Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Apa jadinya jika perjalanan kita bukan sekadar wisata, melainkan juga pengalaman memahami tradisi dan kehidupan masyarakatnya?
Ada sebuah daerah yang menyatukan pesona alam Kalimantan dengan kearifan budaya Dayak yang masih terjaga.
Nama Lamandau mungkin belum sepopuler destinasi wisata lain di Kalimantan Tengah.
Namun, kabupaten muda ini menyimpan cerita yang tak kalah menarik. Bukan hanya soal bentang alamnya yang luas, tetapi juga tentang kekayaan budaya Suku Dayak Tomun yang begitu khas.
Saya merasa beruntung bisa menapakkan kaki di tanah yang dikenal sebagai Bumi Bahaum Bakuba ini.
Dari Jakarta ke Tanah Kalimantan
Perjalanan saya dimulai dari Jakarta pada dini hari. Pesawat lepas landas pukul 06.00 menuju Bandar Udara Iskandar di Pangkalan Bun.
Tepat pukul 07.25, saya mendarat, disambut udara segar Kalimantan yang terasa begitu khas di pagi hari.
Sekadar informasi, Pangkalan Bun adalah ibu kota Kabupaten Kotawaringin Barat sekaligus gerbang menuju Taman Nasional Tanjung Puting, rumah konservasi orangutan terbesar di dunia. Namun kali ini, tujuan saya berbeda: Nanga Bulik, ibu kota Kabupaten Lamandau.
Sebelum melanjutkan perjalanan darat sekitar dua hingga tiga jam, saya menyempatkan diri sarapan lontong sayur hangat di sebuah rumah makan sederhana. Sungguh nikmat, mengawali petualangan dengan cita rasa lokal.
Di sepanjang perjalanan, jalan raya umumnya cukup baik meski di beberapa titik masih bergelombang.
Kanan-kiri jalan dihiasi perkebunan kelapa sawit, sesekali tampak truk besar pengangkut hasil panen melintas.
Sebagai seseorang yang terbiasa dengan hiruk-pikuk kota, perjalanan ini terasa seperti jeda: udara bersih, jalanan sepi, dan lanskap Kalimantan yang khas membuat waktu terasa berjalan lebih lambat.
Sekilas Tentang Lamandau
Kabupaten Lamandau lahir dari pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat pada 2002. Dengan luas 6.414 km² dan populasi sekitar 103 ribu jiwa, Lamandau termasuk wilayah dengan kepadatan penduduk terendah di Kalimantan Tengah.
Sepi? Mungkin, tetapi justru di situlah letak keistimewaannya.
Suasana tenang menghadirkan rasa damai, jauh dari hiruk-pikuk perkotaan, sekaligus memberi ruang bagi pengunjung untuk benar-benar menikmati alam dan budaya yang masih terjaga.
Salah satu daya tarik utamanya adalah tradisi Suku Dayak Tomun, termasuk Festival Babukung yang begitu ikonik.
Bertemu Pemimpin Muda
Dalam kunjungan ini, saya berkesempatan bertemu langsung dengan Bupati Lamandau, Bapak Rizky Aditya Putra, S.E., M.M. Usianya tergolong muda, namun semangatnya untuk membangun daerah terasa jelas. Salah satu fokus beliau adalah mengembangkan sektor pariwisata.
Festival Babukung, misalnya, terus digiatkan sebagai agenda tahunan. Awalnya, Babukung adalah upacara kematian Suku Dayak Tomun di mana penari-penari bertopeng, disebut bukung, menari untuk menghibur keluarga yang berduka sekaligus memberi bantuan.
Kini tradisi itu dilestarikan dalam bentuk festival budaya yang memperkenalkan kekayaan Lamandau kepada masyarakat luas.
Menutup Perjalanan Singkat
Meski kunjungan kali ini singkat, saya sempat menikmati beberapa pesona wisata Lamandau. Rasanya belum cukup untuk merangkum semua keindahan dan cerita daerah ini dalam satu tulisan.
Masih ada kisah lain yang menunggu untuk diceritakan — tentang sungai, hutan, dan masyarakatnya yang ramah.
Perjalanan ini memang melelahkan raga karena jarak yang ditempuh cukup jauh. Namun justru dari perjalanan ini saya belajar tentang kearifan lokal dan menemukan kebanggaan pada budaya yang masih terjaga.
Catatan kecil ini mungkin baru pembuka. Sebab Lamandau bukan hanya destinasi wisata, melainkan juga cermin budaya yang hidup dan berkembang.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Menuju Lamandau, Menyusuri Bumi Bahaum Bakuba"
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini