Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Jaga Niat dan Motivasi: Ingatkan diri sendiri akan tujuan puasa sunah Syawal, yakni untuk mendapatkan pahala tambahan dan membersihkan diri dari dosa-dosa yang terjadi selama Ramadan.
Atur Prioritas: Tetapkan prioritas yang jelas antara perayaan Idul Fitri dan ibadah puasa. Pastikan bahwa Anda menyempatkan waktu untuk beribadah meskipun tengah berada dalam suasana perayaan.
Berkomunikasi dengan Keluarga: Diskusikan dengan keluarga Anda tentang pentingnya menjaga ibadah di tengah-tengah perayaan Idul Fitri. Dengan dukungan mereka, Anda akan lebih mudah untuk mempertahankan komitmen berpuasa.
Berpegang pada Rutinitas Ibadah: Teruskan rutinitas ibadah harian Anda seperti shalat, dzikir, dan tilawah Al-Quran, bahkan di tengah-tengah perayaan. Ini akan membantu Anda tetap terhubung dengan spiritualitas Anda.
Hindari Kelelahan dan Over-eating: Usahakan untuk mengatur pola makan selama perayaan Idul Fitri agar tidak mengalami kelelahan yang berlebihan atau kekenyangan. Ini akan membantu Anda tetap bugar dan fokus pada ibadah.
Refleksi dan Tafakkur: Luangkan waktu untuk merenungkan makna Ramadan dan perayaan Idul Fitri serta bagaimana Anda dapat terus memperkuat hubungan spiritual Anda meskipun dalam suasana perayaan.
Dengan memperhatikan hal-hal tadi, kita dapat menjaga kesadaran spiritual dan mencegah diri agar tak terlena dan larut dalam suasana perayaan Idulfitri, sehingga dapat menikmati manfaat spiritual dari puasa sunah bulan Syawal.
Jika diibaratkan dalam sebuah perusahaan, pada saat kita mencapai performa terbaik setelah melalui sekian waktu menjalani training akbar (great training), maka kita akan melakukan perayaan kemenangan dengan pesta gembira.
Mengapa diibaratkan perusahaan? Sebab perumpamaan tentang perusahaan dan perayaan kemenangan yang diikuti dengan peningkatan berkelanjutan sangat relevan dalam konteks spiritualitas.
Perbandingan antara perusahaan dan perayaan kemenangan yang diikuti oleh peningkatan berkelanjutan memang sangat relevan dalam konteks spiritual.
Seperti halnya di dunia korporasi, di mana setelah mencapai kesuksesan dalam proyek besar, perusahaan harus terus menerapkan peningkatan berkelanjutan untuk menjaga keunggulan kompetitifnya, begitu pula kita setelah bulan Ramadan.
Melakukan puasa sunah selama enam hari di bulan Syawal adalah metode yang sangat baik untuk melanjutkan peningkatan spiritual setelah Ramadan.
Selain mendapatkan pahala yang besar, puasa ini juga membantu kita untuk terus menjaga momentum kebaikan yang telah kita bangun selama bulan Ramadan. Ini adalah manifestasi dari "continuous improvement" dalam konteks spiritual kita.
Hal yang sering memberatkan kita untuk bersegera melaksanakan puasa sunah enam hari Syawal adalah banyaknya undangan open house, silaturahmi berbagai komunitas, halal bi halal, dan berbagai undangan jamuan makan lainnya.
Sebagian orang merasa tidak menghormati undangan-undangan tersebut jika kita berpuasa pada saat menghadiri undangan tersebut.