Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Komik atau cerita bergambar (cergam) merupakan gambar dan tulisan yang jika disusun akan membentuk jalinan cerita.
Jika merujuk pada asal kata, komik berasal dari Bahasa Yunani, yakni komikos yang bisa diartikan sebagai bercanda atau bersukacita.
Maka tidak heran sejak dulu hingga sekarang penggemarnya terus bertambah, dari satu generasi ke genarasi berikutnya.
Komik terus berkembang seriring zaman, sehingga tidak hanya cerita lelucuan saja, tetapi kini banyak sekali komik dengan cerita yang serius.
Sedangkan untuk di Indonesia komik sendiri baru ada sekitar tahun 1930-an melalui cerita bergambar di koran maupun majalah. Barulah pada 1950-an komik sudah bisa dinikmati dalam bentuk buku.
Kembali pada asal mula bagaimana komik ini dibuat, yakni dibuat di atas selembar kertas, tetapi hari ini banyak komik yang diunggah secara digital.
Disrupsi terjadi pada komik, kini bukan hanya semakin banyak, melainkan tersedia di-dan-dari berbagai platform. Keunggulan yang ditawarkan dari komik digital adalah pembaca tidak perlu repot-repot menyimpan dan merawatnya seperti versi cetak.
Bisakah Komik Cetak Bertahan?
Meski komik digital memberi kepraktisan, komik cetak tidak tergusur dan tidak punah, para penikmat versi cetak tetaplah setia.
Apalagi bagi penggemar setia komik, memiliki buku komik itu selain bisa dikoleksi, tetapi kualitasnya yang begitu terjaga.
Kalau mengingat kembali pada tahun 2020 toko buku yang didirikan kehadiran komik-komik lawas dari berbagai genre dan judul.
Sebagai pemilik toko buku, beragam pertanyaan muncul: "Apa iya komik-komik lama seperti ini laku?"; "Apa iya komik seperti ini masih ada yang mau?"
Keraguan itu terjawab saat mulai coba memasarkan komik-komik tersebut secara daring. Respons yang didapat justru sebaliknya, antusiasme pembaca komik yang dengan cepat memesan komik yang dipasarkan.
Karena penjualan yang baik, maka coba tanya-tanya kepada pembeli alasan mereka begitu menginginkan komik-komik ini.
Dari beragam jawaban, ada yang menarik yakni komik cetak diburu karena memiliki khas warna, yakni tampilannya yang bernuansa monokrom atau hitam putih, dan biasanya hanya berwarna pada bagian covernya saja.
Sederhana, tapi tidak semua komik digital bisa. Sehingga mampu membuat para pembaca setianya jadi bernostalgia.
Komik Bekas, Alternatif untuk Para Pecinta Komik
Komik bekas tentunya bukan sembarang komik bekas. Karena dari kebanyakan komik bekas itu jauh lebih banyak menyimpan memori di masa lampau, baik dari segi cover, kertas, hingga warna.
Itu yang membuat komik bekas dijadikan sebagai alternatif oleh para pecintanya, menilik versi baru yang mungkin sudah banyak perubahan seperti jauh lebih banyak menggunakan warna dan sebagainya.
Malah tidak sedikit banyak komik cetak lawas/bekas yang kondisinya sudah terdapat bercak kuning, tetap saja penggemar masih mau untuk memilikinya.
Apalagi para penikmat sejati komik cetak ini mengerti bahwa komik tersebut tidak akan dicetak lagi, sehingga bisa jadi pilihan untuk koleksi pribadi.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Komik Cetak yang Kokoh Bertahan di Era Digital dan Peran Komik Bekas Sebagai Alternatif Para Penggemarnya"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.