantom-Haltestelle.
Dari ide para karyawan di Landhaus Laspert, satu panti senior di Remscheid yang terletak di Bundesland (Negara bagian) Nordrhein-Westfalen, tahun 2006 halte bus palsu didirikan. Halte bus tiruan ini dibuat persis seperti halte bus umumnya dan dibangun di pelataran dalam kompleks panti.
Situasi setiap penderita demensia tentu berbeda-beda. Namun, makin meningkat penyakit demensia yang diderita, makin sering penderitanya hidup di masa lalu. Peristiwa masa lalu biasanya masih ada dalam ingatan mereka, sementara peristiwa masa kini cepat dilupakan. Mereka ingin sekali kembali ke lingkungan masa lalu mereka.
Halte bus semu atau palsu ini dapat membantu menenangkan para pasien. Penderita demensia akan pergi ke halte bus, dan menghabiskan waktu beberapa menit duduk di bangku halte.
Biasanya hanya sekitar dua hingga lima menit penderita akan lupa. Mereka akan kembali lagi dan beraktivitas seperti biasa. Halte bus semu ini menjadi media terapi bagi penderita demensia.
Schein-Bushaltestelle dianggap menjadi salah satu terapi yang cukup baik. Cara ini memang bukan merupakan solusi permanen, tetapi tindakan ini dapat membuat penderita demensia lebih tenang dan dapat mencegah mereka untuk melarikan diri.
Meskipun halte bus tiruan ini dianggap baik, tetap ada kritik mengenai langkah yang digunakan ini. Halte bus semu dianggap sebagai "kebohongan" yang dibuat untuk penderita demensia.
Namun, penderita demensia hidup di dunia mereka sendiri. Kita yang harus bisa menyesuaikan dan memahami realitas menurut mereka.
Langkah membuat halte bus palsu ini kemudian banyak diadaptasi oleh panti senior lainnya di banyak kota di beberapa Negara Bagian lain di Jerman.
Salam sehat untuk semua.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Schein-Bushaltestelle, Halte Semu untuk Pasien Demensia di Jerman"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.