Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sri Rohmatiah Djalil
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Sri Rohmatiah Djalil adalah seorang yang berprofesi sebagai Wiraswasta. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Kompas.com - 27/03/2025, 14:53 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Bulan Ramadan hampir sampai di garis akhir. Banyak yang sudah kita jalani dan pelajari selama Ramadan ini seperti lebih memerhatikan sampah dapur sendiri.

Meski jadwal makan saat puasa berkurang, yang biasa tiga kali menjadi dua kali, tetapi konsumsi makanannya meningkat. Tanpa sadar bulan fasting (puasa) malah menjadi feasting atau berpesta. 

Saat berbuka puasa aneka menu tersedia, terlebih bagi yang gemar war takjil. Sementara kita memiliki kemampuan makan terbatas. Akibatnya banyak makanan yang tidak termakan. Kondisi ini memicu peningkatan produksi limbah makanan.

Dari kebiasaan tersebut, Indonesia pun dinobatkan penghasil limbah pangan terbanyak se-Asia Tenggara oleh United Nations Environment Programme (UNEP). Ini dirilis melalui laporan Food Waste Index Report 2024.

Sampah menjadi masalah kita semua sebagai warga Indonesia. Kita punya kewajiban menyelesaikan masalah sampah makanan yang sumbernya dari dapur. Minimal berusaha meminimalisir produksi sampah harian. 

Berikut cara sederhana yang bisa kita lakukan agar rumah minim sampah terutama sampah makanan. 

1. Belanja secukupnya
Bulan Ramadan identik dengan berburu takjil atau belanja. Banyak makanan ringan dijajakan di sepanjang jalan. Kita sampai bingung mau beli apa. Oleh karena kebingungan tak sadar banyak yang dibeli. 

Ini pernah mungkin juga sering saya lakukan. Tiba di rumah makanan tersebut tidak termakan, mubazir kan. Cara menyiasatinya, saya membuat kesepakatan dengan anak-anak soal jenis dan jumlah takjil. 

Misalnya menu wajib takjil adalah bakwan sayur buatan sendiri. Saya akan membuat adonan satu mangkuk kecil, cukup 4 orang.

Kami punya kesempatan membeli satu jenis makanan saja. Begitu juga dengan buah-buahan. Jika sudah punya pepaya tidak perlu membeli melon, apel, pisang atau lainnya.

2. Membawa tas sendiri
Tak jarang ketika kita belanja baik ke pasar, mall, berburu takjil pulangnya ting printil tenteng kantong kresek.

Kresek ini apalagi yang terkena minyak, kotoran tidak bisa dipakai kembali. Tak ada jalan keluar lagi selain dibuang ke tempat sampah.

Sayangnya sampah kresek tidak bisa terurai dan itu akan memenuhi tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Cara meminimalisir sampah kresek kita bisa membawa tas kain atau tas plastik (di Jawa ada tas khusus undangan) saat belanja.

Kalau kita lupa membawa tas, bisa meminta kasir packing belanjaan memakai kerdus atau beli tas kain di kasir mall, itu pun jika belanjanya di mall. 

Kardus bisa digunakan sebagai matrial coklat dalam pembuatan kompos. Jadi tidak perlu dibakar atau buang ke TPA. 

3. Saat memasak pisahkan sampah organik dan anorganik

Sebelum memulai masak saya menyiapkan dua tempat untuk sampah. Satu wadah untuk sampah organik seperti kulit bawang, sisa sayuran.

Satu wadah untuk sampah plastik, baik itu kresek, plastik bekas bungkus barang. Botol plastik dan kaleng tempatnya terpisah dan dikumpulkan saat beberes rumah.

Pemisahan sampah sejak dari dapur memudahkan saya membuang ke TPA. Sampah organik akan masuk ke tong kompos. 

4. Pemilahan sampah di TPA
Saya membuat TPA di halaman belakang rumah. TPA dibuat menggunakan bata setinggi kurang lebih 2 meter. TPA itu untuk sampah plastik yang bisa dibakar, sebelahnya untuk sampah hijau seperti rumput liar, daun-daun dari kebun. yang bisa terurai menjadi kompos. 

Sementara sampah makanan masuk ke dalam tong agar bisa jadi kompos.Pembuatan kompos di wadah hal baru bagi saya. Ini termotivasi dari artikel Mbak Tutut Setyoronie.

Akhir Kata

Setiap orang memiliki cara berbeda agar rumahnya minim sampah. Cara saya membakar sampah kresek tidak baik dilakukan di lingkungan padat penduduk atau lahan sempit.

Oleh karena saya tinggal di kampung, halaman rumah cukup untuk bakar- pada umumnya luas dan tidak ada jasa angkut sampah, warga mengolah sampah masing-masing dengan cara dibakar.

Saat membakar sampah plastik, saya tidak meninggalkan TPA sampai benar-benar aman. Bakar sampah apalagi musim kemarau memicu kebakaran. Kita harus waspada dan hati-hati.

Penampakan TPA di belakang rumahKompasiana Penampakan TPA di belakang rumah
Gambar di atas penampakan TPA yang ada di kebun. No. 1 adalah tempat sampah organik yang sudah penuh yang nantinya akan menjadi kompos. No.2 tempat sampah organik yang baru. Nomor 3 khusus sampah plastik yang bisa dimusnahkan dengan cara dibakar.

Untuk sampah botol plastik, kaleng, beling masuk ke dalam kresek/karung untuk dirongsok. 

Mari kita gaungkan Ramadan minim sampah. Terima kasih.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Tips Ramadan Minim Sampah Berawal dari Dapur Sendiri"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

'Selain Donatur Dilarang Mengatur', untuk Siapa Pernyataan Ini?

"Selain Donatur Dilarang Mengatur", untuk Siapa Pernyataan Ini?

Kata Netizen
Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang 'Tidak'?

Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Kata Netizen
'Fatherless' bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

"Fatherless" bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

Kata Netizen
Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Kata Netizen
Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Kata Netizen
Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Kata Netizen
Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Kata Netizen
Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Kata Netizen
Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kata Netizen
Zakat di Sekolah, Apa dan Bagaimana Caranya?

Zakat di Sekolah, Apa dan Bagaimana Caranya?

Kata Netizen
Kesiapan Tana Toraja Sambut Arus Mudik Lebaran

Kesiapan Tana Toraja Sambut Arus Mudik Lebaran

Kata Netizen
Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Kata Netizen
Memberi Parsel Lebaran, Lebih dari Sekadar Berbagi

Memberi Parsel Lebaran, Lebih dari Sekadar Berbagi

Kata Netizen
Melihat Kota Depok Sebelum dan Setelah Lebaran

Melihat Kota Depok Sebelum dan Setelah Lebaran

Kata Netizen
'Mindful Eating' di Bulan Ramadan dan Potensi Perubahan Iklim

"Mindful Eating" di Bulan Ramadan dan Potensi Perubahan Iklim

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau