Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Kasus rabies di Indonesia belum ada tanda-tanda akan usai. Justru, beberapa hari ini, kita kembali menyaksikan video viral tentang penyakit Rabies.
Di Indonesia kasus rabies belum ada tanda-tanda akan usai. Malah justru beberapa waktu kemarin terdapat satu video seorang anak perempuan berusia 5 tahun di Buleleng, Bali yang meninggal dunia usai digigit anjing rabies.
Ironisnya, anjing yang menggigit anak tersebut adalah anjing peliharannya sendiri. Tentu kejadian ini membuat kita begitu prihatin. Pasalnya kita tahu anjing adalah salah satu hewan yang paling setia di dunia ini.
Jika bukan karena rabies, seeokor anjing peliharaan tak akan pernah menyakiti tuannya, apalagi hingga menggigitnya ataupun melukainya.
Kisah yang menggambarkan kesetiaan anjing peliharaan kepada tuannya telah banyak kita dengar. Misalnya, ada anjing bernama Camila yang sedih ketika mengetahui majikannya, Alma Adriana Alonso Ocanas meninggal dunia akibat kecelakaan.
Tak berselang lama setelah ditinggal majikannya, sang anjing pun diketahui meninggal karena patah hati dan sedih. Peristiwa ini terjadi di Hualahuises di negara bagian Nuevo Len, Meksiko.
Rabies yang menyasar hewan seperti anjing disebabkan oleh virus yang bernama Lyssavirus. Virus ini menyerang susunan saraf pusat, maka akibatnya anjing menjadi kehilangan sifat jinaknya dan seketika perilakukan berubah.
Oleh karenanya, anjing juga sejatinya adalah korban atas ganasnya virus rabies ini. Sehingga, dalam pencegahan rabies, sejatinya bukan hanya persoalan mencegah penularang pada manusia saja, tetapi kita juga perlu mencegah penularannya pada hewan, khususnya anjing.
Di samping itu, perlu juga meningkatkan edukasi terkait penanganan kasus rabies kepada masyarakat. Misalnya, ketika ada seseorang yang digigit oleh anjing, jangan lah langsung mengambil tindakan dengan membunuh anjing tersebut.
Yang perlu kita lakukan sebenarnya cukup mengikat atau mengurung anjing tersebut agar tak menggigit orang lain lagi. Setelah itu kita bisa melaporkan kondisi anjing tersebut kepada dokter hewan pemerintah atau dinas terkait untuk segera ditangani lebih lanjut.
Dengan tidak langsung membunuh atau menyiksa anjing tersebut, kita justru dapat menyaksikan (observasi) apakah anjing yang menggigit itu terinfeksi rabies atau tidak.
Pasalnya, apabila seekor anjing terinfeksi rabies, setelah ia menggigit atau biasanya kurang lebih 14 hari, anjing itu akan mengalami paralisis bahkan hingga kematian. Tingkat kematian hewan rabies, khususnya anjing bisa mencapai 100%.
Jika anjing yang menggigit tersebut masih bisa bertahan hidup setelah ia menggigit, maka bisa diindikasikan anjing tersebut menggigit orang bukan karena rabies.
Banyak faktor yang menyebabkan anjing bisa menggigit seseorang, misalnya ketika ia mendapat provokasi, ketika ia sedang beranak, dan sebagainya.
Dengan begitu, untuk mencegah rabies janganlah kita menyikapinya secara emosional, khususnya ketika kita berhadapan dengan anjing yang memiliki gejala rabies.
Perlu juga dicatat bahwa tidak semua gigitan anjing disebabkan oleh rabies dan dapat menularkan rabies pada manusia. Jadi, marilah kita sayangi hewan peliharaan kita dengan rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter hewan.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Kasus Rabies: Anjing Juga sebagai Korban"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.