Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indah Novita Dewi
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Indah Novita Dewi adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Pentingnya Suntikan Semangat bagi Kelompok Tani Hutan Rakyat Bulukumba

Kompas.com - 12/01/2023, 12:26 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Hutan, berdasarkan kepemilikannya terbagi menjadi dua bagian, yakni hutan negara dan hutan rakyat.

Secara sederhana hutan negara adalah hutan yang berada di kawasan bebas dari beban hak milik. Sementara hutan rakyat adalah hutan yang berada di atas tanah yang dibebani hak milik.

Sejarah panjang hutan rakyat diketahui dimulai sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda taun 1930-an yang saat itu mengembangkan kawasan hutan rakyat di Pulau Jawa.

Kemudian setelah kemerdekaan, Pemerintah Indonesia melanjutkan program hutan rakyat ini melalui gerakan “Karang Kitri” tahun 1952. Pada tahun 1960-an, hutan rakyat kemudian berkembang melalui program penghijauan.

Hutan rakyat sendiri bila ditinjau dari pola pengelolaannya terbadi menjadi dua. Pertama, hutan rakyat tradisional. Hutan ini dibangun oleh masyarakat sendiri tanpa ada campur tangan pemerintah.

Kedua, hutan rakyat inpres. Hutan yang dibangun di tanah-tanah terlantar dan dibiayai oleh pemerintah.

Hutan rakyat tradisional meliputi bentuk-bentuk pengelolaan hutan yang bervariasi dan bersifat lokal.

Sebagai negara yang terdiri dari banyak suku, Indonesia memiliki berbagai macam pola pengelolaan hutan rakyat yang dipengaruhi oleh adat dan budaya masing-masing di mana hutan itu berada.

Jenis tanaman yang terdapat di hutan rakyat tak terbatas hanya pada tanaman kayu, melainkan juga Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).

Hal ini bisa dilihat dari beragamnya jenis tanaman yang ditanam, seperti misalnya hutan damar mata kucing di Krui, Lampung; hutan tanaman buah-buahan di Kutai Barat, talun di Jawa Barat; alas di Gunungkidul; dan kebun di Bulukumba.

Umumnya, hutan rakyat yang dikembangkan sendiri oleh masyarakat adalah hutan campuran dengan pola penanaman agroforestry.

Penarapan pola penanaman agroforestry, petani dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara berkelanjutan dengan memanfaatkan tanaman yang ditanamnya.

Untuk kebutuhan jangka pendek, petani dapat memanen tanaman semusim dan sayur-sayuran; untuk kebutuhan jangka menengah, petani memanen tanaman buah-buahan dan tanaman keras; sedangkan untuk kebutuhan jangka panjang/tabungan, petani memanen kayu.

Hutan Rakyat di Bulukumba

Meski dikelola secara mandiri dan pribadi, hutan rakyat di Kabupaten Bulukumba juga dilakukan secara kelompok.

Melalui Kementerian LHK, pemerintah membentuk Kelompok Tani Hutan (KTH) sebagai wadah para petani sebagai pemilik lahan hutan rakyat untuk bersama-sama mengelola hutan miliknya dan mendapat manfaat lebih sebagai KTH.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Kata Netizen
Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Kata Netizen
Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kata Netizen
Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Kata Netizen
Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Kata Netizen
Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Kata Netizen
Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Kata Netizen
Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Kata Netizen
Mengapa 'BI Checking' Dijadikan Syarat Mencari Kerja?

Mengapa "BI Checking" Dijadikan Syarat Mencari Kerja?

Kata Netizen
Apakah Jodohku Masih Menunggu Kutemui di LinkedIn?

Apakah Jodohku Masih Menunggu Kutemui di LinkedIn?

Kata Netizen
Pendidikan Itu Menyalakan Pelita Bukan Mengisi Bejana

Pendidikan Itu Menyalakan Pelita Bukan Mengisi Bejana

Kata Netizen
Banjir Demak dan Kaitannya dengan Sejarah Hilangnya Selat Muria

Banjir Demak dan Kaitannya dengan Sejarah Hilangnya Selat Muria

Kata Netizen
Ini yang Membuat Koleksi Uang Lama Harganya Makin Tinggi

Ini yang Membuat Koleksi Uang Lama Harganya Makin Tinggi

Kata Netizen
Terapkan Hidup Frugal, Tetap Punya Baju Baru buat Lebaran

Terapkan Hidup Frugal, Tetap Punya Baju Baru buat Lebaran

Kata Netizen
Emoji dalam Kehidupan Kita Sehari-hari

Emoji dalam Kehidupan Kita Sehari-hari

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com