Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Masykur Mahmud
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Masykur Mahmud adalah seorang yang berprofesi sebagai Freelancer. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Lateral Thinking, Cara Mudah Menemukan Ide Memulai Bisnis

Kompas.com - 22/12/2022, 17:44 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Kebanyakan bisnis dimulai dengan modal. Lalu, apakah tanpa modal seseorang bisa memulai bisnis. Jawabannya, sangat mungkin!

Bagaimana caranya?

Lateral Thinking

Kunci pertama memulai bisnis adalah dengan simplify think. Mulailah dengan berpikir secara sederhana dan hindari memikirkan hal-hal yang rumit.

Dengan berpikir sesederhana mungkin, kita akan bisa mencapai level lateral thinking. Apa maksudnya?

Lateral thinking secara sederhana diartikan sebagai berpikir untuk memecahkan masalah dengan pendekatan sekreatif mungkin yang sangat jarang dipikirkan kebanyakan orang.

Untuk bisa mencapai tahap ini seseorang harus memenuhi dua syarat, jadi pengamat di manapun dan selalu berpikir untuk memecahkan masalah.

Menjadi Pengamat

Salah satu bekal penting untuk membangun sebuah bisnis adalah mulailah menjadi pengamat (observant). Sebab, dengan menjadi pengamat, kamu akan mendapatkan banyak sekali ide dari hal-hal yang kamu amati dengan sudut pandang yang unik, yang beda.

Misalnya, ketika kamu sedang berjalan ke sebuah minimarket lalu melihat sesuatu yang aneh, apa yang akan kamu lakukan? Membiarkannya begitu saja atau mencatat/memotret sesuatu yang kamu anggap aneh itu untuk kemudian dicari lebih dalam mengenai sesuatu itu?

Namun, menjadi pengamat dan mencatat segala sesuatu yang ditemui di sekitar saja tidaklah cukup. Jadilah pengamat dengan tujuan untuk menemukan solusi dari sebuah masalah,

Jika berkesempatan berkunjung ke luar negeri dan menemukan hal yang sekiranya bisa diterapkan di tempat asal atau sesuatu yang ada di sana namun di tempat asalmu belum ada, kamu bisa amati, cari tahu, dan mengeksplorasinya.

Tujuannya agar bisa menciptakan dan mengembangkan sesuatu itu lebih jauh di tempat asal. Namun, perlu diingat hindari perilaku hanya sekadar meniru dan menerapkan sesuatu pada konteks yang sama.

Cobalah untuk menerapkannya pada konteks yang berbeda dengan cara yang lebih kreatif dan inovatif.

Jika hanya sekadar meniru apa yang sudah ada di tempat lain justru malah akan membuat kita menjadi orang yang tidak akan bergerak ke mana-mana alias stagnan.

Buat Servis dan Pelayanan Terbaik

Sebuah bisnis tidak akan mampu bertahan lama jika hanya fokus pada produk tapi mengesampingkan bahkan cenderung melupakan apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggan/pembeli.

Terkait hal itu, sebagai seorang yang ingin memulai sebuah bisnis, ingatlah empat hal utama ini, efisiensi, murah, kualitas, dan cepat.

Jika sebagai pebisnis bisa memastikan produk bisnisnya memiliki keempat unsur tadi, maka bisa dipastikan bahwa bisnis itu akan bertahan lama.

Ketika menciptakan dan menawarkan sebuah produk bisnis, cobalah untuk berpikir bagaimana membuat sesuatu yang memiliki nilai efisien baik secara produksi maupun kegunaan.

Efisien di sini maksudnya adalah menghadirkan kemudahan bagi pelanggan/pembeli ketika digunakan atau dioperasikan.

Ketika produk bisnis yang ditawarkan memiliki kemudahan ketika digunakan yang tidak ditemukan dari produk lain, maka produk yang efisien tadi akan memiliki nilai jual lebih di pasar.

Selain itu juga perlu dilihat terkait pemberian harga. Penentuan harga jual mesti disesuaikan dengan nilai atau value dari barang tersebut. Jangan sampai harga yang ditawarkan lebih besar daripada nilai barang tersebut, pun harga barang jangan terlalu murah dari nilai barang tadi.

Oleh karenanya penting untuk memastikan kualitas produk yang ditawarkan sebaik mungkin. Jangan pernah menjual suatu produk ke pasar dengan kualitas yang rendah apalagi cacat.

Dengan selalu menjamin mutu serta kualitas produk yang akan dijual, niscaya produk tersebut akan mendapat kepercayaan dari pelanggan dan akan bisa bertahan lama di pasaran.

Dan yang tak kalah penting adalah memastikan pelayanan yang diberikan kepada pelanggan cepat. Artinya, ketika ada pelanggan membutuhkan pelayanan, layani dengan cepat dan efektif.

Jangan sampai membuang-buang waktu pelanggan, apalagi jika ternyata yang dibutuhkan pelanggan ternyata tidak bisa ditemukan di produk yang kamu miliki.

Meski harga produk yang ditawarkan murah tetapi tidak bisa memenuhi kebutuhan pelanggan, produk tersebut tidak akan memiliki nilai di mata pelanggan.

Oleh karenanya, dalam membuat dan memulai sebuah bisnis pastikan bahwa output-nya nanti memberikan pengalaman yang efisien, murah, kualitas, dan cepat kepada pelanggan.

Dengan begitu, nilai sebuah produk bisnismu akan cepat melekat di ingatan pembeli. Jika sudah begitu, tidak peduli apapun jenis produk yang akan kamu tawarkan, jumlah pelanggan/pembeli akan terus bertambah dan omzet yang diperoleh juga semakin meningkat.

Opportunity is Everywhere

Dengan menerapkan prinsip lateral thinking, siapa saja akan mampu melihat kesempatan meski berada dalam kesulitan.

Intinya, seseorang hanya perlu berpikir secara sederhana dan mengamati sesuatu secara mendetail kemudian temukan solusinya.

Jika sudah terbiasa menerapkan prinsip lateral thinking siapa saja akan dengan mudah mampu melihat solusi dari sebuah masalah yang sedang dihadapi dengan ide-ide yang muncul dengan sendirinya.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Lateral Thinking, Kunci Membangun Ide Bisnis dari Nol"

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Kata Netizen
Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Kata Netizen
Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Kata Netizen
Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Kata Netizen
Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Kata Netizen
Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Kata Netizen
Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Kata Netizen
Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Kata Netizen
Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Kata Netizen
Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kata Netizen
Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Kata Netizen
Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Kata Netizen
Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Kata Netizen
Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Kata Netizen
Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com