Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufik Uieks
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Taufik Uieks adalah seorang yang berprofesi sebagai Dosen. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Mengunjungi Monumen Tiram, Monumen Kaligrafi, dan Monumen Teko di Doha

Kompas.com - 29/12/2022, 17:08 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Qatar, terutama Doha menjadi lebih dikenal dunia karena menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 yang baru berakhir, beberapa waktu lalu.

Meski performa timnas mereka belum sesuai harapan karena harus angkat koper lebih awal karena belum bisa meraih poin di fase grup.

Meski begitu, kota Doha tetap menjadi kota yang menarik untuk dikunjungi dan dijelajahi. Doha merupakan kota yang relatif baru sebagai tujuan wisata, jika dibandingkan dengan kota-kota di kawasan Timur Tengah lainnya, seperti Dubai, Abu Dhabi, dan Jeddah.

Saat berkunjung ke sana, saya dan mengunjungi wilayat Souq Waqif. Tujuan destinasi pertama adalah ke monumen yang berada di Al Courniche, tepat di seberang Souq Waqif Park.

Monumen yang dituju bernama The Pearl Monument yang berbentuk seperti oyster atau tiram raksasa yang terbuka dan ada sebuah mutiara di dalamnya.

Mutiara yang terdapat di The Pearl Monument tersebut adalah gambaran bawah Qatar memiliki industri mutiara sejak zaman dulu dan mutiara juga merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat Qatar.

Masyarakat Qatar mencari mutiara dengan menggunakan cara tradisional tanpa bantuan alat menyelam modern, maka dari itu pekerjaan ini merupakan salah satu pekerjaan yang penuh risiko.

Oleh karenanya, dengan mengunjungi monumen ini kita jadi mengetahui sejarah Qatar di zaman dahulu terkait pencarian mutiara ini.

Di belakang monumen ini, terdapat perahu tradisional khas Timur Tengah. Di wilayah ini juga terdapat sebuah dermaga khusus perahu tradisional ini dengan berbagai fasilitas seperti Doha Skyline View Point untuk menikmati pemandangan pencakar langut kota Doha.

Setelah puas menikmati pemandangan di Monumen Mutiara dan berfoto-foto, saya melanjutkan perjalanan menuju Monumen Kaligrafi.

Tampak depan Monumen Kaligrafi.Taufik Uieks Tampak depan Monumen Kaligrafi.

Sesampainya di monumen ini terlihat kumpulan huruf Hijaiyah yang membentuk ornamen cantik.

"And amongst the sultans I stood out; as a lanneret floating over mountain peaks."

Begitu lah kira-kira bunyi huruf hijaiyah yang ditermahkan dalam bahasa Inggris. Tulisan itu sebenarnya adalah puisi yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Jaseem bin Muhammad bin Thani.

Monumen Kaligrafi yang diresmikan pada tahun 2014 ini dirancang oleh seorang seniman berkebangsaan Inggris, Sabah Arbilli.

Dengan menjelajah monumen ini, pengunjung jadi bisa mengenal lebih jauh tentang Emir Qatar dan puisi-puisinya.

Seusai mengunjungi Monumen Kaligrafi, saya melanjutkan perjalanan ke sebuah taman yang berjarak sekitar 2,5 kilometer.

Tampak depan Dallah Coffee Pot MonumentTaufik Uieks Tampak depan Dallah Coffee Pot Monument
Taman tersebut bernama Sheraton Park. Di taman ini juga terdapat sebuah monumen yang unik, bernama Dallah Coffee Pot Monument.

Bentuk monumen ini menyerupai teko raksasa berwarna putih yang terbuka di bagian tengahnya, lengkap dengan gagang di bagian sisinya. Sekilas bentuk monumen ini juga menyerupai lampu Aladin.

Konon monumen ini, Dallah, melambangkan keramahtamahan orang Arab dalam menyambut da memuliakan tamu.

Yang membuat monumen ini fenomenal adalah karena lokasinya di sebuah taman dengan latar belakang deretan pencakar langit yang terlihat cantik namun angkuh.

Di sekitar taman ini, pada salah satu dinding gedung pencakar langit yang ada di sekitarnya terdapat sebuah mural raksasa bergambar sosok Emir yang sangat dicintai rakyat Doha, yakni Tamin bin Hamad Al Thani, seorang yang dikenal sebagai penguasa ngeri Qatar.

Tampak depan sosok Tamin bin Hamad Al Thani.Taufik Uieks Tampak depan sosok Tamin bin Hamad Al Thani.
Gambar sang Emir yang berlatar bendera Qatar dengan warna burgundi dan putih dihiasi dengan tulisan yang dalam aksara Hijaiyah berbunyi Kuluna Qatar, Kuluna Tamim.

Dari Sheraton Park, saya melanjutkan perjalanan kembali ke kawasan Souq Waqif Park. Di perjalanan kembali ini saya melewati sebuah istana yang disebut Emiri Diwan.

Diketahui istana Emiri Diwan ini merupakan kompleks perkantoran pemerintah Qatar tempat Emir Qatar bertugas.

Salah satu keunikan dari Emiri Diwan ini adalah patroli pasukan pengawal yang berbaris mengendarai unta menggunakan pakaian tradisional Qatar.

Parade pasukan Emiri Diwan. Parade pasukan Emiri Diwan.
Saya sempat berhenti sebentar untuk melihat dan memperhatikan parade pasukan pengawal yang berbaris sambil menunggangi unta. Para pasukan ini juga membawa senjata mirip pedang yang membuat mereka semakin terlihat gagah.

Ketika hari semakin siang, saya melanjutkan perjalanan meninggalkan halaman sekitar Emiri Diwan untuk menjelajah tempat lain yang ada di Doha.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Cerita Tentang Mutiara, Huruf Hijaiyah, dan Unta di Al Courniche, Doha"

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Tentang Royalti Lagu 'Indonesia Raya' dan Rilis Versi Lokananta
Tentang Royalti Lagu "Indonesia Raya" dan Rilis Versi Lokananta
Kata Netizen
Mencicip Segala 'Rasa Singkawang' di Krendang, Jakarta Barat
Mencicip Segala "Rasa Singkawang" di Krendang, Jakarta Barat
Kata Netizen
Siapa Masih Jadikan Hujan sebagai Alasan Bolos?
Siapa Masih Jadikan Hujan sebagai Alasan Bolos?
Kata Netizen
Apa yang Lelaki Renungkan Sebelum Memutuskan Menikah?
Apa yang Lelaki Renungkan Sebelum Memutuskan Menikah?
Kata Netizen
Kita Bekerja untuk Membeli Waktu di Jakarta
Kita Bekerja untuk Membeli Waktu di Jakarta
Kata Netizen
Merasakan Pertumbuhan Ekonomi dari Kedai Kopi
Merasakan Pertumbuhan Ekonomi dari Kedai Kopi
Kata Netizen
Kenangan dari Pasar Comboran Tak Pernah Usang
Kenangan dari Pasar Comboran Tak Pernah Usang
Kata Netizen
Kasus eFishery dan Pembelajaran untuk Investor Saham
Kasus eFishery dan Pembelajaran untuk Investor Saham
Kata Netizen
Royalti Musik, Musisi Lokal, dan Dilema Pemilik Kafe
Royalti Musik, Musisi Lokal, dan Dilema Pemilik Kafe
Kata Netizen
Sudahi Buang Sampah di Laci Meja Sekolah, Ya!
Sudahi Buang Sampah di Laci Meja Sekolah, Ya!
Kata Netizen
Terpaksa Jadi Rojali karena Tak Ada Ruang Berkumpul
Terpaksa Jadi Rojali karena Tak Ada Ruang Berkumpul
Kata Netizen
Bisakah Kita PDKT dengan Bermodalkan Nekat?
Bisakah Kita PDKT dengan Bermodalkan Nekat?
Kata Netizen
Ketika Semua Gaji Diserahkan ke Istri, Suami Gak Pegang Uang?
Ketika Semua Gaji Diserahkan ke Istri, Suami Gak Pegang Uang?
Kata Netizen
Sisi Lain Rojali dan Rohana yang Perlu Orang Ketahui
Sisi Lain Rojali dan Rohana yang Perlu Orang Ketahui
Kata Netizen
Pasti Berhasil, Jalani Diet dengan Penuh Kesadaran
Pasti Berhasil, Jalani Diet dengan Penuh Kesadaran
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau