Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dina Amalia (Kaka D)
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Dina Amalia (Kaka D) adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Ini yang Membuat Komik Cetak Bisa Bertahan di Era Digital

Kompas.com - 21/03/2024, 21:13 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Komik atau cerita bergambar (cergam) merupakan gambar dan tulisan yang jika disusun akan membentuk jalinan cerita.

Jika merujuk pada asal kata, komik berasal dari Bahasa Yunani, yakni komikos yang bisa diartikan sebagai bercanda atau bersukacita.

Maka tidak heran sejak dulu hingga sekarang penggemarnya terus bertambah, dari satu generasi ke genarasi berikutnya.

Komik terus berkembang seriring zaman, sehingga tidak hanya cerita lelucuan saja, tetapi kini banyak sekali komik dengan cerita yang serius.

Sedangkan untuk di Indonesia komik sendiri baru ada sekitar tahun 1930-an melalui cerita bergambar di koran maupun majalah. Barulah pada 1950-an komik sudah bisa dinikmati dalam bentuk buku.

Kembali pada asal mula bagaimana komik ini dibuat, yakni dibuat di atas selembar kertas, tetapi hari ini banyak komik yang diunggah secara digital.

Disrupsi terjadi pada komik, kini bukan hanya semakin banyak, melainkan tersedia di-dan-dari berbagai platform. Keunggulan yang ditawarkan dari komik digital adalah pembaca tidak perlu repot-repot menyimpan dan merawatnya seperti versi cetak.

Bisakah Komik Cetak Bertahan?
Meski komik digital memberi kepraktisan, komik cetak tidak tergusur dan tidak punah, para penikmat versi cetak tetaplah setia.

Apalagi bagi penggemar setia komik, memiliki buku komik itu selain bisa dikoleksi, tetapi kualitasnya yang begitu terjaga.

Kalau mengingat kembali pada tahun 2020 toko buku yang didirikan kehadiran komik-komik lawas dari berbagai genre dan judul.

Sebagai pemilik toko buku, beragam pertanyaan muncul: "Apa iya komik-komik lama seperti ini laku?"; "Apa iya komik seperti ini masih ada yang mau?"

Keraguan itu terjawab saat mulai coba memasarkan komik-komik tersebut secara daring. Respons yang didapat justru sebaliknya, antusiasme pembaca komik yang dengan cepat memesan komik yang dipasarkan.

Karena penjualan yang baik, maka coba tanya-tanya kepada pembeli alasan mereka begitu menginginkan komik-komik ini.

Dari beragam jawaban, ada yang menarik yakni komik cetak diburu karena memiliki khas warna, yakni tampilannya yang bernuansa monokrom atau hitam putih, dan biasanya hanya berwarna pada bagian covernya saja.

Sederhana, tapi tidak semua komik digital bisa. Sehingga mampu membuat para pembaca setianya jadi bernostalgia.

Komik Bekas, Alternatif untuk Para Pecinta Komik

Komik bekas tentunya bukan sembarang komik bekas. Karena dari kebanyakan komik bekas itu jauh lebih banyak menyimpan memori di masa lampau, baik dari segi cover, kertas, hingga warna.

Itu yang membuat komik bekas dijadikan sebagai alternatif oleh para pecintanya, menilik versi baru yang mungkin sudah banyak perubahan seperti jauh lebih banyak menggunakan warna dan sebagainya.

Malah tidak sedikit banyak komik cetak lawas/bekas yang kondisinya sudah terdapat bercak kuning, tetap saja penggemar masih mau untuk memilikinya.

Apalagi para penikmat sejati komik cetak ini mengerti bahwa komik tersebut tidak akan dicetak lagi, sehingga bisa jadi pilihan untuk koleksi pribadi.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Komik Cetak yang Kokoh Bertahan di Era Digital dan Peran Komik Bekas Sebagai Alternatif Para Penggemarnya"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau