Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Menjadi Sales Itu Susah-Susah Gampang"
Dunia sales dan marketing bukanlah hal baru bagi saya.
Dulu saat pertama direkrut, saya sudah berada di divisi marketing. Namun sejak dipercaya naik tingkat ke level manager, saya pun harus pindah divisi di bagian distribusi.
Tantangan kian terasa saat perusahaan harus menempatkan saya di Bali.
Saya tidak memiliki tim khusus mengingat divisi sales dan marketing sempat melakukan pengurangan karyawan selama Pandemi.
Selama bekerja di divisi sales dan marketing, menurut saya pekerjaan tersebut susah-susah gampang.
Bagi yang memiliki karakter introvert, bekerja di divisi ini tentu akan menjadi momok menakutkan, karena mau tidak mau dirinya harus bisa berinteraksi dengan orang yang baru dikenal. Dirinya pun harus atraktif dalam menawarkan produk atau jasa.
Tentu bagi mereka pendiam, tidak suka keramaian atau malas bertemu dengan orang baru, akan banyak menemukan kendala di lapangan.
Namun meski demikian, nyatanya pekerjaan menjadi sales menjanjikan banyak hal seperti gaji yang tinggi, bonus fantastis, reward yang menggiurkan hingga jabatan yang dapat diraih dengan cepat.
Semakin berprestasi dan mampu memenuhi target perusahaan, kesejahteraan bisa diraih di bidang ini.
Bagi kamu yang berminat bekerja menjadi sales, berikut 5 skills yang perlu kamu miliki.
1. Jangan Mendominasi Komunikasi
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang berjalan dua arah. Namun hal ini kadang diabaikan oleh sales.
Bagi sales, calon konsumen harus mendapatkan informasi detail dengan produk atau jasa sebanyak mungkin. Semakin banyak informasikan, akan membuat calon konsumen yakin.
Sayangnya, masih ada konsumen yang kurang suka jika bertemu sales yang banyak bicara dan mendominasi dalam berkomunikasi.
Calon konsumen pun bisa jadi malas berlama-lama mendengar tawaran sales.
Hal tersebut pernah terjadi pada seorang kenalan saya. Ketika ada calon konsumen yang dianggap potensial. Dirinya menghubungi si calon konsumen dengan menjelaskan produk panjang lebar. Bahkan calon konsumen seakan tidak diberi kesempatan berbicara sehingga komunikasi didominasi oleh kenalan saya ini.
Alhasil si calon konsumen yang mungkin lelah memilih mematikan telepon sepihak. Oleh karenanya, komunikasi yang sehat harus dua arah.
2. Perhatikan Waktu yang Tepat Saat Menghubungi Konsumen
Teman kerja saya pernah cerita bahwa dirinya sempat memarahi telemarketing asuransi.
Ia kesal karena dirinya dihubungi saat malam hari.
Baginya waktu selepas jam kerja kantor sangat tabu untuk membahas kerjaan apalagi diprospek oleh telemarketing.
Di sini penting bahwa sales atau marketing yang baik perlu memahami waktu yang tepat saat akan menghubungi calon konsumen.
Manager marketing atasan saya dulu menyarankan jika ingin bertemu klien atau membahas urusan penawaran sebaiknya dilakukan di antara jam 10-11 atau jam 1 siang hingga 3 sore.
Adapun pertimbangan khususnya dikarenakan di jam awal kantor seperti 08.00-10.00 adalah waktu sibuk staf untuk mengecek tugas harian, agenda briefing atau meeting dengan atasan ataupun mengerjakan tugas utama di kantor.
Pada jam tersebut, biasanya akan fokus memprioritaskan pekerjaan kantor dibandingkan menerima sales.
Di atas jam 3 sore juga kurang tepat karena biasanya orang sudah fokus untuk persiapan pulang.
Umumnya orang akan malas menerima penawaran dari sales atau marketing mendekati jam pulang.
3. Jangan Ragu Menyanjung Calon Konsumen
Bagi sales lapangan pasti mereka sudah paham bahwa ada konsumen yang suka disanjung. Misalkan memanggil si calon konsumen dengan sebutan bos, juragan, atau saudagar.
Cara seperti ini dilakukan bertujuan menciptakan kedekatan personal antara kita dengan calon konsumen. Menyanjung jangan selalu dikonotasikan menjilat namun dalam dunia sales, menyanjung adalah sapaan akrab agar tercipta chemistry kedua belah pihak.
4. Jangan Menjatuhkan Kompetitor
Tidak jarang sales demi meyakinkan calon konsumen, ada saja sales yang menjatuhkan kompetitor.
Tentu hal tersebut sebaiknya dihindari, karena pihak yang merasa dirugikan bisa menuntut balik atas dasar perbuatan tidak menyenangkan, penyebaran nama baik, atau tindakan perdagangan tidak sehat.
Lebih baik memaparkan kualitas produk secara mendala, seperti menunjukan bukti konsumen yang sudah pakai hingga dokumentasi kualitas produk.
Hal tersebut lebih bijak untuk meyakinkan calon konsumen dibandingkan menjelekkan kompetitor.
5. Jadilah Pendengar yang Baik
Menjadi sales tidak harus selalu menjadi pembicara. Kadang juga perlu menjadi pendengar agar mendapatkan sisi yang dibutuhkan klien.
Misalkan si klien cerita ada keluarganya yang baru terkena musibah dan dirinya harus mengeluarkan banyak waktu, tenaga dan biaya.
Justru di sinilah, sales tahu apa yang harus dilakukan. Seperti menginfokan bahwa asuransi menjadi cara tepat untuk melindungi nasabah dari hal tidak terduga seperti kisah yang diceritakan.
Menjadi sales atau marketing memang terlihat susah apalagi harus menyakinkan calon konsumen untuk mencoba produk atau jasa yang ditawarkan. Namun bukan berarti tidak ada celah menjadi sales yang sukses.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.