Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Junjung Widagdo
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Junjung Widagdo adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Urgensi Pelestarian Bahasa Daerah di Tengah Arus Globalisasi

Kompas.com - 22/02/2024, 17:00 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Bahasa, sebagai pilar kebudayaan, memiliki peran sentral dalam mempertahankan identitas dan norma sebuah masyarakat. Kehilangan bahasa daerah tidak hanya mengancam keberagaman linguistik, tetapi juga potensial menghapuskan norma dan nilai-nilai budaya.

Keberlanjutan bahasa daerah semakin menjadi perhatian serius dan melalui pengalaman sehari-hari, kesadaran akan risiko kehilangannya semakin nyata.

Sebagai keluarga yang tumbuh di Lampung, kami, yang berasal dari suku Jawa, merasakan dampak program transmigrasi yang menyebabkan sebagian besar keluarga di kota kecil kami memiliki akar Jawa.

Meskipun banyak yang mengidentifikasi diri mereka sebagai "Njawani," identitas ini semakin terkikis, terutama di kalangan generasi muda. Bahasa daerah, termasuk bahasa Jawa dan bahasa Lampung, perlahan-lahan menghilang dari kehidupan sehari-hari.

Tanda-tanda serius akan kehilangan bahasa daerah terlihat melalui pengalaman anak-anak. Anak kami mengalami kesulitan memahami percakapan dalam bahasa Jawa dan masalah serupa terlihat dalam memahami bahasa Lampung, bahasa daerah tempat kami tinggal.

Meskipun muatan lokal seperti Bahasa dan Aksara Lampung diajarkan di sekolah, anak-anak masih kesulitan menerapkan pengetahuan ini dalam interaksi sehari-hari.

Kehilangan Bahasa, Ancaman terhadap Kebudayaan

Bahasa daerah tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, melainkan juga merepresentasikan sistem keteraturan makna dan simbol-simbol budaya.

Sebagaimana diungkapkan oleh Clifford Geertz, seorang antropolog terkemuka, kebudayaan adalah sistem keteraturan dari makna dan simbol-simbol. Keseluruhan simbol itu nanti lalu diterjemahkan dan diinterpretasikan agar dapat mengontrol perilaku, sumber-sumber ekstrasomatik informasi, memantapkan individu, mengembangkan pengetahuan, hingga cara bersikap.

Salah satu contoh adalah sebuah makna tentang "unggah ungguh", merupakan sebuah konsep tentang etika pada suku Jawa. Pada "unggah ungguh", ada sebuah norma tak tertulis yang mengikat yang mengatur bagaimana bentuk interaksi antara individu per individu, sebaya, kepada yang lebih tua ataupun bagaimana berperilaku kepada yang lebih muda.

Akan tetapi, unggah ungguh ini dikhawatirkan akan hilang suatu hari nanti seiring hilangnya bahasa daerah di tengah gempuran perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat dan semakin menggerus keberadaan kebudayaan lokal.

Oleh karenanya, ketika bahasa daerah terancam punah, masyarakat mengalami kehilangan dalam fungsi pengetahuan dan yang lebih berbahaya, fungsi kontrol terhadap kehidupan mereka.

Upaya Memperkuat dan Melestarikan Bahasa Daerah

Pentingnya pelestarian bahasa daerah mendorong perlunya revolusi dalam pendidikan. Meskipun mata pelajaran Bahasa dan Aksara Lampung diajarkan sebagai muatan lokal di sekolah, upaya tambahan diperlukan untuk memastikan bahwa pembelajaran bahasa daerah bukan hanya seremoni formal.

Diperlukan tindakan konkret untuk memastikan bahasa daerah tetap hidup. Regulasi yang mewajibkan penggunaan bahasa dan aksara daerah setidaknya satu hari dalam seminggu adalah langkah positif. Ini tidak hanya menciptakan kebiasaan, tetapi juga membangun kesadaran dan keterampilan dalam menggunakan bahasa daerah.

Penggunaan bahasa daerah di sekolah perlu diukur melalui uji kompetensi yang jelas. Selain uji praktik bahasa daerah lokal, siswa juga diuji dalam bahasa daerah suku masing-masing. Evaluasi ini tidak hanya sebagai penilaian kinerja, tetapi juga sebagai alat untuk mengidentifikasi hambatan dalam pembelajaran dan penggunaan bahasa daerah.

Evaluasi menyeluruh terhadap pengajaran dan penggunaan bahasa daerah di sekolah dapat menjadi dasar untuk perbaikan dan pengembangan lebih lanjut.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau