Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dokter Andri Psikiater
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Dokter Andri Psikiater adalah seorang yang berprofesi sebagai Dokter. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Ruminasi dan Anhedonia, Memahami Lebih Dalam Masalah Depresi

Kompas.com - 14/11/2023, 16:49 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Di seluruh dunia, salah satu gangguan jiwa yang paling umum ditemui adalah gangguan depresi. Maka dari itu tak heran bila dalam beberapa tahun terakhir, teori-teori depresi telah berkembang begitu pesat untuk memahami lebih lanjut tentang gejala-gejala yang terlibat dalam gangguan depresi.

Dalam dunia psikologi, ada dua teori yang berkaitan dengan depresi, yakni ruminasi dan anhedonia. Kedua teori ini menyoroti gejala-gejala yang lebih dominan dan membantu kita memahami kompleksitas gangguan depresi.

Ruminasi: Memahami Sirkuit Pikiran Negatif

Ruminasi adalah proses berulang yang mendasari proses mengenang dan memperpanjang pengalaman emosional negatif secara terus-menerus.

Ketika seseorang mengalami ruminasi, ia akan cenderung terjebak dalam cangkang pikiran yang tidak produktif, akan berpikir berulang kali tentang kegagalan, kesalahan masa lalu, atau peristiwa traumatis.

Selain itu, mereka juga sering terjebak dalam siklus pikiran negatif yang tak berujung, yang dapat menyebabkan perasaan sedih yang lebih dalam.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ruminasi terkait dengan gangguan fungsi beberapa sirkuit otak yang terlibat dalam pengaturan emosi.

Studi pencitraan otak telah mengungkapkan bahwa orang depresi yang mengalami ruminasi mengalami peningkatan aktivitas di korteks prefrontal (PFC), sebuah area yang terlibat dalam pemrosesan emosi dan pengambilan keputusan.

Di samping itu, juga akan terdapat penurunan aktivitas di area yang terkait dengan regulasi emosi, seperti amigdala. Hal ini mengindikasikan adanya ketidakseimbangan dalam sirkuit otak yang terlibat dalam pengaturan emosi, yang dapat menyebabkan perasaan sedih yang berkelanjutan.

Anhedonia: Kehilangan Kenikmatan dalam Hidup

Anhedonia adalah gejala utama dalam gangguan depresi yang ditandai dengan hilangnya minat atau kesenangan pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati.

Seseorang yang menderita anhedonia akan merasa kehilangan minat dan kesenangan pada hal-hal yang sebelumnya memberikan kegembiraan. Hal-hal tersebut dapat mencakup hilangnya minat terhadap hobi, hubungan interpersonal, makanan, atau bahkan kegiatan sehari-hari yang sederhana.

Para peneliti telah mengaitkan anhedonia dengan disfungsi dalam sistem penghargaan otak (reward system). Sistem penghargaan di otak mengatur persepsi kita tentang penghargaan dan kegembiraan, dan melibatkan neurotransmiter seperti dopamin.

Pada gangguan depresi, penurunan aktivitas dopaminergik di daerah otak yang terkait dengan penghargaan dan kesenangan telah diamati. Hal ini dapat menjelaskan mengapa orang dengan depresi sering mengalami kehilangan minat dan kesenangan, karena respons otak terhadap penghargaan dan kegembiraan menurun.

Hubungan Antara Ruminasi dan Anhedonia

Dalam konteks gangguan depresi, ruminasi dan anhedonia seringkali saling terkait serta saling memengaruhi.

Ruminasi yang berkepanjangan dapat menyebabkan hilangnya minat dan kesenangan dalam hidup, yang merupakan gejala anhedonia. Sebaliknya, anhedonia dapat memicu pemikiran ruminasi yang tak henti-hentinya tentang ketidakpuasan hidup dan hilangnya minat.

Di samping itu, terdapat dampak negatif pada kualitas hidup seseorang dengan runinasi dan anhedonia. Seseorang yang menderita ruminasi berkepanjangan dapat memperburuk gejala depresi dan menghambat pemulihan. Sementara itu, anhedonia dapat menghambat keterlibatan sosial dan aktivitas yang meningkatkan suasana hati.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Di Balik Layar Cerita Mengompos dengan Komposter Drum

Di Balik Layar Cerita Mengompos dengan Komposter Drum

Kata Netizen
Jika MBG Dimasak oleh Ibu Sendiri...

Jika MBG Dimasak oleh Ibu Sendiri...

Kata Netizen
Standarisasi MBG, dari Pengawasan hingga Sanksi

Standarisasi MBG, dari Pengawasan hingga Sanksi

Kata Netizen
Mencari Jalan Tengah Wisuda Sekolah agar Terlaksana

Mencari Jalan Tengah Wisuda Sekolah agar Terlaksana

Kata Netizen
6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban

6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban

Kata Netizen
Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai 'Skin Tone'?

Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai "Skin Tone"?

Kata Netizen
Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kata Netizen
'Deep Talk' Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

"Deep Talk" Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

Kata Netizen
Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Kata Netizen
Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau