Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Eka Sarmila
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Eka Sarmila adalah seorang yang berprofesi sebagai Mahasiswa. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Pengalaman Operasi Gigi Bungsu: Ternyata Tidak Semenakutkan Itu!

Kompas.com - 09/01/2024, 09:18 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Selama 22 tahun ini, saya belum pernah merasakan sakit gigi. Bahkan ketika divonis impaksi pun, gigi saya tidak sakit. Justru yang sering mengalami sakit adalah kepala.

Masuk di ruang operasi dengan segala persiapan hingga sadar, saya dipindahkan ke ruang rawat sekitar pukul 19.00. Saat keluar ruang operasi di setengah sadar itu, langit sudah gelap.
Belum kuat sadar sepenuhnya karena pengaruh obat bius saya pun tidur kembali.

Di beberapa jam pasca operasi, saya terus diminta untuk mengigit kasa. Darah masih keluar dari gusi karena baru beberapa jam tindakan.

Entah jam berapa, saya tidak mengingat dengan pasti. Mungkin di sekitar jam 8 atau setengah 9 malam, dokter spesialis bedah mulut yang menjadi asisten dalam tindakan kali ini melakukan kunjungan kamar.

Namun, sekali lagi saya masih setengah sadar dan tidak mengingat penuh apa yang dikatakan. Saya hanya ingat yang dikatakan gigi saya sulit hingga masuk ke rongga sinus dan esok diminta datang ke poli.

Saya baru benar-benar sadar di pagi hari. Tidak ada larangan untuk makan dan minum di keesokan harinya. Namun, saya masih merasakan sakit dan memilih hanya minum susu hingga beberapa hari ke depan.

Di setengah 2 siang, saya datang ke poli untuk diperiksa secara langsung keadaan pasca operasi.

Profesor bedah mulut yang menangani menginfokan akan bengkak dalam beberapa hari namun hal itu normal.

Pada H+1 operasi belum disarankan untuk menyikat gigi. Namun, diganti dengan obat kumur yang diresepkan. Hingga H+3 pasca tindakan saya belum berani untuk makan nasi ataupun lauk yang keras. Lebih memilih untuk minum susu whey protein ataupun jus buah, sebab justru rasa sakit datang di beberapa hari sesudahnya.

H+7 tindakan saya kembali kontrol ke profesor bedah mulut yang menangani. Namun, hingga H+7 masih terasa bengkak, alhasil benang jahitnya belum dicabut. Saya disarankan untuk datang kembali minggu depan.

Hingga kini di H+10 tindakan, saya baru mulai untuk berani makan nasi dengan lauk yang masih lembut. Padahal sejatinya tidak ada pantangan dan dipersilahkan makan seperti biasa.

Poin pentingnya bukan efek samping pasca tindakan. Mungkin ini bisa jadi pesan untuk kamu yang masih menunda operasi gigi bungsu. Lebih baik disegerakan, sebab gigi bungsu yang bermasalah justru jadi sebab munculnya suatu penyakit seperti kista di rongga mulut hingga sinusitis.

Apalagi spesialis bedah mulut di Indonesia masih terbilang sedikit. Jika berobat dengan BPJS maka antreannya pun panjang. Meski begitu, saya merasa berterima kasih atas pelayanan yang baik dan sangat hati-hati

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Operasi Gigi Bungsu Ternyata Tak Semenakutkan Itu! Ini Hal yang Perlu Kamu Perhatikan Pasca Tindakan"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Kata Netizen
Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kata Netizen
Film 'Jumbo' yang Hangat yang Menghibur

Film "Jumbo" yang Hangat yang Menghibur

Kata Netizen
Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Kata Netizen
Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau