Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Perjalanan hidup bisa membawa seorang hidup dengan melawati beragam pekerjaan.
Jika biasanya orang bekerja dalam satu bidang yang sesuai dengan kemampuan atau latar belakang, tetapi ada juga orang-orang yang ingin mencoba beragam jenis pekerjaan dengan karakteristik yang berbeda.
Untuk pilihan kedua tadi, setidaknya kita akan menemui banyak orang dengan sifat dan karakternya masing-masing.
Itu juga akan berbanding lurus dengan gaya kepemimpinan bos di sebuah perusahaan.
Ada yang galak, keras, dan ceplas ceplos tanpa peduli orang sakit hati atau tidak, yang penting apa yang ada dipikirannya terucapkan.
Ada juga gaya bos dengan karyawannya yakni dengan rayuan. Ini lebih kepada sifat memaksa, ikuti atau kena gertakannya.
Bagi bos, pekerjaan mesti sesuai dengan keinginannya. Untungnya bos masih menerima masukan, walau sifatnya hanya sebagai opsi pilihan saja.
Kalau menemukan bos seperti itu sebagai karyawan mesti kuat mental dan perasaan. Arahannya adalah putusan yang sifatnya mengikat.
Jika sudah begitu, maka kecil kemungkinan untuk dibantah. Dampaknya yang dirakan dengan sifat bos seperti itu akan membuat suasana kerja kurang nyaman.
Memahami karakter dan latar belakang bos akan sedikit membantu untuk mengetahui darimana gaya dan sifat tersebut.
Kalau satu waktu misalnya bos bisa begitu sensitif dengan jam kerja, maka upayakan datang dan pulang tepat waktu.
Akan tetapi, segalak-galaknya bos bila kita mampu mengambil celah hatinya, bukan tidak mungkin kita akan menjadi bawahan yang disayang. "Rayuan Bos" kadang sifatnya keras, galak dan terkesan menyeramkan.
Bos Gebrak Meja hingga Lempar Sepatu
Kalau cerita pertama tentang bagaimana sifat dan gaya kepemimpinan bos lebih kepada mental dan perasaan karyawannya, ada juga yang bentuknya sudah "menyerang fisik".
Bila sedang dalam keadaan emosi, bos bisa menggebrak meja. Bahkan, dalam situasi tertentu sampai melepas sepatu dan melemparkannya. Bahasa emosi yang digunakan tergolong kurang pantas.