Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Iwan Berri Prima
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Iwan Berri Prima adalah seorang yang berprofesi sebagai Dokter. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Sejatinya Anjing Juga Menjadi Korban dalam Kasus Rabies di Indonesia

Kompas.com - 13/07/2023, 09:08 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Kasus rabies di Indonesia belum ada tanda-tanda akan usai. Justru, beberapa hari ini, kita kembali menyaksikan video viral tentang penyakit Rabies.

Di Indonesia kasus rabies belum ada tanda-tanda akan usai. Malah justru beberapa waktu kemarin terdapat satu video seorang anak perempuan berusia 5 tahun di Buleleng, Bali yang meninggal dunia usai digigit anjing rabies.

Ironisnya, anjing yang menggigit anak tersebut adalah anjing peliharannya sendiri. Tentu kejadian ini membuat kita begitu prihatin. Pasalnya kita tahu anjing adalah salah satu hewan yang paling setia di dunia ini.

Jika bukan karena rabies, seeokor anjing peliharaan tak akan pernah menyakiti tuannya, apalagi hingga menggigitnya ataupun melukainya.

Kisah yang menggambarkan kesetiaan anjing peliharaan kepada tuannya telah banyak kita dengar. Misalnya, ada anjing bernama Camila yang sedih ketika mengetahui majikannya, Alma Adriana Alonso Ocanas meninggal dunia akibat kecelakaan.

Tak berselang lama setelah ditinggal majikannya, sang anjing pun diketahui meninggal karena patah hati dan sedih. Peristiwa ini terjadi di Hualahuises di negara bagian Nuevo Len, Meksiko.

Rabies Membuat Anjing Menjadi Gila

Rabies yang menyasar hewan seperti anjing disebabkan oleh virus yang bernama Lyssavirus. Virus ini menyerang susunan saraf pusat, maka akibatnya anjing menjadi kehilangan sifat jinaknya dan seketika perilakukan berubah.

Oleh karenanya, anjing juga sejatinya adalah korban atas ganasnya virus rabies ini. Sehingga, dalam pencegahan rabies, sejatinya bukan hanya persoalan mencegah penularang pada manusia saja, tetapi kita juga perlu mencegah penularannya pada hewan, khususnya anjing.

Di samping itu, perlu juga meningkatkan edukasi terkait penanganan kasus rabies kepada masyarakat. Misalnya, ketika ada seseorang yang digigit oleh anjing, jangan lah langsung mengambil tindakan dengan membunuh anjing tersebut.

Yang perlu kita lakukan sebenarnya cukup mengikat atau mengurung anjing tersebut agar tak menggigit orang lain lagi. Setelah itu kita bisa melaporkan kondisi anjing tersebut kepada dokter hewan pemerintah atau dinas terkait untuk segera ditangani lebih lanjut.

Dengan tidak langsung membunuh atau menyiksa anjing tersebut, kita justru dapat menyaksikan (observasi) apakah anjing yang menggigit itu terinfeksi rabies atau tidak.

Pasalnya, apabila seekor anjing terinfeksi rabies, setelah ia menggigit atau biasanya kurang lebih 14 hari, anjing itu akan mengalami paralisis bahkan hingga kematian. Tingkat kematian hewan rabies, khususnya anjing bisa mencapai 100%.

Jika anjing yang menggigit tersebut masih bisa bertahan hidup setelah ia menggigit, maka bisa diindikasikan anjing tersebut menggigit orang bukan karena rabies.

Banyak faktor yang menyebabkan anjing bisa menggigit seseorang, misalnya ketika ia mendapat provokasi, ketika ia sedang beranak, dan sebagainya.

Dengan begitu, untuk mencegah rabies janganlah kita menyikapinya secara emosional, khususnya ketika kita berhadapan dengan anjing yang memiliki gejala rabies.

Perlu juga dicatat bahwa tidak semua gigitan anjing disebabkan oleh rabies dan dapat menularkan rabies pada manusia. Jadi, marilah kita sayangi hewan peliharaan kita dengan rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter hewan.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Kasus Rabies: Anjing Juga sebagai Korban"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau