Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Masih ingat suasana ronda malam di kampung atau kompleks tempat tinggalmu dulu?
Kentongan “tok-tok-tok” yang jadi pengantar tidur warga, obrolan santai bapak-bapak di pos ronda, atau anak-anak yang ikut nimbrung sekadar mendengar cerita?
Kini, tradisi itu seakan pelan-pelan memudar. Di era serba praktis dan individualis, kita lebih mengandalkan satpam atau CCTV untuk menjaga keamanan.
Tetapi apakah rasa kebersamaan dan solidaritas yang dulu hadir lewat siskamling ikut hilang begitu saja?
Kalau siskamling mau dihidupkan lagi dengan wajah baru, siapkah lingkunganmu?
Balai Warga: Titik Temu Berbagai Generasi
Tinggal di sebuah kompleks perumahan di Jatimulya, Bekasi, saya merasa cukup beruntung.
Meskipun saya dan suami tergolong pasangan “muda” menjelang kepala empat, kami dikelilingi tetangga lintas generasi: balita generasi Alfa, remaja gen Z yang sibuk dengan earphone-nya, para milenial yang bolak-balik antar jemput anak sekolah, hingga bapak-ibu pensiunan yang rutin olahraga pagi atau bercengkerama sambil jajan bakso sore hari.
Akan tetapi, yang membuat saya bersyukur, kompleks kami masih rajin menghidupkan tradisi kumpul-kumpul.
Balai warga, yang letaknya hanya 100 meter dari rumah, menjadi pusat berbagai kegiatan. Dari arisan ibu-ibu, pengajian, sampai bapak-bapak yang berkumpul membahas banyak hal. Meski zaman makin individualis, kami masih merasa seperti keluarga besar.
Namun, satu hal yang kini sudah jarang terlihat: siskamling alias ronda malam. Dulu, warga berkeliling sambil membawa termos kopi.
Kini, cukup membayar iuran bulanan untuk menggaji satpam yang berjaga 24 jam. Praktis memang, tapi apakah ada rasa kebersamaan yang ikut hilang?
Siskamling Zaman Dulu: Lebih dari Sekadar Menjaga Malam
Dulu, siskamling bukan sekadar menjaga kampung dari maling atau kenakalan remaja. Ia juga tradisi guyub.
Bapak-bapak nongkrong di pos ronda sambil main gitar, ngobrol, atau main catur. Suara kentongan jadi tanda malam yang aman.