Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Saat saya mendengar itu, hati saya terasa hangat. Ternyata, obrolan santai kami tiap malam benar-benar berdampak. Ia bukan hanya bisa bicara, tapi juga bisa memahami dirinya sendiri.
Bahkan dalam hubungan kami sebagai ibu dan anak, saya merasa jauh lebih dekat dengannya. Kami punya ruang aman bersama, ruang tanpa tekanan, tanpa ekspektasi tinggi, tanpa drama.
Di situ saya bisa benar-benar mendengarkan dia sebagai individu, bukan sekadar anak yang harus saya arahkan. Dan dia pun bisa melihat saya bukan hanya sebagai ibu, tapi juga teman cerita yang hadir utuh.
Sekarang, saat usianya makin besar, kami tetap melanjutkan rutinitas ini walau tidak selalu tiap malam. Tapi yang penting, ruang itu sudah terbentuk. Ia tahu bahwa kapan pun ia butuh bicara, saya ada. Dan ia juga tahu bahwa bicara itu bukan tanda kelemahan, tapi bagian dari kekuatan.
Bahkan sering kali saat kami dalam perjalanan kemanapun, tiba-tiba Cato nyeletuk dan menceritakan kejadian lucu saat di sekolah atau bertanya tentang hal menarik yang pernah dibacanya.
***
Banyak orang tua berpikir bahwa membangun komunikasi yang sehat dengan anak harus dimulai dengan momen besar seperti liburan keluarga, sesi konseling, atau aktivitas khusus.
Padahal, sering kali justru obrolan sederhana sebelum tidur bisa menjadi jembatan paling kuat untuk membentuk kedekatan emosional dan melatih keberanian anak dalam menyuarakan isi pikirannya.
Saya tidak bilang cara ini akan langsung berhasil di malam pertama. Bahkan bisa jadi, anak hanya menjawab sekenanya atau tampak tidak antusias, seperti menanam benih, kita perlu sabar, konsisten, dan percaya bahwa setiap kata yang kita ucapkan dengan tulus akan tumbuh menjadi sesuatu yang berarti.
Buat saya, deep talk sebelum tidur bukan sekadar rutinitas. Ini adalah hadiah kecil yang saya berikan pada anak laki-laki saya---hadiah berupa ruang aman untuk mengenal dirinya sendiri, belajar bicara tanpa takut salah, dan tumbuh menjadi laki-laki yang tidak kehilangan kepekaan dan keberanian untuk berbicara.
Kalau kamu orang tua yang sedang bingung bagaimana membangun koneksi dengan anak, mungkin kamu bisa mulai malam ini.
Matikan lampu. Tarik selimut. Dan tanyakan dengan lembut, "Hari ini gimana rasanya?" Lalu, dengarkan. Siapa tahu, dari situlah cerita luar biasa mulai tumbuh.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Anak Laki-laki Juga Boleh Curhat, Deep Talk untuk Tumbuhkan Kecerdasan Emosi Anak"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.