Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tino Rahardian
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Tino Rahardian adalah seorang yang berprofesi sebagai Jurnalis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kompas.com - 24/04/2025, 14:45 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Studi Mizrachi & Salaz (2019) menegaskan bahwa membaca dari buku cetak lebih efektif untuk pembelajaran akademik karena memudahkan penandaan dan konsentrasi, sementara e-book lebih cocok untuk bacaan ringan.

Hal ini menunjukkan bahwa medium membaca bukan hanya soal aksesibilitas, tapi juga kualitas pengalaman dan efektivitas kognitif.

Literasi Indonesia: Terjebak dalam Pusaran Rendahnya Minat Baca

Di Indonesia, meski pasar buku digital tumbuh, minat terhadap buku cetak tetap bertahan, terutama di kalangan akademisi dan pecinta sastra.

Studi oleh Perpustakaan Nasional (2023) menemukan bahwa 72% mahasiswa lebih mudah berkonsentrasi saat membaca buku fisik.

Namun, ironisnya, tingkat literasi Indonesia masih rendah--berdasarkan survei PISA 2022, Indonesia berada di peringkat ke-62 dari 79 negara dalam kemampuan membaca.

Sedangkan, menurut data UNESCO Institute for Statistics (UIS), Indonesia menempati peringkat ke-100 dari 208 negara dengan tingkat literasi sekitar 95,44%, masih kalah dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara seperti Filipina, Brunei, dan Singapura.

Rendahnya literasi ini disebabkan oleh beberapa faktor utama, diantaranya adalah:

Kurangnya minat membaca, keterbatasan sarana dan prasarana, peran keluarga yang minim dalam mendukung aktivitas membaca, serta pengaruh negatif dari televisi dan ponsel pintar yang lebih menarik perhatian anak-anak dan remaja dibandingkan buku.

Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa rendahnya literasi Indonesia bersifat multidimensi.

Pertama, akses terhadap buku masih timpang--daerah pedesaan kesulitan memperoleh bahan bacaan berkualitas (Kemdikbud, 2023). Kedua, budaya lisan masih dominan, sementara tradisi baca belum mengakar (Nugroho, 2021).

Teori Social Practice Approach (Street, 1984) menjelaskan bahwa literasi bukan sekadar kemampuan teknis, melainkan praktik sosial yang dipengaruhi lingkungan.

Sedangkan di Indonesia, minimnya perpustakaan ramah anak dan mahalnya harga buku memperparah kondisi ini.

Pendekatan teoritis dari kajian literasi di Indonesia yang banyak diangkat dalam jurnal-jurnal ilmiah nasional menekankan pentingnya ekosistem literasi yang meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Misalnya, teori ekologi Bronfenbrenner yang diadaptasi dalam konteks literasi menyoroti bagaimana interaksi antara individu dengan lingkungan mikro (keluarga dan sekolah) sangat menentukan minat dan kemampuan membaca.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban

6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban

Kata Netizen
Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai 'Skin Tone'?

Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai "Skin Tone"?

Kata Netizen
Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kata Netizen
'Deep Talk' Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

"Deep Talk" Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

Kata Netizen
Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Kata Netizen
Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau