Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Program-program seperti "Merdeka Belajar" yang mengintegrasikan teknologi digital dalam pendidikan harus diimbangi dengan penguatan budaya literasi berbasis buku fisik agar tidak kehilangan esensi pembelajaran yang mendalam.
Meski demikian, ada kabar baik bahwa kegemaran membaca di Indonesia menunjukkan tren positif.
Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) dan Tingkat Gemar Membaca (TGM) mengalami peningkatan pada tahun 2024, meskipun masih dalam kategori sedang.
Ini merupakan hasil kerja keras berbagai pihak, termasuk Perpustakaan Nasional dan pemerintah daerah, yang berupaya memperluas akses buku dan meningkatkan kualitas pendidikan literasi.
Penutup
Hari Buku Sedunia bukan sekadar seremoni, melainkan pengingat bahwa buku--baik fisik maupun digital--adalah jendela dunia yang tak lekang oleh waktu.
Di tengah derasnya arus digital, kembali ke buku fisik bukanlah kemunduran, melainkan sebuah renungan akan hakikat membaca yang menyentuh hati dan pikiran secara utuh.
Indonesia, dengan segala tantangannya, harus mampu membalik halaman sejarah literasi menuju masa depan yang lebih cerah, di mana buku berperan sebagai jembatan pengetahuan dan peradaban.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Senarai Catatan di Hari Buku Sedunia dan Tantangan Literasi Indonesia"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya