Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Jika kita simak dengan cermat hadis berikut, yakni: Rasulullah SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian diundang, hadirilah! Apabila ia puasa, doakanlah! Dan apabila tidak berpuasa, makanlah!" (HR. Muslim). "Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya." (HR. Bukhari).
Hadis yang disampaikan oleh Rasulullah SAW tentang pentingnya menghormati undangan dan menjalankan puasa sunah mengajarkan kita prinsip-prinsip esensial dalam Islam yang berkaitan dengan etika sosial dan ibadah. Ini menegaskan bahwa Islam mengajarkan kita untuk menghormati tamu dan melaksanakan ibadah dengan kesadaran penuh.
Hadis ini menekankan pentingnya menghormati undangan. Rasulullah SAW mengatakan bahwa jika seseorang mendapat undangan, maka sebaiknya ia menghadirinya.
Hal ini menunjukkan pentingnya memelihara hubungan sosial dan silaturahmi antar umat Islam. Kehadiran kita di sebuah undangan adalah bentuk penghormatan kepada tuan rumah dan membina suasana keakraban di kalangan umat Islam..
Akan tetapi, hadis tersebut juga menunjukkan adanya fleksibilitas dalam menjalankan ibadah puasa. Jika seseorang sedang berpuasa dan menghadiri sebuah undangan, ia dapat memilih untuk melanjutkan puasanya.
Namun, jika ia memutuskan untuk tidak berpuasa, ia diperbolehkan untuk makan. Hal ini menandakan bahwa dalam Islam, ibadah tidak seharusnya mengganggu keseimbangan sosial dan persaudaraan di antara umat.
Pandangan yang diungkapkan oleh Ibnu Taimiyah dalam Fatawa Al-Kubra (5: 477) juga menggambarkan prinsip ini. Beliau menyatakan bahwa jika berpuasa saat diundang dan hal itu akan menyakiti hati tuan rumah, maka lebih baik untuk tidak berpuasa.
Tetapi, jika hal itu tidak menyakiti hati tuan rumah, maka melanjutkan puasa adalah pilihan yang lebih baik. Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, kebaikan dan kesantunan terhadap sesama selalu diutamakan.
Memang, mempertahankan momentum spiritual setelah bulan Ramadan merupakan tantangan tersendiri, namun dengan mengamalkan ibadah sunah seperti puasa enam hari di bulan Syawal, kita dapat terus menguatkan iman dan takwa serta memelihara semangat spiritual yang telah dibangun selama bulan Ramadan untuk menjadi Mukmin yang sejati sepanjang waktu.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Tips Menyegerakan Puasa Sunnah Syawal agar Tak Terlena dalam Perayaan Idul Fitri"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.