Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Noer Ashari
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Noer Ashari adalah seorang yang berprofesi sebagai Operator. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Anak Jadi Investasi Hari Tua, Yakin?

Kompas.com - 31/05/2024, 23:01 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Anak sebagai investasi itu sekadar frasa atau adakah orangtua yang sudah menyiapkan hal tersebut?

Jenis frasanya pun beragam: "anak adalah investasi masa depan"; "anak sebagai investasi orangtua pada masa tua", dan sebagainya.

Tidak ada yang keliru atas itu, tetapi orangtua perlu bantu bentuk dan perjuangkan, agar mereka bisa menjadi orang yang mandiri dan sukses dengan caranya sendiri.

Oleh karenanya, anak bukan lagi sekadar uang yang dikeluarkan dan jaminan hidup orangtuanya di masa tua nanti.

Bukan hanya soal "nanti siapa yang akan mengurus saya ketika saya sudah tidak bisa kerja lagi", tetapi lebih baik jadi "saya harus berbuat apa supaya anak saya bisa punya masa depan yang cerah".

Mindset "anak sebagai investasi hari tua" bisa jadi sudah tidak lagi relevan. Akan tetapi anak-anak mesti dilihat sebagai individu yang unik dan punya potensi yang harus kita dukung.

Namun, apa yang dimaksud dengan "investasi hari tua" dalam konteks anak?

Pemikiran seperti itu umumnya menganggap anak itu seperti tabungan untuk masa tua orang tua mereka.

Jadi, ada anggapan kalau punya anak itu bisa diandalkan untuk mengurusi dan menjamin kehidupan orang tua ketika mereka sudah tidak kerja lagi atau sudah pensiun.

Anak-anak sedari dini mesti dididik untuk menjadi pribadi yang mandiri, yang bisa memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya sendiri.

Jadi, kalau kita berbicara "investasi hari tua" dalam konteks anak, itu lebih ke arah pemikiran yang mengharapkan anak akan jadi penopang finansial atau semacam "asuransi" untuk orang tua ketika mereka sudah tua.

Akan tetapi apakah pemahaman itu mesti diubah?

Zaman sekarang sudah berbeda, anak-anak harusnya kita didik agar dapat mengambil keputusan sendiri dan punya mimpi mereka sendiri. Bukan malah kita yang membebani mereka dengan harapan kita.

Anak-anak sebagai investasi masa depan hanyalah untuk menyederhanakan atau bahkan meremehkan kapasitas unik anak dan peran mereka yang sebenarnya.

Bukan hanya itu, pemikiran demikian bisa juga dilihat dari sudut pemahaman tradisional dan modern tentang peran anak, plus dampaknya untuk anak dan orang tua.

Pemahaman Tradisional

Anak-anak sering diarahkan untuk memenuhi ekspektasi orang tua, baik itu soal karir atau bahkan soal pilihan hidup pribadi, seperti jodoh misalnya.

Dampaknya, anak bisa jadi merasa terbebani dan tidak bebas mengembangkan diri mereka sendiri. Orang tua juga bisa jadi terlalu bergantung kepada anak dan lupa untuk menyiapkan masa tua mereka sendiri.

Pemahaman Modern

Pada masa kini, orangtua lebih fokus pada bagaimana caranya mendukung anak agar menjadi mandiri dan sukses dengan cara mereka sendiri.

Dampak positifnya, anak jadi lebih bebas untuk mengejar passion dan cita-cita mereka. Orang tua juga jadi lebih siap menghadapi masa tua dengan cara yang lebih mandiri.

Jadi, intinya, pemahaman modern itu lebih ke arah saling dukung dan kemandirian, daripada hanya mengandalkan satu sama lain.

Anak-anak jadi bisa tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan mandiri, sementara orang tua juga bisa menikmati masa tua dengan tenang karena sudah menyiapkan segalanya dari awal.

Pentingnya mendidik anak untuk menjadi individu yang mandiri

Anak-anak itu harusnya kita didik bukan hanya untuk sukses di sekolah atau dapat nilai bagus saja, tapi lebih dari itu. Ini membawa kita pada konsep growth mindset.

Growth mindset adalah pola pikir yang menganggap keberhasilan dan kemampuan seseorang dapat berkembang melalui waktu, usaha, dan ketekunan.

Jadi, anak-anak yang punya growth mindset tidak akan gampang menyerah jika ada kesulitan. Mereka akan melihat kesulitan itu sebagai kesempatan untuk belajar dan jadi lebih baik.

Dengan cara memberikan dukungan untuk mereka punya growth mindset, kita sebenarnya sedang membantu mereka untuk siap menghadapi masa depan.

Masa depan itu penuh dengan ketidakpastian dan tantangan, dan anak-anak yang mandiri dan punya growth mindset itu akan lebih siap untuk menghadapi itu semua.

Jadi, sebagai orang tua, perlu memiliki peran yang besar dalam mendukung masa depan anak-anak kita.

Bukan hanya soal menyediakan makan dan tempat tinggal, tapi lebih ke investasi emosional dan pendidikan yang benar-benar penting.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Anak Bukan Investasi Hari Tua, tapi Masa Depan yang Harus Diperjuangkan, Setuju?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Masih Adakah Harapan di Tengah Keputusasaan?

Masih Adakah Harapan di Tengah Keputusasaan?

Kata Netizen
Dodol Wijen, Dodol Tradisional dari Desa Serdang Kulon

Dodol Wijen, Dodol Tradisional dari Desa Serdang Kulon

Kata Netizen
Penulis dan Penerbit Merugi di Hadapan Pembajakan Buku

Penulis dan Penerbit Merugi di Hadapan Pembajakan Buku

Kata Netizen
Apa Saja yang Disiapkan Sebelum Jelajah Pulau Jeju, Korea Selatan?

Apa Saja yang Disiapkan Sebelum Jelajah Pulau Jeju, Korea Selatan?

Kata Netizen
Oktober sebagai Bulannya Para Penyayang Hewan, Kenapa?

Oktober sebagai Bulannya Para Penyayang Hewan, Kenapa?

Kata Netizen
Praktik Joki Ilmiah, Bagaimana Menghilangkannya?

Praktik Joki Ilmiah, Bagaimana Menghilangkannya?

Kata Netizen
Buka Warung Makan, Kapan Waktu yang Tepat Rekrut Pegawai?

Buka Warung Makan, Kapan Waktu yang Tepat Rekrut Pegawai?

Kata Netizen
Katanya Susah Nabung, tetapi Belanja Terus

Katanya Susah Nabung, tetapi Belanja Terus

Kata Netizen
BIsakah Menjamin Ketahanan Pangan lewat Real Food?

BIsakah Menjamin Ketahanan Pangan lewat Real Food?

Kata Netizen
Eksistensi Toko Buku Bekas di Tengah Era Disrupsi

Eksistensi Toko Buku Bekas di Tengah Era Disrupsi

Kata Netizen
Logika Kelas Ekonomi antara Kaya dan Miskin

Logika Kelas Ekonomi antara Kaya dan Miskin

Kata Netizen
Stigma hingga Edukasi tentang Vasektomi

Stigma hingga Edukasi tentang Vasektomi

Kata Netizen
Tradisi Ngedekne Rumah dan Oblok-Oblok Tempe Berkuah

Tradisi Ngedekne Rumah dan Oblok-Oblok Tempe Berkuah

Kata Netizen
Antara Buku, Pendidikan, dan Kecerdasan Buatan

Antara Buku, Pendidikan, dan Kecerdasan Buatan

Kata Netizen
Antisipasi Penipuan lewat Digital Banking

Antisipasi Penipuan lewat Digital Banking

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau