Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
H.I.M
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama H.I.M adalah seorang yang berprofesi sebagai Administrasi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Beda Standar Pelayanan Turis Asing dan Lokal di Bali, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 31/10/2023, 12:23 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Sebagai tempat wisata, Bali memang sering didatangi banyak wisatawan, baik lokal maupun asing. Banyaknya tempat eksotis, budaya Hindu yang kental, serta makanan khas yang beragam menjadi daya tarik utama Bali.

Tak hanya jadi tempat favorit tujuan wisata, banyak juga orang yang akhirnya memutuskan untuk menetap di Bali dengan berbagai alasan, tak terkecuali untuk bekerja.

Pilihan untuk pindah dan menetap di Bali juga diambil oleh seorang kenalan semasa kuliah dahulu. Namun, ada pengalaman tak mengenakkan yang ia rasakan ketika akhirnya sudah menetap di Bali.

Ia bercerita tentang pengalamannya ketika merasa ada perlakukan yang berbeda dari segi pelayanan di sebuah restoran antara pengunjung yang notabene adalah wisatawan asing atau bule dengan dirinya yang merupakan orang lokal.

Ia merasa perlakuan serta pelayanan yang ia terima dari pihak restoran tersebut berbeda jika dibandingkan perlakuan yang diberikan ke bule tersebut.

Menurutnya, pelayan yang bertugas melayaninya bersikap kurang ramah bahkan cenderung ketus ketika ia bertanya sesuatu. Anehnya, kesan tersebut tak ia lihat ketika pelayan tersebut melayani wisatawan asing.

Bule tersebut dilayani dan disambut dengan hangat. Semua layanan yang diberikan nyaris sempurna bak menyambut kedatangan orang penting. Sejak saat itulah kenalan saya menyadari ada penerapan standar ganda di Bali berupa perbedaan perlakuan terhadap wisatawan lokal dengan asing.

Meski demikian, fenomena standar ganda ini tidak terjadi di semua tempat di Bali. Akan tetapi tidak bisa pula ditampik.  Fenomena ini jelas tidak terelakkan dan kerap terjadi walaupun ada pihak restoran atau tempat wisata yang mengaku tidak memberlakukan standar yang berbeda antara wisatawan asing dengan lokal.

Lantas apa yang menyebabkan ditemukannya standar ganda di Bali ini? Tiga hal berikut mungkin bisa menjadi alasan.

Banyak dari mereka yang bekerja sebagai penyedia jasa di Bali merasa wisatawan asing ini lebih royal dibandingkan wisatawan lokal.

Seorang paman pernah yang bekerja sebagai pemandu wisata pernah bercerita bahwa banyak temannya sesama pemandu wisata lebih senang melayani wisatawan asing karena mereka tidak ragu memberikan uang tip sebagai apresiasi.

Hal inilah yang kurang lebih pada akhirnya menjadi alasan mengapa banyak penyedia jasa di Bali terkesan memiliki standar yang berbeda ketika melayani turis asing dan turis lokal.

Memberikan tip kepada penyedia jasa adalah hal wajar yang biasa dilakukan oleh para wisatawan asing. Jadi tentu kebiasaan mereka tersebut akan terbawa ketika berkunjung ke Bali.

Hal ini yang sayangnya jarang ditemukan dari wisatawan lokal. Memberi uang tip memang jarang dilakukan oleh sebagian wisatawan lokal.

  • Wisatawan Asing Tak Memusingkan Harga

Selain kerap memberi tip kepada penyedia jasa di Bali, kebanyakan para wisatawan asing ini juga tak terlalu memusingkan harga yang ditawarkan.

Contohnya, penyewaan sepeda motor yang biasanya disewakan seharga Rp80.000 kepada wisatawan lokal, akan dinaikkan menjadi Rp200.000 kepada wisatawan asing dan mereka tidak merasa keberatan dengan harga tersebut.

Kisah lain dari seorang kakak yang pernah dimintai tolong oleh kenalannya yang orang bule untuk mencarikan suatu barang. Ketika barang yang dicari ketemu dan harga yang ditawarkan padanya adalah harga yang sudah dinaikkan hingga tiga kali lipat, bule tersebut tetap membelinya dan mengatakan bahwa harga barang tersebut tidaklah mahal.

Fenomena ini yang bisa jadi alasan kuat mengapa beberapa kalangan lebih suka melayani wisatawan asing. Alasannya karena lebih menguntungkan jika ditawarkan dianggap masih murah karena di negaranya untuk produk atau layanan serupa harganya lebih mahal.

  • Wisatawan Asing Lebih Fleksibel dan Profesional

Para wisatawan asing ketika menghadapi hal yang tak semestinya akan cenderung bersikap lebih fleksibel dan profesional.

Misalnya, ketika mereka makan di sebuah restoran dan mendapati terdapat rambut atau serangga kecil dalam makanannya, mereka akan langsung memanggil pelayan atau manajer restoran tersebut untuk menyampaikan masalah dan meminta solusi seperti mengganti makanannya atau lainnya.

Sikap tersebut akan berbeda dengan kebanyakan dari kita sebagai warga lokal yang jika menghadapi situasi serupa. Alih-alih langsung menyampaikan keluhan ke pelayan atau manajer restoran, mayoritas kita malah lebih suka mendokumentasikannya lalu mengunggah ke media sosial dengan tambahan caption yang bisa saja membuat orang lain salah paham serta menggiring opini buruk terhadap restoran tersebut.

Dengan begitu, masalah yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan cepat dan profesional tanpa harus membuat rugi salah satu pihak, justru berbuntut panjang dan bisa merusak citra restoran tersebut.

Belum lagi akan ada potensi aduan pencemaran nama baik karena kita secara sembarangan mengunggah permasalahan tersebut ke media sosial.

Meski begitu, bukan berarti secara pribadi saya melebih-lebihkan atau mengagungkan bagaimana kebanyakan bule bersikap atas suatu masalah yang terjadi. Ini hanya gambaran fenomena yang sering terjadi di lapangan.

Maka tak heran apabila banyak penyedia jasa di Bali akan lebih memilih melayani wisatawan asing dengan lebih profesional karena apa yang mereka berikan akan mendapat imbalan yang setimpal, baik hanya sekadar pujian hingga memberi uang tip.

***

Persoalan standar ganda atas pelayanan yang masih kerap terjadi di Bali ini tentu merupakan PR bersama pada sektor layanan dan jasa yang mesti segera dituntaskan.

Jangan sampai kita terus-menerus tidak mendapat perlakuan dan pelayanan yang sama sebagai wisatawan yang juga sama-sama membayar untuk hak pelayanan yang sama pula.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Double Standar Pelayanan, Sebuah Pekerjaan Rumah Pelaku Usaha di Bali"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Kata Netizen
Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Kata Netizen
Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Kata Netizen
Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Kata Netizen
Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Kata Netizen
Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Kata Netizen
Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Kata Netizen
Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Kata Netizen
Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Kata Netizen
Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kata Netizen
Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Kata Netizen
Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Kata Netizen
Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Kata Netizen
Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Kata Netizen
Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com