Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Widi Kurniawan
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Widi Kurniawan adalah seorang yang berprofesi sebagai Human Resources. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Stasiun Sudirman Sering Membeludak di Jam Sibuk, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 27/10/2023, 13:05 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Stasiun BNI City yang dulu hanya khusus melayani KA Bandara, sejak Juli 2022 telah melayani naik turun penumpang KRL Commuter Line. Meski sudah setahun lebih beroperasi, Stasiun BNI City masih sedikit menarik peminat pengguna KRL untuk menanti kereta. Stasiun Sudirman pun tetap menjadi pilihan untuk melanjutkan perjalanan, sehingga tak jarang penumpang sering membeludak terutama saat jam sibuk. Lantas, apa faktor penyebabnya?

Sejak dibukanya Stasiun LRT Jabodebek di Dukuh Atas yang terkoneksi dengan Stasiun KRL Sudirman, Stasiun MRT Dukuh Atas, Stasiun KA Bandara BNI City, serta halte transjakarta, kawasan Dukuh Atas memang kian ramai.

Tak hanya jumlah penumpang KRL yang meningkat, situasi di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas pun kian terasa ramai oleh penumpang.

Sebagian besar penumpang MRT adalah juga penumpang KRL, dan sebagian juga penumpang LRT karena memang sudah terintegrasi.

Kepadatan penumpang menunggu KRL di Stasiun SudirmanKompasiana/Widi Kurniawan Kepadatan penumpang menunggu KRL di Stasiun Sudirman
Permasalahannya ialah peron di Stasiun Sudirman terbilang sempit dan kurang nyaman. Terlebih teramat berisiko jika terjadi penumpukan penumpang. Terutama area sisi tangga eskalator maupun manual yang kerap dijadikan tempat menunggu terbilang sempit dan tidak ideal bagi penumpang saat menanti kedatangan kereta.

Area sempit untuk menunggu KRL di SudirmanKompasiana/Widi Kurniawan Area sempit untuk menunggu KRL di Sudirman
Solusi sementara berupa aturan berbaris menunggu di lantai concourse, sehingga mengakibatkan penumpang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat naik kereta. Terlebih bagi mereka yang tujuannya ke Bogor dan harus turun di Stasiun Manggarai untuk transit.

Meski Konektivitas Makin Mudah, Daya Tampung Stasiun Sudirman Perlu Perhatian Serius

Harus diakui, Stasiun Sudirman memang menjadi salah satu satu stasiun penting yang melayani kereta Commuter Line. Tak heran, mengingat letaknya sangat strategis, utamanya bagi para penumpang pekerja yang mencari nafkah di sekitar area Sudirman-Thamrin.

Penumpang membeludak di Stasiun SudirmanKompasiana/Widi Kurniawan Penumpang membeludak di Stasiun Sudirman

Ketika Stasiun Sudirman kini dikelilingi berbagai moda transportasi di kawasan transit Dukuh Atas, peningkatan jumlah penumpang sudah pasti taelakkan lagik ter. Ketika kawasan transit ini kian terintegrasi, masyarakat yang kemudian beralih menggunakan transportasi publik tentunya berharap kenyamanan dan kecepatan saat berpindah moda.

Namun, harapan bisa menjadi buyar ketika ternyata daya tampung Stasiun Sudirman tetap tak bertambah. Maunya cepat malah jadi tersendat.

Terlebih, sejak dihilangkan jalur Bogor langsung via Sudirman dan Tanah Abang tanpa harus transit Manggarai, penumpang hanya mengandalkan rute KRL lintas Bekasi/Cikarang. Jika terjadi gangguan di lintas ini, maka penumpang ke arah Bogor dari Sudirman ikut kena imbas.

Suasana di Stasiun MRT Dukuh Atas juga mengalami peningkatan penumpangKompasiana/Widi Kurniawan Suasana di Stasiun MRT Dukuh Atas juga mengalami peningkatan penumpang
Masalah headway atau jarak waktu antar kereta juga belum ideal, karena masih kerap berjarak 10 menit lebih di saat jam sibuk. Alhasil penumpukan kembali terjadi. Untuk itulah perlunya ditambah feeder yang bolak-balik Manggarai-Duri via Sudirman guna mengurangi kepadatan.

Stasiun BNI City Jadi Solusi Atasi Penumpukan Penumpang, Apakah Efektif?

Saat ini area Dukuh Atas memang tengah dalam proses penataan dalam rangka pengembangan kawasan berorientasi transit. Bahkan Jalan Blora di depan Stasiun Sudirman akan dialihfungsikan dari semula bisa dilewati kendaraan menjadi jalur bagi pejalan kaki yang berpindah antar moda.

Kian cantiknya kawasan transit Dukuh Atas boleh jadi tetap menyisakan problem soal daya tampung Stasiun Sudirman yang stagnan. Belum terdengar kabar apakah bersoleknya kawasan ini juga bakal diikuti perbaikan dan perluasan peron Stasiun Sudirman agar kapasitasnya bisa menyesuaikan dengan berkembangnya konektivitas antar moda.

Kawasan transit Dukuh AtasKompasiana/Widi Kurniawan Kawasan transit Dukuh Atas
Stasiun BNI City yang berada tak jauh di sisi barat Stasiun Sudirman, sejak difungsikan melayani KRL Commuter Line seharusnya berperan untuk bisa berbagi daya tampung penumpang. Namun, justru sebaliknya yang terjadi minat penumpang KRL untuk naik dan turun kereta di Stasiun BNI City masih sedikit. Apalagi kalau bukan kecenderungan orang malas berjalan kaki lebih jauh ke Stasiun BNI City.

PR yang cukup menantang bagi pengelola Commuter Line untuk bisa menaikkan minat penumpang agar mau menggunakan Stasiun BNI City supaya Stasiun Sudirman tak menjadi overload.

Jika perlu, kedua stasiun berdekatan itu sebaiknya tukar peran saja. Stasiun BNI City yang lebih besar dan modern difungsikan khusus KRL, sedangkan Stasiun Sudirman digunakan khusus KA Bandara.

Tetapi pasti hal demikian bakal diprotes banyak penumpang karena bakal lebih melelahkan. Namun, bukankah naik transportasi publik memang melelahkan?

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Stasiun Sudirman Overload, Kok Bisa?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Kata Netizen
Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Kata Netizen
Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Kata Netizen
Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Kata Netizen
Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Kata Netizen
Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Kata Netizen
Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Kata Netizen
Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Kata Netizen
Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Kata Netizen
Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kata Netizen
Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Kata Netizen
Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Kata Netizen
Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Kata Netizen
Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Kata Netizen
Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com