Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Christian Evan Chandra
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Christian Evan Chandra adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Apakah Efektivitas Baliho Berbanding Lurus dengan Biaya Produksinya?

Kompas.com - 26/01/2024, 19:30 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Pemilihan Umum 2024 menandai periode transisi menuju kepemimpinan baru di tengah ekspektasi perubahan presiden. Pelaksanaan serentak Pemilu menghadirkan tantangan unik bagi calon anggota legislatif (caleg) dan calon presiden untuk melakukan kampanye bersamaan.

Terlepas dari beragam kontroversi yang menyelimuti proses ini, salah satu aspek menarik yang muncul adalah peran penting pelaku usaha percetakan, yang melihat Pemilu sebagai momen untuk mendulang keuntungan, khususnya melalui baliho.

Penggunaan baliho ini apalagi untuk kampanye, biasanya hanya sekali pakai dan bersifat sementara. Di masa sekarang ini tampaknya penggunaan baliho di musim pemilu belum bisa dipisahkan.

Meski begitu, penggunaan baliho yang sekali pakai dan masif (disebar di banyak daerah dan banyak titik) tentu untuk memproduksinya itu tidak murah.

Baliho: Seni Memperkenalkan Diri di Era Pemilu

Setiap penyelenggaraan Pemilu memberikan berkah finansial bagi pelaku usaha percetakan. Sejak transformasi digital mengganggu pendapatan mereka, baliho menjadi sarana efektif bagi partai politik dan caleg untuk menarik perhatian pemilih. Meskipun bersifat sementara, baliho tetap menjadi elemen tak terpisahkan dalam setiap kampanye politik.

Namun, keberhasilan kampanye tidak hanya terletak pada keberadaan baliho semata. Ada catatan penting terkait desain baliho yang sebagian besar caleg sering lupa atau mengabaikannya.

Beberapa baliho caleg gagal menciptakan keseimbangan antara mempromosikan diri sendiri dan mendukung program partai serta calon presiden. Ukuran tulisan yang terlalu kecil seringkali membuat pemilih kesulitan untuk mengidentifikasi caleg dan nomor urutnya.

Bukan hanya desain yang menjadi pertimbangan, tempat pemasangan baliho juga memiliki peran krusial. Sebuah baliho yang ditempatkan secara asal tanpa memperhitungkan strategi pemasangan yang tepat dapat mengurangi efektivitas kampanye. Pemilihan lokasi yang strategis menjadi kunci keberhasilan dalam menjangkau seluruh segmen pemilih.

Di kota-kota besar, baliho-baliho banyak calon legislatif dipasang berdekatan dan tak jarang saling berhimpitan. Alhasil efektivitas pengenalan sosok calon lewat baliho yang berhimpitan ini jadi sangat minim. Belum lagi, pemasangan baliho yang asal di pinggir jalan bisa menimbulkan risiko baliho rusak dan membahayakan pengguna jalan.

Terkait hal itu, sudah banyak terjadi. Tentu sangat disayangkan. Pelanggar aturan pemasangan alat peraga kampanye ini perlu ditindak dan diberikan hukuman yang setimpal.

Dukungan Capres di Era Digital: Antara Inovasi dan Pemborosan

Tren dukungan capres dan cawapres di era digital menunjukkan inovasi dan kecanggihan dalam mencapai pemilih. Live TikTok dengan tema survei suara, di mana penonton memberikan hadiah virtual sebagai bentuk dukungan, menciptakan keterlibatan yang unik.

Namun, sejauh mana strategi ini efektif dalam memengaruhi opini publik dan apakah itu benar-benar berkontribusi terhadap posisi capres masih menjadi pertanyaan terbuka.

Meskipun caleg memiliki dana kampanye yang cukup, dukungan finansial dari pendukung potensial di media sosial mungkin memiliki dampak signifikan. Live TikTok yang memadukan unsur hiburan dengan dukungan politik menunjukkan potensi dukungan finansial yang belum sepenuhnya dieksplorasi. Pertanyaannya, sejauh mana dukungan finansial dari live TikTok dapat memengaruhi strategi kampanye secara keseluruhan?

Tantangan Lingkungan dari Pemasangan Baliho

Pemasangan baliho bukan hanya menimbulkan tantangan dalam hal efektivitas kampanye, tetapi juga menyangkut isu lingkungan. Pemasangan baliho yang sia-sia dan tidak strategis tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga memberikan dampak negatif terhadap ekosistem.

Pilihan bahan yang ramah lingkungan dan lokasi yang dipilih dengan bijak menjadi pertimbangan penting dalam menyiasati tantangan ini.

Bagaimana caleg dan tim kampanye dapat menyiasati tantangan ini? Pemasangan baliho yang cerdas, dengan desain informatif yang menarik, menjadi langkah awal. Namun, strategi kampanye tidak boleh terbatas pada baliho saja. Kampanye tatap muka dengan calon pemilih dan kehadiran aktif di media sosial menjadi aspek penting dalam meraih dukungan.

Merayakan Keberagaman Kampanye Politik

Dalam menghadapi Pemilu 2024, penting untuk merayakan keberagaman kampanye politik. Setiap caleg memiliki tantangan dan peluangnya sendiri.

Pemahaman yang mendalam terhadap pemilih, baik melalui baliho yang informatif maupun dukungan finansial dari media sosial, akan membantu menciptakan strategi kampanye yang lebih efektif.

Sebagai panggung demokrasi, Pemilu 2024 memberikan tantangan dan peluang bagi setiap calon dan pemilih. Baliho, meskipun bersifat sementara, tetap menjadi elemen penting dalam menyampaikan pesan politik.

Dengan strategi kampanye yang cerdas, baik dalam pemasangan baliho maupun "eksploitasi" media sosial, setiap calon memiliki kesempatan untuk memenangkan hati pemilih dan mengubah dinamika politik di Indonesia.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Solusi Tekan Biaya Politik: Efektivitas Alat Peraga Kampanye dan Partisipasi Masyarakat"

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Kata Netizen
Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kata Netizen
Film 'Jumbo' yang Hangat yang Menghibur

Film "Jumbo" yang Hangat yang Menghibur

Kata Netizen
Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Kata Netizen
Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Kata Netizen
Tiba-tiba Emas Ramai Dibeli, Ada Apa Ini?

Tiba-tiba Emas Ramai Dibeli, Ada Apa Ini?

Kata Netizen
Kembalinya Fitrah Guru Mengajar Setelah Ramadan

Kembalinya Fitrah Guru Mengajar Setelah Ramadan

Kata Netizen
Titiek Puspa dan Karyanya Tak Lekang Waktu

Titiek Puspa dan Karyanya Tak Lekang Waktu

Kata Netizen
'Selain Donatur Dilarang Mengatur', untuk Siapa Pernyataan Ini?

"Selain Donatur Dilarang Mengatur", untuk Siapa Pernyataan Ini?

Kata Netizen
Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang 'Tidak'?

Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau