Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Krisanti_Kazan
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Krisanti_Kazan adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

"Deep Talk" Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

Kompas.com - 27/04/2025, 16:34 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Saya tidak ingin anak saya tumbuh menjadi laki-laki yang menganggap diam adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik.

Saya ingin dia punya keberanian untuk bicara, untuk berkata "aku nggak suka diperlakukan seperti itu," atau "aku butuh waktu sendiri dulu," atau bahkan sekadar bilang "aku lelah hari ini."

Semua itu ternyata bisa dilatih dari hal-hal yang terlihat sepele seperti rutinitas ngobrol sebelum tidur. 

Bukan Sekadar Tanya-Jawab Biasa

Banyak orangtua ingin dekat dengan anak, ingin tahu isi hati mereka, tapi tanpa sadar memperlakukan momen ngobrol sebagai sesi interogasi. Saya pernah begitu juga. 

Di awal-awal, saya terbiasa menanyakan, "Cato kenapa diem aja kalau di sekolah?" atau "Kok nilai Cato ada yang turun?" Pertanyaannya memang tampak peduli, tapi nadanya sering penuh tekanan. Akhirnya, anak hanya menjawab sekenanya atau malah menghindar.

Saya belajar bahwa deep talk yang berhasil justru terjadi saat kita melepas niat menghakimi, menyudutkan, atau buru-buru memberi solusi. Obrolan yang saya dan anak saya bangun sebelum tidur bukan percakapan formal.

Tidak ada target harus dapat jawaban. Tidak selalu berakhir dengan kesimpulan atau nasihat. Kadang kami hanya tertawa membahas kejadian lucu di sekolah, kadang juga merenung bersama tentang perasaan sedih yang belum bisa dia jelaskan sepenuhnya.

Yang penting adalah suasana yang aman dan nyaman. Anak tahu bahwa dia didengarkan. Bahwa ia boleh salah, boleh bingung, dan boleh jujur. Saya pun belajar untuk tidak memotong ucapannya, tidak menghakimi reaksinya, dan tidak mengalihkan topik ketika dia mulai menyentuh hal-hal yang mungkin terdengar sepele bagi orang dewasa, tapi ternyata penting untuknya.

Percakapan semacam ini memang butuh waktu dan latihan. Tapi semakin sering dilakukan, semakin dalam ikatan yang terbentuk.

Saya bahkan sering menemukan bahwa lewat obrolan ini, anak saya mulai mengenali emosinya sendiri dan ia belajar menyebutkan apa yang ia rasakan, menjelaskan apa penyebabnya, dan kadang malah bisa menarik kesimpulan sendiri tanpa perlu saya arahkan. 

Hasil yang Saya Lihat: Anak Lebih Percaya Diri dan Terbuka

Perubahan itu tidak terjadi dalam semalam. Tapi dari tahun ke tahun, saya bisa melihat sendiri bagaimana rutinitas kecil ini membentuk pribadi anak saya.

Ia menjadi lebih berani menyampaikan pendapat, tidak segan mengungkapkan rasa kecewa atau tidak setuju, dan yang paling saya syukuri yaitu ia tidak merasa tabu untuk menunjukkan perasaannya, termasuk rasa sedih atau takut.

Di sekolah, gurunya pernah bilang kalau anak saya sudah berani berpendapat tapi tetap sopan. Ia bisa mengutarakan pendapat saat berdiskusi, dan mampu menjelaskan kenapa ia memilih diam atau mundur dalam situasi tertentu.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

'Deep Talk' Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

"Deep Talk" Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

Kata Netizen
Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Kata Netizen
Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Kata Netizen
Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kata Netizen
Film 'Jumbo' yang Hangat yang Menghibur

Film "Jumbo" yang Hangat yang Menghibur

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau