Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Kasino lain yang juga termasuk kasino bergengsi pada masanya ialah Hailai Casino. Konon katanya, kasino ini adalah hasil kerja sama dengan Stanley Ho, pengusaha tajir asal Hong Kong yang terkenal sebagai Raja Judi di Makau.
Stanley Ho, yang juga disebut-sebut sebagai "Godfather & King of Gambling" itu adalah pemilik SJM Holdings, sebuah perusahaan raksasa yang memiliki 19 kasino di Makau. Satu di antaranya yang paling terkenal adalah Casino Grand Lisboa.
Alhasil, berkat pajak judi itulah, keuangan pemerintah DKI Jakarta meningkat. Dari pajak judi itu pula Ali Sadikin kemudian membangun Ibu Kota Jakarta. Mulai dari proyek perbaikan kampung-kampung, pembangunan sekolah-sekolah hingga Taman Ismail Marzuki.
Akan tetapi, setelah masa jabatan Ali Sadikin berakhir pada 1977, para pengusaha judi pun bak kehilangan “pelindung” utamanya.
Akibatnya pada April 1981, Copacabana Casino di Ancol pun ditutup untuk selamanya oleh Gubernur Tjokropranolo. Alasannya, "Ini sudah perintah Pak Harto. Judi harus dihapus, bukan dialihkan ke tempat lain," katanya, seperti dikutip majalah Forum Keadilan, edisi Agustus 1995.
Kasino-kasino lain pun menyusul ditutup. Tetapi Hailai bernasib berbeda. Kasinonya memang ditutup, tetapi bisnis klub malamnya masih sempat berkibar.
Dengan mengusung nama baru, yakni International Hailai Executive Club, klub malam ini pernah sangat terkenal hingga menyurut di tahun 2000-an. Bekas gedung Hailai kini sudah terbakar habis pada November 2019 silam.
Akibat ditutupnya kasino-kasino di Jakarta, banyak pejudi yang tak punya pilihan selain terbang ke Genting di Malaysia atau ke Makau yang memang terkenal sebagai "Las Vegas of Asia".
Hal itu sebenarnya tak disukai oleh Ali Sadikin karena dianggap hanya membuang devisa ke negara lain.
Di sisi lain, ditutupnya kasino di Jakarta malah memberikan ide bisnis bagi seorang pengusaha properti asal Perth, Frank Woodmore.
Woodmore kemudian menggandeng pengusaha asal Solo, Robby Sumampow, membangun bisnis judi di Pulau Natal (Christmas Island), Australia pada tahun 1985 dengan nama Christmas Island Resort Pty Ltd.
Sejak mendapatkan lisensi kasino dari Pemerintah Federal Australia, lokasi berjudi yang kemudian terkenal dengan nama Christmas Island Casino and Resort pun melaju kencang. Pengunjung kasino alias pejudi di sana umumnya berasal dari berbagai kota Asia Tenggara termasuk Jakarta.
Sebuah maskapai nasional milik Tommy Soeharto yang sedang melejit kala itu, yakni Sempati Air sempat ikut terjun ke rute ini dengan membuka layanan penerbangan dari Jakarta yang bersaing dengan Ansett Airlines yang juga melayani rute ke Pulau Natal dari Perth dan Singapura.
Akan tetapi, Christmas Island Casino yang pernah disebut sebagai salah satu kasino paling menguntungkan di dunia tidak berusia panjang.
Setelah hanya beroperasi sekitar 4 tahun, kasino ini akhirnya ditutup. Penyebabnya tidak lain adalah krisis finansial yang menghantam Asia di tahun 1997-1998.