Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ire Rosana Ullail
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Ire Rosana Ullail adalah seorang yang berprofesi sebagai Administrasi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Begini Sebaiknya Orangtua Beri Pemahaman Konflik Palestina ke Anak

Kompas.com - 30/11/2023, 16:58 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Di era teknologi saat ini, narasi pendek semacam itu sangat mudah kita temukan di berbagai kanal dunia maya. Hal tersebut semakin dibuat rumit dengan adanya kabar soal adanya buzzer dan influencer bayaran yang ditugaskan untuk menggiring opini masyarakat agar membela Israel.

Peran Penting Orangtua Berikan Pemahaman Konflik Palestina-Israel ke Anak

Seorang kawan di Kabupaten Tangerang, mengaku bahwa anaknya sudah mendapat penjelasan mengenai konflik Palestina-Israel dari pihak sekolahnya, SD IT. Dengan begitu, ia tak perlu lagi menjelaskan dari ulang terkait konflik tersebut kepada anak di rumah.

Kawan lain yang tinggal di Semarang bercerita ia menerapkan praktik boikot terhadap berbagai produk-produk yang ditaksir pro Israel. Ia pun harus menjelaskan pada anaknya soal alasannya mengganti semua produk-produk di rumah yang biasa digunakan.

Ketika memberikan penjelasan pada anaknya yang masih berusia 6 tahun, ia memilih istilah dan membuat perumpaan yang mudah dipahami oleh anaknya.

Sebagai orangtua, memutuskan untuk menjelaskan dan membagikan informasi mengenai konflik maupun perang yang sedang terjadi kepada anak memang bukan hal yang mudah.

Ada bebera hal yang perlu digarisbawahi, seperti mengenai usia anak dan sejauh mana informasi yang sudah lebih dulu mereka terima.

Usia anak akan menentukan cara orangtua menyampaikan penjelasan terkait konflik agar lebih mudah dipahami. Pemahaman seorang anak balita yang bahkan belum mengenyam bangku pendidikan akan berbeda dengan anak yang sudah memasuki Sekolah Dasar, SMP, maupun SMA.

Akan tetapi, apakah orangtua perlu memberikan penjelasan tentang perihal yang belum disampaikan oleh sekolah?

Terkait hal ini, direktur klinis asosiasi Applied Psychological Services of New Jersey, Ashley Kipness, PsyD., berpendapat bahwa anak-anak sebaiknya tidak dihadapkan pada gambaran perang karena akan sulit dipahami.

Akan tetapi, menurut Zishan Khan, MD, seorang psikiater Mindpath Health, apabila anak tidak sengaja menyaksikan berita atau mendengar hal yang berhubungan dengan perang atau konflik, tentu ia butuh diberi penjelasan. Tujuannya tentu agar anak tidak ketakutan dan merasa tempatnya tidak aman.

Orangtua bisa memberi penjelasan dengan menggunakan bahasa dan istilah yang sesederhana mungkin. Contohnya, orangtua bisa menjelaskan bahwa perang adalah pertikaian antara dua pemikiran dan keyakinan.

Selanjutnya orangtua juga perlu menjelaskan bahwa konflik atau perang itu terjadi di daerah lain yang letaknya jauh dari tempat tinggal mereka agar anak tidak merasa ketakutan dan cemas.

Memberi penjelasan terkait situasi konflik dan perang pada anak yang sudah memasuki usia SMA, tentu berbeda lagi. Seorang psikolog sekaligus pendiri Mount Sinai Parenting Center, Aliza Pressman, Phd, mengatakan jika berbicara mengenai konflik atau perang pada anak usia SMA, tentu penjelasannya bisa menjadi lebih kompleks.

Di usianya yang sudah memasuki usia dewasa, anak SMA akan cenderung mendapatkan banyak informasi terkait konflik dan perang ini dari media sosial.

Maka dari itu, orangtua perlu memberi pemahaman bahwa media sosial memiliki algoritma yang bisa saja menggiring opini ke arah tertentu. Jika ini terjadi dan anak langsung percaya tentu akan berbahaya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Diet Saja Tak Cukup untuk Atasi Perut Buncit
Diet Saja Tak Cukup untuk Atasi Perut Buncit
Kata Netizen
Bisakah Berharap Rusun Bebas dari Asap Rokok?
Bisakah Berharap Rusun Bebas dari Asap Rokok?
Kata Netizen
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Kata Netizen
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Kata Netizen
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Kata Netizen
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Kata Netizen
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Kata Netizen
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Kata Netizen
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Kata Netizen
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Kata Netizen
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Kata Netizen
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Kata Netizen
Indonesia dan Tingkat Kesejahteraan Tertinggi di Dunia
Indonesia dan Tingkat Kesejahteraan Tertinggi di Dunia
Kata Netizen
Mendesak Sistem Pendukung dan Lingkungan Adaptif bagi Difabel
Mendesak Sistem Pendukung dan Lingkungan Adaptif bagi Difabel
Kata Netizen
Sedia Dana Pensiun Sebelum Waktunya Tiba
Sedia Dana Pensiun Sebelum Waktunya Tiba
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau