Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Sementara Bendungan Batu Tegi menjadi destinasi pariwisata, keberhasilan dan keberlanjutan pariwisata ini tidak hanya terletak pada keindahan alam semata.
Menurut Dogra dan Gupta (2012) dalam "Pariwisata Berbasis Masyarakat," keterlibatan masyarakat memiliki peran kunci dalam memastikan keberlanjutan destinasi pariwisata.
Masyarakat lokal memiliki potensi untuk menciptakan beragam aktivitas yang dapat dikembangkan menjadi produk pariwisata. Budaya lokal, warisan masyarakat, dan festival memberikan keunikan dan daya tarik bagi wisatawan yang mencari pengalaman yang berbeda.
Selain itu, masyarakat lokal juga berkontribusi dalam promosi produk pariwisata, karena mereka adalah elemen utama pembentuk citra destinasi pariwisata daerah setempat.
Integrasi masyarakat lokal dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata berkelanjutan menjadi kunci untuk memastikan bahwa mereka memiliki peran yang aktif dan mendapatkan manfaat dari perkembangan pariwisata.
Perkembangan pariwisata berkelanjutan telah memunculkan pendekatan baru yang berfokus pada partisipasi masyarakat lokal. Pendekatan ini menempatkan masyarakat lokal sebagai pihak yang aktif dalam perencanaan dan pengembangan destinasi pariwisata.
Melalui pendekatan ini, masyarakat lokal maka dapat dikatakan memiliki posisi yang begitu strategis dan setara dengan pengambil keputusan lainnya (stakeholders) dalam pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan.
Dengan pendekatan ini, sektor pariwisata diharapkan akan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat lokal, termasuk dalam hal melestarikan budaya untuk generasi mendatang, menciptakan lapangan kerja, memberikan kontribusi ekonomi, dan mendukung pergerakan pariwisata yang berkelanjutan.
Perencanaan pariwisata berbasis masyarakat lokal melibatkan beberapa tahapan yang membutuhkan keterlibatan para pemangku kepentingan.
Partisipasi aktif dari masyarakat dapat menunjukkan adanya persamaan posisi dengan pengambil keputusan lainnya (pemerintah, investor, serta wisatawan) dalam upaya pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Berdasarkan pemikiran Derrida, persamaan posisi tersebut menandakan pelucutan atas oposisi biner (dekonstruksi).
Adanya dekonstruksi dapat menjamin kebenaran dengan cara mendevaluasi bagian inferior oposisi biner, yakni masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata. Dengan kata lain, pendekatan dekonstruktif memastikan diikutsertakannya kelompok minoritas untuk masuk ke ranah pariwisata.
Pendekatan perencanaan ini mengakui adanya perhatian yang memasukkan kepentingan masyarakat dalam perencanaan pariwisata, atau dengan kata lain semestinya pariwisata tidak hanya memberikan kepuasan bagi wisatawan, tapi juga mempertimbangkan kebutuhan masyarakat lokal dan kualitas jasa lingkungan.
Maka dari itu, berbagai tahapan atau proses perencanaan pariwisata membutuhkan keterlibatan para pengambil keputusan yang meliputi hal-hal berikut ini.
Dalam menghadapi dampak negatif dari pariwisata konvensional, ekowisata muncul sebagai alternatif yang menekankan pada keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal.