Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ahmad Faizal Abidin
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Ahmad Faizal Abidin adalah seorang yang berprofesi sebagai Mahasiswa. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Kelas Menengah: Di Antara Gaji Pas-pasan dan Mimpi Jadi Kaya

Kompas.com, 13 Maret 2024, 15:00 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Sebagai manusia yang termasuk dalam golongan kelas menengah, saya merasa terperangkap. Pasalnya, di satu sisi merasa agak beruntung jika dibandingkan dengan mereka yang termasuk golongan masyarakat miskin. Meski begitu, di sisi lain sebagai kelas menengah saya sadar bahwa untuk menjadi kaya dan bisa mencapai semua impian masih sangat jauh serta terasa sulit untuk digapai.

Di samping itu saya --atau mungkin kita semua yang termasuk-- kelas menengah, masih merasa bersyukur memiliki akses terhadap kebutuhan dasar, seperti tempat tinggal yang layak, pendidikan yang memadai, dan pangan yang cukup. Namun, terdapat perasaan tidak puas dan keinginan untuk mencapai kemakmuran finansial yang lebih tinggi.

Laporan Kompas.id menyebut bahwa kelompok masyarakat kelas menengah berjumlah 53,6 juta (20,5 persen) dari total penduduk Indonesia. Kelompok inilah yang mendapat label sebagai masyarakat "susah kaya" karena kehidupan mereka dipenuhi oleh perjuangan memenuhi kebutuhan sehari-hari, berusaha menabung, dan terus berusaha agar bisa menikmat gaya hidup tertentu.

Dilabeli "susah kaya" karena kelompok masyarakat ini sebenarnya memiliki kemampuan untuk membeli barang-barang "mahal" atau berlibur sesekali, akan tetapi kehidupan mereka lebih sering dihabiskan untuk membatasi diri dan gaya hidup agar bisa memenuhi kebutuhan finansialnya setiap bulan.

Dengan gaji yang juga pas-pasan dan ditambah sebagian besar mereka juga berperan sebagai generasi sandwich, bisa mencukupi kebutuhan pribadi dan orang-orang yang mesti ia cukupkan, maka sudah dianggap cukup. Oleh karenanya bisa dikatakan bahwa sebagian hidup mereka dihabiskan untuk terus berjuang agar bisa mencapai stabilitas finansial.

Berjuang dengan Gaji Pas-pasan

Kelompok masyarakat menengah umumnya memiliki gaji yang hanya pas dan cukup digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokoknya saja, tanpa bisa menyisihkan sebagian untuk ditabung atau berinvestasi. Mengapa begitu?

Tentu hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain seperti biaya hidup yang tinggi di kota besar yang tak sesuai dengan jumlah gaji yang diterima, tanggung jawab anggota keluarga yang harus dibiayai, hingga rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan diri.

Banyak dari kelas menengah yang tinggal di kota besar dengan gaji pas-pasan berjuang untuk memenuhi biaya tempat tinggal, transportasi dan kebutuhan pokok lainnya yang jumlahnya cukup tinggi. Selain itu, kebanyakan mereka yang juga termasuk generasi sandwich membuat finansial mereka semakin sulit karena harus memenuhi tak hanya kebutuhan pokok diri sendiri melainkan juga anggota keluarga lain.

Dengan gaji pas-pasan dan banyak tanggungan biaya inilah yang pada akhirnya mendorong banyak masyarakat kelas menengah mencari penghasilan tambahan melalui pekerjaan sampingan atau usaha lainnya. Hal ini tentu akan memaksa mereka bekerja lebih keras dan lebih lama untuk bisa mendapat penghasilan cukup.

Modal Kelas Menengah untuk Merangkak Naik Kelas

Kelas menengah bagi sebagian orang dianggap sebagai "batu loncatan" untuk bisa naik kelas lebih tinggi lagi. Kunci utama yang dibutuhkan kelas menengah untuk bisa naik kelas adalah melalui pendidikan tinggi, penguasaan keterampilan yang memadai, dan nilai jual diri lain yang bisa mendukung mereka naik kelas.

Meski telah memiliki semua itu, namun ternyata belum cukup dan sering kali masih membutuhkan bantuan serta dukungan dari pemerintah. Dukungan ini bisa beragam bentuk, seperti bantuan beasiswa, pelatihan kerja, atau akses ke modal usaha.

Berbagai dukungan dari pemerintah ini harapannya tentu akan bisa menambah peluang kelas menengah untuk bisa merangkak naik ke kelas yang lebih tinggi lagi. Dengan begitu, mereka bisa mengubah tak hanya nasib hidup sendiri melainkan juga orang-orang terdekatnya.

Lantas pertanyaannya adalah apakah sampai saat ini pemerintah sudah memberikan bantuan-bantuan yang dikatakan tadi? Jika memang sudah, apakah bantuan-bantuan serta dukungan itu tepat sasaran dan dapat dinikmati semua masyarakat kelas menengah?

Untuk bisa meningkatkan taraf dan kualitas hidup banyak masyarakat kelas menengah Indonesia, pemerintah tentu tak bisa tinggal diam. Ada beberapa cara yang sebenarnya bisa pemerintah lakukan, yakni sebagai berikut.

  • Meningkatkan Kualitas Pendidikan dan Keterampilan

Langkah pertama yang bisa ditawarkan pemerintah untuk bisa membantu masyarakat kelas menengah kita adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan dan keterampilan mereka. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai upaya, seperti penyediaan kurikulum pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, peningkatan fasilitas dan sumber daya pendidikan, serta pemberian pelatihan kerja yang sesuai dengan tuntutan industri.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau