Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Biosurfaktan banyak diproduksi dari bakteri yang secara alami hidup pada lingkungan hidrokarbon. Misalnya pada tanah dan laut bekas tumpahan minyak, bekas penambangan minyak bumi, dan sebagainya.
Penelitian terdahulu oleh Yunita telah dapat membuktikan aktivitas bakteri penghasil biosurfaktan dalam pengurangan kadar pestisida glifosat.
Satu penelitian yang dilakukan oleh Naibaho dkk, bakteri penghasil biosurfaktan dipisahkan dari lingkungan aslinya di Dermaga Pelabuhan Ujung Baru Belawan, Sumatera Utara.
Biosurfaktan diproduksi dengan terlebih dahulu memisahkan bakteri dari lingkungan asalnya. Selanjutnya bakteri dapat diuji potensi dalam mengurai pestisida dengan menambahkan senyawa tersebut pada medium pertumbuhan bakteri.
Bakteri yang tumbuh baik pada paparan pestisida dalam medium laboratorium merupakan hasil skrining awal pencarian kandidat antipestisida. Selain itu melalui uji lanjutan diketahui aktivitas biosurfaktan yang dihasilkan.
Metode yang digunakan untuk emulsifikasi (pembentukan emulsi) setelah mencampurkan kultur bakteri adalah dengan menggunakan n-heksana dan akuades.
Jika terbentuk emulsi maka reaksi positif. Reaksi menandakan bakteri berpotensi menghasilkan biosurfaktan. Produksi biosurfaktan dari bakteri dioptimalkan dengan metode Orsinol.
Hasil pengukuran volume emulsi biosurfaktan dari 9 isolat bakteri memiliki aktivitas biosurfaktan yang berbeda-beda.
Biosurfaktan yang diproduksi oleh masing-masing isolat bakteri memiliki konsentrasi yang berbeda-beda juga.
Dari percobaan yang dilakukan, emulsi yang dihasilkan sekitar 5 ml. Emulsi senyawa pestisida yang tidak larut dalam air menjadi ukuran efektivitas biosurfaktan.
Aktivitas emulsi ini tergolong tinggi, hal ini bisa saja disebabkan oleh bakteri yang mendapatkan faktor tumbuh yang sesuai seperti nutrisi, keasaman lingkungan (pH), suhu, dan kadar garam (salinitas) yang memadai.
Produksi biosurfaktan tertinggi dihasilkan mencapai 54,4 ppm dan yang terendah sebesar 1 ppm. Hal ini disebabkan beberapa bakteri mengeluarkan produk metabolisme berupa surfaktan langsung ke medium pertumbuhan namun ada juga yang hanya mengeluarkan dan masih berada di permukaan sel.
***
Mikroba yang terbiasa hidup dalam cekaman lingkungan, beradaptasi dengan baik dengan lingkungan hidrokarbon dari tumpahan minyak misalnya maka secara fisiologis (fungsi sel) berpotensi menjadi agen pengurai senyawa dengan bahan aktif yang serupa. Pestisida contohnya. Pestisida dengan stuktur senyawa hidrokarbon.
Untuk sampai pada tahap aplikasi biosurfaktan ini tentunya dibutuhkan uji lanjutan hingga diketahui keamanan pakainya jika diaplikasikan pada produk pangan.
Apapun yang telah diciptakan yang Maha Pencipta walaupun kecil pasti ada manfaatnya. Manusia sebagai pemimpin di dunia diharapkan terus berinovasi. Bahkan dari sumber tempat tercemar sekalipun, mikroba dapat diekplorasi keberadaannya dan dipelajari potensinya yang mendukung kehidupan manusia.
Referensi
Naibaho, F.G., Priyani, N., Munir, E., & Damanik, N.S. (2020). Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan Menggunakan Media yang Mengandung Pestisida Karbosulfan: Isolation of Biosurfactant-Producing Bacteria Using Medium Containing Carbosulfan Pesticide . Jurnal Jejaring Matematika Dan Sains, 2(1), 21--24. https://doi.org/10.36873/jjms.2020.v2.i1.345
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Akumulasi Pestisida Terkendali dengan Biosurfaktan"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.