
Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Mereka memahami satu hal mendasar: daya beli konsumen ada batasnya, tetapi kebutuhan manusia akan hiburan dan informasi nyaris tak pernah habis.
Kondisi ini mendorong perubahan model bisnis. Ketergantungan pada langganan mulai bergeser ke arah iklan.
Laporan PwC mencatat, pendapatan iklan global diproyeksikan tumbuh jauh lebih cepat dibanding belanja langsung konsumen.
Perubahan ini membawa konsekuensi penting. Kita tidak lagi hanya menjadi pembeli konten, melainkan juga menjadi sumber nilai ekonomi melalui perhatian, waktu, dan interaksi kita. Dalam ekonomi digital, perhatian manusia telah menjadi komoditas utama.
Indonesia sebagai Pasar yang Bertumbuh Cepat
Di saat banyak negara maju mulai mengalami kejenuhan, Indonesia justru muncul sebagai salah satu motor pertumbuhan industri hiburan dan media dunia.
PwC memproyeksikan pertumbuhan tahunan sektor ini di Indonesia mencapai 8,4 persen sepanjang 2024–2029—hampir dua kali lipat rata-rata global.
Pertumbuhan ini tidak hanya digerakkan oleh konten impor. Di bioskop nasional, film lokal justru menunjukkan daya saing yang kuat.
Film Indonesia kini mampu menguasai sekitar 65 persen pangsa pasar. Keberhasilan film-film lokal menunjukkan bahwa kedekatan emosional dan relevansi budaya memiliki nilai ekonomi yang sangat besar.
Di sisi lain, pergeseran belanja iklan juga semakin terasa. Televisi konvensional masih bertahan, tetapi iklan digital tumbuh jauh lebih agresif, terutama pada platform daring dan e-commerce.
Kondisi ini menandai fase transisi penting: industri media Indonesia sedang berada dalam posisi hibrida—menjaga kekuatan lama sembari menyambut masa depan digital.
Ruang bagi Media Berbasis Komunitas
Di tengah perubahan tersebut, media berbasis komunitas dan konten buatan pengguna memiliki peluang yang semakin terbuka.
Platform semacam ini tidak hanya menjadi ruang ekspresi, tetapi juga memiliki nilai ekonomi karena mampu menjangkau audiens yang spesifik dan tersegmentasi.
Pertumbuhan iklan digital menunjukkan bahwa narasi yang kredibel, relevan, dan dibangun dari interaksi komunitas memiliki daya tarik tersendiri bagi pengiklan. Media tidak lagi semata-mata soal skala besar, tetapi soal kedalaman keterhubungan dengan pembaca.